Home / Romansa / Pengantin Untuk Tuan Mafioso / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Pengantin Untuk Tuan Mafioso: Chapter 11 - Chapter 20

27 Chapters

#11.

"Bagaimana kalau besok kita berwisata?" tanya seorang wanita.Adellia dan Monica menoleh, dan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat, wanita itu tersenyum.Melihat itu mereka semua tersentak kaget, tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Ada rasa kepanikan di dalam hati mereka, namun tidak menunjukkannya."Vinka? kau sudah sadar?" tanya Monica."Iya Tante, ini semua berkat Sarah yang selalu menjagaku, dan Malvin yang sudah mencarikan obat penawarnya."Monica tersenyum masam, mengetahui nama-nama yang tidak bisa di pihaknya, sepertinya ia mendapatkan ide busuk untuk menyingkirkan pewaris keluarga Panduwinata itu."Tentu, mau wisata ke mana kita?" tanya Monica.Vinka tersenyum "bagaimana kalau Tante yang memikirkan tempatnya." ucap Vinka, ia berjalan menaiki tangga dibantu Sarah. ~🥀~ Malvin yang baru saja mencuci mobilnya, berjalan menenteng ember yang berisi peralatan mencuci mobil, bi
Read more

#12.

Selesai melayani Vinka, Sarah membawanya ke meja makan."Selamat pagi Vinka." sapa Monica.Tiba-tiba bulu kuduk Sarah berdiri "ada apa dengan nenek lampir ini? tidak biasanya dia menyapa." bisik Sarah pada Vinka, Vinka hanya mencubit pinggang Sarah pelan "Maaf Nona." Ia pun menarik kursi untuk Vinka."Terima kasih Sarah." ucap Vinka."Selamat pagi Tante." sapa Vinka memberikan senyuman manisnya.Senyuman itu membuat Monica semakin membenci keponakannya ini."Sarah kau boleh sarapan,nanti kau pun ikut menemani Nona Vinka, bukan?" tanya Monica."Ya Sarah pergilah sarapan, kalian semua juga ya." ucap Vinka pada seluruh pelayan. Terima kasih Nona....ucap para pelayan kompak.Seluruh pelayan pun berjalan menuju dapur, begitu pun Sarah, namun langkah Sarah tidak begitu lancar, karena ia mengkhawatirkan Nona Vinka. ~🥀~ "Wah, tidak biasanya ya Nyonya Monic
Read more

#13.

BRAK! Mereka membanting pintu bersamaan. Memandang luas sebuah Villa yang tidak jauh besar dengan rumah milik keluarga Panduwinata. "Astaga Vinka!!" teriak seseorang berlari mendekat memeluk Vinka. Monica kaget bukan main, ternyata Victoria adik kandung Tuan Panduwinata ada di Villa. "Halo Monica, lama tidak bertemu, ya ampun ini si kembar itu ya? mereka tumbuh dengan cepat ya, bagaimana sekolah kalian?" tanya Victoria membuat kedua remaja itu mulai bosan. "Kau sendiri di sini?" tanya Monica. "Tidak, aku bersama dengan James tapi dia ada keperluan mendadak di kantor, huh...di sini dingin ayo kita masuk." ajak Victoria. Mereka pun mengikuti Victoria dari belakang. "Sial." ...~🥀~... "Dingin sekali di sini, seandainya Sarah ada di dekatku." "Jangan berpikir
Read more

#14.

"PEMBUNUH!!"   "Malvin!" panggil Daniel memecah lamunan Malvin.   "Kau tidak apa-apa?" tanya Daniel.   Malvin memijat keningnya yang terasa pusing.   "Aku tidak apa-apa, lebih baik kau dirikan tenda untuk istirahat."   "Baiklah." Daniel membuka bagasi mobil, mengambil kantung besar dari bagasi tersebut.   "Malvin bisa kau bantu aku?!!" teriak Daniel.   Sepertinya Malvin tidak mempedulikannya, Daniel menghela napas dan meneruskan pekerjaannya menyusun tenda.   Malvin mulai ingat kembali, saat dirinya menerima perjanjian pada Tuan Panduwinata.     ...=========FLASHBACK=========...   "Tuan ada tamu untuk anda."   Tanpa menunggu persetujuan dari Tuannya, wanita itu mempersilakan masuk, seorang pria paruh baya masuk ke dalam kantor yang dipanggil T
Read more

#15.

Hhuuaamm!! Daniel menguap dengan mulut terbuka lebar. Malvin menoleh, melihat Daniel.   "Maaf." "Untung saja tidak ada lalat yang masuk!" ucap Malvin tegas.   AAAKKGGHH!!!   Malvin dan Daniel menoleh ke sumber suara.   "Vinka!" "Itu suara si wanita buta, kan?" tanya Daniel.   Malvin mulai berlari menuju sumber suara.   "Malvin tunggu aku!" teriak Daniel mengejar Malvin.   Jalan bergelombang, banyak bebatuan membuat Daniel begitu sulit mengejar Malvin.   "Astaga anak itu makan apa sih?" ucap Malvin mulai capek. Ia pun memutuskan untuk duduk beristirahat di sebuah batu besar. "Aku akan menyusul." ucapnya lemas.   Namun sepertinya Malvin sudah hilang dari pandangannya.   "Hah! masa bodo, gua capek!"   ~🥀~  
Read more

#16.

Huk! Huk!   Malvin terbatuk-batuk, berusaha mengeluarkan sisa-sisa air sungai yang masuk ke dalam mulutnya. Dengan penuh kekuatan, di lihatnya Vinka yang masih tidak sadarkan diri dibawah tubuhnya, pria itu mencoba membopong tubuh Vinka yang kurus, ini tidak begitu sulit untuknya, karena wanita itu seringan kapas, apalagi Malvin sering diam-diam berolahraga.   Dengan hati-hati, Malvin mencoba menekan bagian tengah dada yang sejajar dengan puting dengan telapak tangannya. Vinka mulai terbatuk-batuk, sadarkan diri.   "Malvin?" pangilnya lemas.   "Ya, Nona?" jawab Malvin memakai kembali suara khas remajanya, karena belum saatnya Vinka mengetahui siapa dirinya.   Dengan hati-hati Malvin membantu Vinka untuk duduk.   "Sudah lebih baik?" tanya Malvin.   Vinka mengangguk, Malvin membantu Vinka untuk berdiri.   "Ngh." rintih
Read more

#17.

Malam mulai datang, hujan semakin deras, seorang pria duduk di depan perapian sederhana yang terbuat dari batu bata, sebenarnya ini bukan perapian ini lebih mirip kompor tradisional yang terbuat tumpukan batu. "Bagaimana airnya?" tanya seorang wanita. "Sepertinya sudah." balas Malvin memberikan ruang untuk wanita itu mengambil air yang sedari tadi dimasak. Air masak itu untuk memandikan Vinka, mungkin demamnya belum membaik, bahkan Malvin bisa mendengar Vinka mengigau memanggil seseorang untuk tidak meninggalkan dirinya. "Terima kasih Nyonya, anda mau menampung kami yang asing ini." ucap Malvin. "Panggil saja aku bibi, Nyonya itu hanya untuk orang kalangan berada." balas bibi. "Sudah berapa lama kalian tinggal di sini?" tanya Malvin penasaran. "Setelah menikah kami memutuskan untuk tinggal di sini, tanah ini harus ditempati, kalau tidak mereka akan mengambil dan mengaku-ngaku ini milik mereka." "Siapa?" tanya Malvin. "Kamu tidak tau, itu loh, Tuan James dan saudaranya Hans, mer
Read more

#18.

"Sepertinya mau mendung lagi." ucap Bibi. Malvin melihat keatas mengikuti Bibi. "Malvin, seperti apa langit mendung?" tanya Vinka. "Gelap seperti yang kau lihat sekarang." ucap Malvin. Vinka mengerti, itu artinya mendung seperti dirinya yang buta "itu artinya setiap hari cuaca ku mendung?" tanya Vinka kembali. Malvin melihat Vinka "benarkah? apa yang kau rasakan sekarang?" tanya Malvin. "Aku senang, karena di mendung ku, ada Malvin." ucap Vinka membuat Malvin malu dibuatnya. Bibi menepuk pundak Malvin, tanda memberi semangat, ia pun tersenyum. ~🥀~ "Kenapa kau tidak bisa menjaganya!?" teriak Hans pada Victoria, wanita itu hanya bisa menangis saat kakak tirinya berteriak padanya. "Aku akan melaporkan suami mu, sekarang juga!" Mendengar itu Victoria sangat takut, ia memegang kaki Hans dengan erat, membuat pria itu tidak bisa melangkah dengan bebas. Bagaimana tidak kesal, Hans sedang mengurus perusahaan di luar kota, ia sebenarnya berani berlama-lama mengurus perusahaan, karena
Read more

#19.

Kevin dan Zico melihat Daniel dengan serius. "Jadi kau belum menemukan Tuan Mafioso?" tanya Kevin. "Ya, aku harap Malvin baik-baik saja." Tiba-tiba terdengar suara ponsel berdering, Daniel yang lain merasa tidak memiliki ponsel, ia pun mengecek tas Malvin, benar saja, sebuah panggilan atas nama "Hans", Daniel kenal orang ini, ia pun mengangkat teleponnya, tanpa berbicara, namun si penelepon pun tidak berbicara. Tak! Daniel dan yang lain tersentak kaget, mereka seperti mendengar sebuah benda keras membentur sesuatu, dengan cepat Daniel mematikan panggilan tersebut. "Sialan!" "Ada apa kak?" tanya Zico. ~🥀~ Malvin membantu Vinka untuk keluar dari taksi, dengan hati-hati wanita buta itu melangkah keluar. Tempat ini begitu asing untuknya, karena telinganya terus mendengar suara bising kota, entah berapa lama ia terkurung di rumah besar itu, sesekali dirinya kaget memeluk Malvin karena suara yang tiba-tiba muncul begitu keras. Malvin bisa saja berhenti tepat di Bar tempat markasnya
Read more

#20.

Tuttt....Tuuttt....   "Bagaimana?" tanya Hans pada Malvin yang sibuk menelepon ke markasnya memakai telepon umum.   Malvin mengeleng, itu membuat Hans gusar, sekarang mereka tidak tau terdampar di mana. Malvin melihat seorang wanita tua yang berjalan dengan tongkatnya, ia pun mendekati wanita tua tersebut.   "Dasar, masih sempat-sempatnya dia ingin merayu nenek-nenek!" ucap Hans kesal, ia pun menyusul.   Entah apa yang Malvin katanya pada wanita tua itu, yang jelas Hans tidak mengerti bahasa mereka, di akhir pembicaraan, Malvin menundukkan kepala, wanita tua itu pun berjalan menjauh.   "Kenapa?" tanya Malvin.   "Kau ini Mafia apa guru bahasa asing?" tanya Hans.   Malvin tidak menjawab, ia berjalan meninggalkan Hans sendiri.   "Hai! saya bicara pada mu!" teriak Hans mengikuti Malvin.   Mereka berja
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status