All Chapters of IPRIT: Chapter 81 - Chapter 90

119 Chapters

BERBADAN DUA?

Cempaka begitu terpukul atas apa yang menimpa dirinya. Suaranya berubah seperti nenek-nenek, serak dan dalam. Kerut-kerut nampak jelas di wajahnya yang jelek."Aku harus mencari korban malam ini juga, tidak boleh gagal," katanya.Untuk sekilas ia kembali memandang bulan yang bersinar terang seperti mengejeknya. 'Bulan saja terlihat cantik, mengapa aku harus jelek,' begitu pikirnya.Tidak terima dengan nasibnya yang akan berubah kalau tidak mendapatkan tumbal malam ini, secepatnya ia melesat turun gunung lagi berniat mencari mangsa."Tak ada rotan akar pun jadi, tak bercinta dengan pengantin, dengan orang tak waras juga jadilah, asalkan dia perjaka," sumpahnya.Berkejaran dengan waktu Cempaka mencoba merapalkan ajian pelet. Dirinya harus nampak cantik malam ini. Mematut diri sambil duduk di atas pohon tinggi, ia melihat aktivitas sekitar.Dari kejauhan ia melihat seorang pemuda  berjalan terseok-seok. Tangannya bergerak ke sana-sini, mul
Read more

SAYEMBARA WANITA BERCADAR HITAM

"Ih ... kok hamil sih," jawab Supiyah sambil cemberut."Tadi kau bilang, berbadan dua, artinya ya hamil," jelas Faruq."Bukan, berbadan dua itu, aku dan kamu ... hihihi," kata Supiyah sambil tertawa kecil."Itu namanya berdua, bukan berbadan dua," tukas Faruq sambil ikut tertawa.Selanjutnya mereka mengobrol untuk semakin mendekatkan diri. Faruq mendengar cerita istrinya dengan mata terpejam. Seperti mendengar dongeng laksana dinina bobokan, tidak sadar ia malah tertidur.Mendengar dengkuran suaminya, Supiyah berhenti bercerita. Mulutnya manyun karena kesal."Kok tidur sih? Ini kan malam pertama, malah ngorok," kata Supiyah kesal.Akhirnya wanita yang gagal mengakhiri masa gadisnya itu menyusul suaminya berbaring, terlelap dengan hati kecewa.Keesokan harinya Wisaka dan Cantaka alias Jaka, berpamitan kepada Faruq dan keluarga istrinya. Faruq menangis sedih, Onet melompat ke pundak lelaki itu."Apakah kau mau tinggal deng
Read more

PENDEKAR PEMBURU IBLIS

Entoh menggeleng. Pemuda itu memang melihat Wawan temannya mengobrol dengan wanita bercadar, tetapi tidak mendengar apa yang mereka perbincangkan."Dia bilang, aku tunggu ya, Ganteng, hahaha ... hahaha ... hahaha," kata Wawan riang. Ia tertawa terbahak-bahak."Apakah itu artinya dia tertarik padamu?" tanya Entoh."Bisa jadi ... bisa jadi, apakah aku seganteng itu? Kalau kau lihat tadi, wanita itu kulitnya licin dan mulus, ooh." Wawan  memejamkan mata sambil merentangkan kedua tangannya. Membayangkan sosok jelita yang tadi ia temui. Terbayang di wajahnya, ia menggenggam tangan halus itu. Membawa ke dadanya kemudian mengecupnya, harum aroma tubuhnya masih tercium rasanya."Eh, malah melamun," kata Entoh sambil memukul pundak sahabatnya itu.Wawan terlonjak kaget, sesaat kemudian mereka tertawa. Mentertawakan kekonyolan sendiri. Semua itu membuat mereka mengerti, kalau untuk menang dalam sayembara itu tidak boleh berdiam diri, harus berguru lagi
Read more

ADA APA DENGAN CANTAKA?

"Aku adalah Pendekar Pemburu Iblis," jawab pemuda itu."Bagus sekali julukanmu, semoga beruntung," kata wanita bercadar hitam itu."Akhirnya kita bisa bertemu lagi," kata Pendekar Pemburu Iblis.Terlihat dahi wanita itu berkerut, ia tidak mengerti ucapan pemuda di depannya. Wanita itu memandang lekat Pendekar Pemburu Iblis yang sedang tersenyum nakal kepadanya."Apakah kau pernah bertemu denganku?" tanya wanita bercadar itu."Betul sekali, Nyai, aku pernah menabrakmu dulu," jawab pemuda gagah itu."Oh, ya ... ya aku ingat, hahaha ... hahaha," wanita itu tertawa merdu.Pendekar Pemburu Iblis semakin mengawang-awang perasaannya. Sementara orang-orang di bawah panggung begitu ramai bersorak melihat mereka berdua."Ayo bertarung ... ayo bertarung!" Teriakan-teriakan para penonton membahana, mereka ingin agar Pendekar Pemburu Iblis segera bertarung memilih lawan. Setelah dirasa cukup menyapa orang-orang yang sedang meng
Read more

HADIAH SAYEMBARA YANG MISTERIUS

Wisaka mengguncang-guncang tubuh Cantaka. Anak itu bergeming, Wisaka semakin panik. Ia periksa seluruh nadinya, tidak ada yang aneh, semua normal. Harusnya Cantaka tidak pingsan. Wisaka mencurigai sesuatu.Bukk.Belum sempat berpikir tentang kecurigaannya, dada Wisaka tekena pukulan yang dilancarkan oleh Cantaka. Tentu saja Wisaka kaget bukan kepalang. Walau tidak merasa sakit, tak urung dirinya terjengkang."Hihihi ... hihihi ... hihihi." Cantaka bangkit dan berlari sambil tertawa cekikikan."Kualat, kau Bocah," kata Wisaka sambil mengejar Cantaka.Kena, Wisaka memeluknya sambil berguling-guling, mereka tertawa bersama. "Bocah nakal, orang tua dikerjain!" seru Wisaka."Hihihi ... hihihi ... hihihi." Cantaka tetap tertawa tanpa merasa bersalah.Wisaka semakin gemas, ia memeluk anaknya semakin erat. Pada saat itu, tiba-tiba ia ingat Mayang, anaknya yang lain yang diculik perempuan bercadar kuning dan Rima yang berjiwakan C
Read more

PENARI ULAR

Wisaka berkata sambil menarik tangan musuhnya itu. Ia membantunya berdiri."Ambil hadiahnya ... ambil hadiahnya!""Ayo gendong dan bawa pulang!"Teriakan-teriakan penonton menambah panas hati Pemburu Iblis. Hatinya tak rela wanita itu berpindah tangan. Dirinya tak henti-hentinya mengutuk dirinya yang sombong menantang kembali orang buat melawannya.'Bagaimana ini? Mengapa Wisaka yang memenangkan sayembara?' pikir Iblis betina itu. Pikirannya kalut, tentu saja dengan begitu mudah penyamarannya akan diketahui. Apalagi sekarang kekuatannya belum pulih sepenuhnya, karena kegagalan dulu menjadikan Faruq sang pengantin, sebagai tumbal."Ambil hadiahnya!""Ayo, bawa pulang!"Sorak-sorai dan teriakan-teriakan penonton, semakin ramai. Semua berharap agar Wisaka membawa wanita bercadar itu. Wanita itu nampak duduk dengan tegang, ia duduk sambil meluruskan punggungnya. Sesungguhnya ia berharap Pemburu Iblis itu tidak dikalahkan oleh
Read more

RAHASIA SEKAR AYU

Gadis itu dibantu temannya membawa jenazah Pendekar Pemburu Iblis. Mereka berpandangan satu sama lainnya, mungkin merasa shock. Mayat itu keadaannya begitu mengenaskan. Badan gosong mengkerut serta telanjang bulat. Matanya melotot tanda ketika sakratul maut datang begitu menakutkan.Saat kembali ke kamarnya mereka juga mendapati Karmilah tengah duduk melamun seperti menyesali diri. Saat disapa ia hanya menoleh sekejap dan melamun kembali. Akhirnya teman-temannya menjauh, membiarkannya sendirian."Dia kenapa?" bisik temannya bertanya."Entahlah, setelah dia kembali dari ruangan pemimpin kita, dia seperti itu, terbengong-bengong tanpa bisa ditanya," temannya bertanya sambil berbisik pula."Kenapa, ya?"Mereka, gadis-gadis yang belum menjadi tumbal Iblis Tengkorak serentak menggeleng. Apalagi setelah penyeret mayat Pemburu Iblis bercerita, dalam hati mereka muncul rasa takut. Para gadis-gadis itu tidak bisa tidur sampai pagi.    &nbs
Read more

RAHASIA TERKUAK

Dengan diam-diam Onet mengikuti gadis berbaju serba hitam itu. Wisaka dan Cantaka mengikuti sambil sesekali berlindung di balik pohon.Sekar Ayu merasa curiga karena Wisaka begitu saja melepaskan dirinya. Ia bingung harus ke mana dirinya menuju kini? Diam-diam sudut matanya melihat ke atas pohon. Ia melihat seekor kera seperti mengikutinya dari tadi, dan gadis itu tahu kalau kera itu adalah peliharaan Wisaka.Tap tap tap.Karena kebingungan akhirnya ia naik pohon dan berbaring di cabangnya. Ia berpura-pura tidur sambil berpikir.'Apa yang harus kulakukan,' pikirnya.Lama-lama ia tertidur juga akhirnya. Wisaka kesal jadinya.Sementara itu di tempat yang berbeda, seorang wanita dengan cadar kuning nampak mondar-mandir di halaman sebuah gubuk sederhana. Hari sudah semakin sore.Seorang wanita dengan anak perempuan kecil di pangkuan menatap heran."Apa yang membuatmu gelisah, Kakak?" tanya perempuan itu."Orang yang kunantikan
Read more

SAYEMBARA KHUSUS PERJAKA

Wisaka berseru memanggil wanita bercadar kuning. Namun, wanita itu terus melesat. Pendekar Pemburu Iblis tiba-tiba muncul di hadapan Wisaka. Membuat pemuda itu terkesiap kaget. Wisaka menyingkirkannya, tetapi badan Pemburu Iblis itu berat bagaikan batu."Enyahlah, kau!" teriak Wisaka.Pemburu Iblis itu diam saja, wanita bercadar itu semakin menjauh. Wisaka tidak dapat menyusulnya karena selalu dihalangi oleh Pemburu Iblis. "Maksudmu apa?" tanya Wisaka. "Aku ada urusan penting dengan wanita bercadar kuning itu!" teriak Wisaka geram. Ia kemudian melepaskan pukulan jarak pendek.Blaaar.Hancurlah badan Pemburu Iblis itu. Wisaka cepat melesat memburu ke arah menghilangnya wanita bercadar. Sunyi, tak ada siapa pun, bahkan pohon-pohon kecil yang berayun pun sudah diam kembali."Sialan!" maki Wisaka. Ia merasa kesal karena kesempatan bertemu anaknya, Mayang, lenyap sudah.Brukkk.Saat Wisaka mundur ia menabrak sesua
Read more

PERTARUNGAN ANTAR WANITA BERCADAR

Wisaka heran dengan persyaratan lomba seperti begitu. Untuk sesaat ia tak bisa menjawab.  "Pertandingan macam apa ini? Mengapa syaratnya harus perjaka, aku baru dengar seumur hidup?" tanya Wisaka geram. "Peraturannya memang begitu, Kisanak?" jelas petugas. "Siapa yang membuat peraturan?!" tanya Wisaka lagi. "Wanita Bercadar Hitam, ia yang menginginkan seluruh pendekar yang bertarung adalah seorang perjaka tulen," kata petugas kembali, menjelaskan. "Peraturan yang aneh," desis Wisaka. Ia tidak mengerti mengapa semua yang bertarung harus seorang perjaka tulen. 'Bukankah ini mengundang kecurigaan?' tanya Wisaka dalam hati. "Bagaimana, Kisanak, apakah kau seorang perjaka?" tanya petugas pencatat lagi tak sabar. "Iya, dia masih perjaka, Paman," jawab Cantaka. Wisaka kaget sekali mendengar pernyataan Cantaka. Lelaki itu memandang Cantaka yang mengedipkan sebelah matanya dengan cengengesan. "Ya sudah, dua minggu l
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status