Home / Romansa / Pengantin Untuk Tuan Mafioso / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Pengantin Untuk Tuan Mafioso: Chapter 1 - Chapter 10

27 Chapters

#1

DOR! Sebuah peluru menembus kepala seorang pria. Gelas yang ia genggam pun terjatuh dari tangan, membentur lantai. "Aakkh!! Papa!" Wanita itu mendekati jasad suaminya, yang sudah bersimbah darah. "Kalian!! apa yang kalian lakukan!!" DOR! Seketika wanita itu terdiam, saat peluru menembus tepat di kepala. "Berisik." Ucap seorang pria. "Bos." Panggil anak buahnya. Ia menoleh, wajahnya tidak menggambarkan kepanikan sedikit pun saat melihat seorang wanita, dengan rambut hitam sedikit coklat, panjang bergelombang terurai bebas, memakai piyama chemise berwarna putih. Ketiga pembunuh itu memandangi wanita tersebut, salah satu anak buahnya bersiap untuk menembak. Namun, Pria bernama Malvin menahan untuk tidak menembak, anak buahnya pun menurut. "Ayah, ibu?" Panggilnya berjalan pelan, menghampiri mereka, dengan tangan yang meraba-raba udara. "Dia buta?" Bisik salah satu pria. "Ah! Siapa itu!?" Wanita itu panik. "Tugas kita selesai, ayo pergi." Ucap Malvin. "Kita tidak membunuhnya?
Read more

#2

Sebuah mobil, memasuki rumah besar gaya klasik dengan dinding berwarna putih, yang memiliki 3 lantai, memiliki halaman yang cukup luas."Wah, besar sekali." Seorang remaja wanita keluar dari mobil tersebut."Selamat datang Tuan, Nyonya Hans." Sambut pelayanan rumah."Kalian sudah taukan, kami kemari untuk apa?""Ya Nyonya, saya tau.""Kalau begitu bawakan barang-barang saya, ayo sayang."Mereka adalah adik tiri Tuan Panduwinata, Hans dan istrinya Monica, ia membawa kedua anaknya ke rumah ini, anak pertama seorang putra bernama Aldo, dan anak kedua seorang putri, Adellia.Seluruh pelayan tidak suka dengan kehadiran mereka, dan kalian akan lihat sendiri alasannya. ~🥀~ "Sarah? siapa yang berisik itu?""Maaf Nona, Tuan Hans dan keluarga akan tinggal di sini, untuk menemani anda.""Kenapa harus mereka?""Tuan James dan Nyonya Victoria, tidak bisa menemani anda, karena sibuk be
Read more

#3

Malvin mencoba menghitung uang yang ia peroleh dari pekerjaannya, yaitu sebagai seorang Mafia. Tentu saja pekerjaan apapun itu, ia bisa jalankan, mau itu baik ataupun buruk, bahkan ia sanggup membunuh seseorang. Walaupun wajahnya sudah dikenali para polisi, namun mereka tidak memiliki hak, jika bukan Malvin yang menyerahkan diri kepada mereka. Tok! Tok! "Masuklah."Malvin melihat orang yang masuk ke ruangannya. Seperti ragu-ragu untuk memberitahu sesuatu."Ada apa Kevin?""Pak, boleh saya ijin keluar markas?""Kenapa kau bertanya pada ku, pergilah."Kevin melihat tumpukkan uang yang sedang di hitung. Malvin melihat anak buahnya."Berapa yang kau inginkan?"Kevin kaget "tidak banyak, hanya satu juta saja."Malvin memberikan uang yang sudah ia ikat dengan rapi, dan memberikannya pada Kevin."Terima kasih Tuan.""Pergilah, jangan pernah mengecewakan Jessie.""Ba, bagai
Read more

#4.

Remaja laki-laki bernama Zico melihat Malvin tidak percaya dengan apa yang ia lihat matanya yang terbuka lebar, saat sebuah pistol dikeluarkan dari saku celana Malvin, pria dewasa itu mengisi pistol dengan tiga peluru dan menyisakan satu tempat. kening remaja laki-laki itu perlahan mengeluarkan bulir- bulir keringat, melihat Malvin meletakkan pistol tersebut di meja. "Jika kau bersungguh sungguh ingin menjadi anak buah ku, lakukan sesuatu, agar saya tertarik dengan mu." Zico menunduk, senyuman jahat Malvin mulai terlukis dibibir seksinya. "Baiklah." Zico mulai mengambil pistol tersebut, ia arahkan ke tangan kirinya, dan tangan kanannya siap untuk menekan pelatuk tersebut, Malvin bisa mendengar detak jantung remaja laki-laki itu, itu seperti musik untuknya, matanya tidak lepas dari wajah ketakutan remaja laki-laki itu. Zico mulai menelan ludahnya dalam-dalam. Tek! Ia kaget, rasanya jiwanya akan lepas dari tubuh, ia tidak percaya dengan apa yang terjadi. Zico melihat Malvin tidak p
Read more

#5.

"Mungkin saja, saat kau mandi, dan pelayan setia mu tidak menemani, mungkin saja ada mata jahat yang memandang tubuhmu." ucap Malvin, membuat Aldo putra paman Hans berkeringat, ia pun memilih keluar dari ruang tengah tersebut.Dan Vinka terdiam tidak percaya dengan apa yang di ucapkan Malvin barusan. Seluruh keluarga Hans terdiam sama-sama tidak percaya."Bagaimana, kau tau hal itu akan terjadi!?" Tanya Vinka kesal."Itu sudah terjadi, Tuan Hans jika keponakanmu bersikeras tidak menerima ku, lebih baik aku pergi.""Tunggu!"Hans melihat Vinka "baiklah, kau bisa bekerja mulai hari ini, Sarah, tunjukkan kamarnya.""Baik Tuan."Malvin mengikuti Sarah."Tunggu!" Teriak Vinka.Seluruh keluarga Hans menoleh melihat Vinka. Adellia dan Nyonya Monica memutar bola matanya dan memilih pergi meninggalkan tempat itu."A, aku ingin bicara dengan mu."Semua pandangan ke arah Malvin."Sarah, antar-kan dia ke ruang p
Read more

#6.

"Tidak mungkin." ucap Sarah tidak percaya, setelah selesai membaca isi dari surat itu.Malvin mengeleng "kita tidak tau rencana Tuhan seperti apa." Ia mengambil kertas tersebut dari tangan Sarah, melipatnya kembali dan memasukkannya kedalam saku jasnya. Sarah melihat Malvin."Sejak kapan?" tanya Sarah penasaran."Aku tidak tau pasti, pria itu datang memohon kepada ayahku untuk menjaga Vinka, dan saat itu aku masih belajar menjadi seorang mafia." ===============FLASHBACK================ Dia adalah Tuan Panduwinata, Bos di sebuah perusahaan swasta dalam bidang pakaian, ia turun dari mobil, mengendong putrinya yang berusia 5 tahun, istrinya pun menyusul suaminya, berjalan menghindari jalanan yang penuh dengan kubangan."Permisi, apa anda tau alamat ini?" tanya Tuan Panduwinata pada salah satu warga yang sibuk melas kayu.Warga tersebut melihat lembaran kertas yang diberikan Tuan Panduwinata."Jalan luru
Read more

#7.

Malvin berusaha untuk tidur, namun matanya tidak ingin terpejam, ia mencoba membuka kaos dan melemparnya ke lantai."Sial!" ucapnya kesal, melempar bantalnya.Malvin berpikir, "baiklah." ia pun bangkit dari tempat tidurnya, memakai kembali kaosnya. Dengan pelan ia menutup pintu kamarnya, berjalan menyusuri lorong-lorong rumah dengan langkah perlahan.Tujuannya sudah sampai, yaitu kamar Vinka, tapi anehnya, kenapa pintu kamar terbuka, dengan pelan-pelan Malvin mendekati kamar tersebut, senyuman khasnya terlukis kembali."Menarik." ucapnya dalam hati. ~🥀~ Matahari muncul dengan perlahan terbit dari arah Timur, seluruh pelayan wanita sibuk dengan pekerjaan di dapur, membantu seorang koki pria yang sudah paruh baya. Malvin hanya melihat kegiatan mereka tanpa membantu, bahkan, ia dengan lancang mencicipi masakan itu satu persatu. Saat di piring terakhir, seseorang menepuk tangan Malvin dengan kasar."Tuan Malvi
Read more

#8.

Monica tidak percaya jika pria di depannya sudah mengetahui rencana busuknya. Pria tersebut tersenyum itu adalah ciri khasnya, tapi tidak tau apa arti senyuman itu, tidak ada yang tau bagaimana senyuman senang, ataupun meremehkan itu terlihat sama."Apa mau mu Malvin?" tanya Monica.Malvin melihat Desi yang berdiri di samping Monica dengan kepala tertunduk takut."Percuma saja saya mengatakan bahwa andalah pelakunya, karena suami anda memihak kepada anda." ucap Malvin."Apa katamu, Hans sudah tau?" tanya Monica tidak percaya."Kalau kau tidak percaya, tanyakan saja padanya, lagipula, tugas kita sama di sini." Malvin meletakkan foto Vinka di atas meja."Siapa yang menyuruhmu?" tanya Monica.Malvin tersenyum "itu privasi, saya tidak bisa memberitahu."Monica semakin marah "katakan apa mau, mu?" tanya Monica."Bebaskan Sarah dan berikan stempel racunnya."Mata Desi terbuka lebar dan benar-benar menjadi takut.
Read more

#9.

"Apa kau masih ragu-ragu?" tanya Bram.Mata Malvin melihat Bram lekat-lekat."Saya sudah membawa stempel racun yang anda minta." ucap Malvin ragu-ragu."Kau tidak apa-apa Malvin? sepertinya kau bimbang ingin memilih jalan yang mana."Malvin mengangguk, ia mengusap keningnya."Setidaknya kau harus memakai kekuatan mu sendiri."Malvin mengikuti langkah Bram, memasuki ruang laboratorium pribadi pria berusia 50an tersebut. Tidak ada yang menarik di laboratorium ini, yang ada hanya barang-barang yang akan diuji coba oleh Bram.Hidup Bram sepenuhnya sudah terikat di Rumah Sakit ini, semenjak sepeninggal istri tercinta, Bram lebih sering di Rumah Sakit dibandingkan dengan keluarganya yang selalu menyudutkan dirinya untuk mencari pendamping hidup baru, ini tidak mudah, jika sudah mengenal cinta, maka ia akan bertahan sampai kapanpun."Ini racun bunga Belladona, di dalam Belladona terkandung racun tropane alkoids dan atropine yang dapat
Read more

#10

"Daniel boleh aku bicara dengan mu, sebentar?" tanya Sarah sedikit malu-malu.Malvin mengerti aura ini, ia hanya bisa tersenyum. ~🥀~ "Aku tidak setuju jika kau bersama dengan Daniel," ucap Malvin pada Sarah, Sarah hanya diam melihat Malvin tidak percaya."Berikan aku alasannya?" tanya Sarah."Lupakan saja dia." lanjut Malvin, meninggalkan kamar Vinka, meninggalkan Sarah.Sarah terdiam, ia lanjut memandikan Vinka yang masih tertidur, sebenarnya ia sudah tau alasannya, namun ia tidak mau mencari masalah pada Malvin. Matanya mulai berkaca-kaca dan akhirnya tidak terbendung lagi, tepat mengenai lengan Vinka, dengan cepat, ia mengelap air matanya tersebut. ~🥀~ Sarah mendekati Malvin yang sedang menikmati rokoknya."Aku dan Daniel sebenarnya sudah saling mengenal lama." ucap Sarah, mendengar itu Malvin mematikan rokoknya dan menghela napas panjang."Tidak ada jod
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status