Semua Bab IPRIT: Bab 61 - Bab 70

119 Bab

IBLIS TENGKORAK DARI LEMBAH PERAWAN

Iblis itu tertawa melihat mata Rima yang semakin sayu. Sesaat lelaki itu mempermainkannya. Gadis itu semakin kewalahan dengan hasratnya sendiri. "Kau sudah siap, Gadisku?" Sekali lagi Iblis Lembah Perawan itu bertanya nakal kepada gadis di depannya. Gadis muda itu ingin sekali menganggukkan kepala tanda setuju. Namun rasa malunya lebih besar, membuat dia mengurungkan niatnya. Lelaki itu semakin membakar gairahnya. Dia menelusuri setiap inci tubuh gadis cantik itu. Rima semakin tak kuasa menahan hasratnya. "Iya ... iya," katanya. Semburat merah muda kembali membayang di pipi halusnya. Napasnya memburu, terengah-engah karena desakan nafsunya sendiri. Begitu mendengar kata-kata dari perawan itu, tidak secepatnya lelaki itu mengambil posisi di atas. Dirinya masih ingin wanita itu mengemis-ngemis kepadanya. Kembali Iblis itu menjamah badan mulus tersebut. Dipermainkan begitu rupa, gadis itu semakin tenggelam dalam sensasi yang luar biasa. Napasnya
Baca selengkapnya

ILMU PELET PELINTIR LEUNCA

  Sapto ditarik oleh arwah Rima. Rima menyeret Sapto kembali ke gua. Lelaki itu terjengkang ke belakang, mundur seolah-olah binatang yang diikat penggembala. Rima mempermainkan Sapto untuk membalaskan kesumatnya. "Hihihi hihihi hihihi, Sapto ... Saptoo." Lirih Rima memanggil-manggil nama lelaki muda tersebut. Suara dingin yang mengandung magic tersebut mampu meremangkan bulu kuduk Sapto. Setelah Rima menjadi arwah tentu saja lebih menakutkan daripada Rima yang masih hidup. Entah siapa kini yang bersemayam di tubuhnya Rima. Arwah gadis itu kini mempunyai ilmu yang membuatnya takluk. "Jangan ... jangan," kata Sapto. "Diam! Nikmati permainanku kali ini," kata arwah Rima dengan muka dingin. Wajah Sapto pucat pasi, badannya bergetar karena ketakutan. Dia membayangkan dirinya akan menjadi bulan-bulanan arwah Rima. Tulangnya akan hancur terpatah-patah. "Hihihi hihihi hihihi hihihi ...." Ting. Saat arwah Rima mengacungkan
Baca selengkapnya

BUDAK PEMUAS

Begitu melihat wajah lelaki itu, arwah jelmaan Rima begitu berang. Mukanya berubah ganas. Tangannya diangkat sedikit. "Kau ... Iblis Lembah Perawan, rasakan pembalasanku!" teraknya. Laki-laki bertopeng itu rupanya Iblis Tengkorak yang kembali di saat yang tepat. Sapto bisa terselamatkan dari dendam arwah Rima. Kini, arwah wanita itu berbalik menyerang Iblis Tengkorak dengan ilmu yang sama, saat tadi mempermainkan Sapto. Ting. Sebutir buah leunca kembali berada di ujung jari dan jempolnya. Rupanya dia hendak mengerjai laki-laki itu dengan mempermainkan hasrat kelelakiannya.  "Kau bisa apa, Hantu gentayangan?" tanya Iblis Tengkorak. "Hihihi ... hihihi ... hihihi," Arwah itu tertawa cekikikan. dia mulai menekan leunca dengan jempolnya. Dahinya tiba-tiba berkerut, dia menghentikan pelintirannya. "Hahaha ... hahaha ... hahaha, apa yang terjadi, Hantu sombong?" tanya Iblis Tengkorak. Dia tertawa terbahak-bahak demi melihat dahi
Baca selengkapnya

MISTERI PENGUASA TUBUH PERAWAN

Iblis Tengkorak Lembah Perawan tertawa terbahak-bahak melihat Sapto yang kerepotan dengan ganasnya serangan asmara penguasa tubuh Rima. Wanita itu menyerang Sapto dengan sentuhan-sentuhan liarnya. Tentu saja Sapto kebingungan menentukan sikap. Satu sisi dia malu kepada tuannya dan tidak mau kehilangan keperjakaan karena diperkosa hantu. Sisi lainnya, hasrat yang tadi tertunda karena pengaruh ilmu pelet pelintir leunca, kini berkobar lagi. Dengan malu-malu Sapto membalas sedikit-sedikit. "Bodoh! Kau tidak ikut bergabung?" tanya Hantu wanita itu kepada Iblis Tengkorak. Iblis Tengkorak merasa terhenyak mendengar pertanyaan dari Iblis yang menguasai jasad Rima. Mengapa dia begitu lancang? "Siapa kau?" tanya Iblis Tengkorak. "Hihihi ... hihihi ... hihihi, benarkah kau tidak tahu siapa aku? Hihihi ... hihihi," kata hantu perempuan itu sambil tertawa melengking. Sesaat dia melepaskan pelukannya terhadap Sapto. Seiring gairahnya menurun karena mericanya tidak
Baca selengkapnya

ARWAH BERBAJU MERAH

Sapto keluar ruangan, bermaksud mencari tempat untuk tidur malam ini. Setelah malam yang melelahkan dan pengalamannya pertama kali dicium oleh wanita, dia merasa ingin mengistirahatkan otaknya yang sudah dipenuhi hasrat kotor. Bukankah besok tugas berat sudah menantinya? Menghadirkan sosok wanita yang masih perawan. "Tinggal tiga hari purnama datang, kemana aku harus mencari wanita itu," gumamnya. 'Ah sudahlah, besok aku pikirkan lagi.' Hatinya berkata sendiri. ****** Sementara itu Wisaka dan Faruq serta Onet, mereka bertiga masih tetap berkelana mencari Cempaka serta Iprit yang melarikan diri. Berbagai goa dan hutan telah mereka jelajahi, tetapi Cempaka seperti raib ditelan bumi. "Kemana lagi kita mencari, Kang?" tanya Faruq. "Entahlah, hari juga sudah mulai malam, kita harus mencari tempat untuk beristirahat," jawab Wisaka. Akhirnya mereka menemukan sebuah goa kecil yang terasa begitu dingin. Aura mistis sangat terasa oleh Wisaka. Na
Baca selengkapnya

RITUAL DI MALAM BULAN PURNAMA

Lelaki itu meraih tubuh di hadapannya, kemudian menaruh di pundaknya. Tanpa lelaki itu sadari, tangan sang gadis tersangkut sesuatu dari kepalanya dan menjatuhkannya ke lantai goa. Ia berlari cepat sambil memanggul perempuan yang sedang dalam pengaruh hipnotisnya. Rambut gadis itu panjang menjuntai, menutupi mukanya hampir menyentuh tanah. Berkibar karena kencangnya lelaki itu berlari. Melesat di antara lebatnya pepohonan tidak menyulitkannya untuk segera sampai dan memperlihatkan hasil penculikannya kali ini. Kepada sang tuan yang telah menunggunya selama dua hari. Nanti adalah malam terakhir yang merupakan malam bulan purnama. Wanita yang bersemayam di jasad Rima itu harus menjalani ritual pergantian jasad malam ini. "Lama sekali kau baru datang, Sapto?" tanya sang Tuan. "Ya, Tuan Iblis Tengkorak, aku kesulitan mencari perempuan yang masih gadis, kebanyakan di desa ini kecil-kecil sudah menikah atau menjadi janda," jawab Sapto. Sapto meletak
Baca selengkapnya

PERGANTIAN JIWA

Bergegas Sapto melakukan apa yang diminta oleh junjungannya. Dia melangkah ke dalam ruangan di mana tadi dia membaringkan gadis cantik itu. Langkahnya terhenti. Matanya memandang tanpa kedip pemandangan di dalam ruangan. "Cempaka ...." Iblis Tengkorak berbisik di telinga gadis itu. Nampak dirinya tengah mengagumi keindahan tubuh molek yang tanpa sehelai benang pun. Lelaki itu menjamah bukit-bukit sampai lembah tak terjamah. Hatinya tersenyum sangat senang. Dia mencium aroma yang begitu menarik otaknya untuk berbuat mesum. Namun, beruntungnya, sedikit kesadaran Iblis Tengkorak telah menyelamatkan gadis itu dari sergapan nafsu liarnya.  Cempaka sesungguhnya otaknya sadar saat digendong dan dibawa lari. Begitu pula kini saat dirinya tengah dikagumi begitu rupa oleh lelaki yang tidak dia kenal. Dirinya ingin bertanya, tetapi ilmu gendam lelaki itu membuatnya hanya terdiam membisu. Walau rasa malu begitu membelit raganya, gadis itu hanya bisa menangis. "Kau m
Baca selengkapnya

BENANG KUSUT

Cempaka yang berada di raga Rima ambruk di pelukan Sapto. Lelaki itu kebingungan dengan keadaan Cempaka, serta tiba-tiba ada orang asing datang ke Lembah Perawan ini."Siapakah kau?" tanya Sapto sambil tangannya tetap memegang tubuh Cempaka."Cepat tunjukkan wanita yang kau culik, kalau kau masih ingin bernafas!" seru Wisaka. Tangannya bersiaga untuk pukulan jarak jauh."Aku tidak mengenalnya," kilah Sapto. Ia tidak mengakui perbuatannya."Apakah kau hendak melindungi Iblis keparat itu?" tanya Wisaka sambil menunjuk wanita di depannya. "Itu berarti kau cari mati, hiaaa!"Wisaka melepaskan pukulan kepada sepasang manusia di depannya itu. Secepatnya Sapto berkelit sambil menggendong Cempaka yang terjebak dalam tubuh Rima."Hihihi ... hihihi ... hihihi, kembalikan tubuhku!" Lengkingan tawa membahana di ruangan itu. Hawa mistis mengalir dingin menusuk pori-pori. Membangkitkan bulu roma siapa pun yang mendengarnya.Kunang-kunang kecil itu
Baca selengkapnya

DANAU ASMARA

Kematian Sapto membuat Kuntilanak Baju Merah merasa bersalah. Pikirannya tidak sampai kalau Sapto adalah kunci untuk mengetahui ke mana para Iprit itu pergi. Wisaka dibantu Faruq menguburkan jenazah lelaki tangan kanan Iblis Tengkorak itu, jelmaan dari Iprit pelarian dari kampung.Mereka diam dalam keheningan, sementara masing-masing pikiran entah berkelana ke mana. Wisaka mengamati batu besar yang sudah dipahat sedemikian rupa menjadi tempat tidur. Ukiran-ukiran berbentuk bunga bertebaran di kepala divan batu itu. Ukiran bunga kematian atau kamboja."Ke mana kini kita akan pergi? Kita harus secepatnya menemukan Cempaka eh Iblis betina itu," ujar Wisaka. Ia sendiri kebingungan bagaimana menyebutnya, raga Cempaka tetapi berjiwa perempuan Iprit itu."Kita pergi ke danau, kita akan akan mencari danau itu, wahai," kata Anjani. Anjani tidak mengerti danau mana yang akan mereka cari itu."Ayo! Setidaknya kita harus berusaha," ajak Wisaka.Mereka berjalan
Baca selengkapnya

PENCULIKAN

"Hiks ... hiks ... hiks," Kuntilanak Merah menangis. "Wahai, ada apa?" tanya Anjani. Ia kemudian menyodorkan baju merah lalu berbalik memberi kesempatan kepada Kuntilanak merah memakai bajunya. Sret.Sekejap mata baju itu sudah menutup tubuh wanita itu. Ia masih menangis tak berdaya. Mungkin kalau diibaratkan manusia, sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah menjadi hantu diperkosa iblis."Coba ceritakan, apa yang terjadi, Rima?" tanya Wisaka."Saat aku berputar-putar di sekeliling mereka yang sedang melakukan percintaan, rupanya ilmu para Iblis itu tahu kalau aku bukan sembarang kunang-kunang. Iblis Tengkorak yang sedang dikuasai puncak asmara, tiba-tiba menangkapku, kemudian melesat terbang ke tepi danau, Iblis betina juga pergi. Setelah sekilas kulihat ia bercermin lagi di danau itu, ia berkelebat entah ke mana. Iblis Tengkorak melepaskan hasratnya kepadaku ... hiks ... hiks," jawab Rima sambil menangis.Wisaka geleng-geleng kepala, b
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status