Kedua saudara beda ayah itu masih berpelukan. Laika dengan lembut membimbing Nadia duduk kembali di kursi dengan masih tetap menggendong Bilal."Bak anis, Buk. Yah, Ayah, Bak anis ...," seru Bilal kencang. Terlihat girang melihat Nadia masih tergugu. Tubuhnya berguncang karena tangisan."Iya, Mbak nangis. Suruh diam mbaknya, dong!" jawab Agam."Bak, iyem yak? Janan anis. Udah besal," ujar Bilal lagi sambil mengelus kepala Nadia. Gadis remaja itu semakin mengeratkan pelukan. Erina mengusap punggung anak tirinya untuk menguatkan.Sejenak Nadia lupa, akan niat awal datang untuk memohon kepada Agam agar ibunya diberikan ijin bertemu Bilal. Kini, rasa itu sirna. Berganti dengan bahagia, memeluk sosok kecil yang pernah tinggal dalam rahim yang sama dengannya."Buk, Bak gak mau iyem,""Iya, biarin Mbak gak mau diam lagi seneng, ketemu Bilal," jawab Laila terdengar lembut."Bak seneng kok anis?" tanyanya lagi. Sejenak Nadia merenggangka
Last Updated : 2022-04-09 Read more