All Chapters of IPRIT: Chapter 101 - Chapter 110

119 Chapters

RENCANA PERTEMUAN

"Ibu." Anggini menghambur ke arah ibunya. Wisaka terpana dengan pemandangan di depannya itu. Apalagi Cantaka, mukanya  memucat melihat kenyataan di depan matanya. "Kau ... kau," kata Cantaka. Dia menunjuk ke arah Anggini. Anggini juga bingung, dia melihat ke arah Anjani. Anjani terlihat kikuk, bagaimana harus menjelaskan ini semua. Wanita itu menghela nafas panjang. "Dia adalah ... Mayang," jelas Anjani. "Kau adikku?" "Apa? Aku adikmu? Ibu jelaskan!" pinta Anggini. Mata gadis itu memandang ke arah Cantaka, begitu pula dengan pemuda tersebut. Berbagai perasaan bergejolak dalam hati mereka. Cinta yang baru saja mekar haruskah berakhir? "Wahai, mereka adalah bapakmu serta kakakmu," kata Anjani akhirnya. "Oh." Anggini menutup mulutnya, matanya terbelalak tak percaya. "Bagaimana kisahnya aku bisa bersaudara dengan Kakang Cantaka?" tanya gadis itu. Anjani mengisahkan semua kejadian dahulu, dimana
Read more

UNDANGAN

Cantaka terpaku di tempatnya berdiri. Sinar putih itu begitu menyilaukan mata. Dia mencoba melindungi dengan tangannya. Namun, tetap saja cahaya itu mengganggu pandangannya.Perlahan-lahan pemuda itu menuju ke arah cahaya tersebut. Cantaka semakin menajamkan penglihatannya yang semakin terasa perih. Akhirnya dia melihat sesuatu yang sangat luar biasa."Oh, jurus Matahari Terbenam itu sudah mencapai kesempurnaan, benarkah itu, Pak?" tanya Cantaka kepada bapaknya.Wisaka yang sedang berkonsentrasi kepada jurusnya tidak menjawab. Cantaka juga diam, tak berani lagi mengganggu. Kedua tangan Wisaka berubah. Jurus Matahari Terbenam yang biasanya berwarna jingga kini berwarna putih. Tentu saja dengan kekuatan yang berlipat pula kedahsyatannya.Cantaka kagum melihatnya. Sinar itu mampu membuat silau dan menyakitkan mata. Penglihatan akan hilang untuk sementara waktu.'Hebat sekali,' pikir Cantaka.Perlahan-lahan sinar itu meredup, dan be
Read more

PENASARAN

"Entahlah, dia bilang seperti itu," kata Iblis Tengkorak. "Keparat itu selalu menganggu kesenanganku!" teriaknya lagi geram."Wisaka memang tidak bisa dibiarkan," ujar Iblis yang berwujud Cempaka itu."Ya, dia terlalu ikut campur urusan kita, berpikirlah untuk menumpasnya!" perintah Iblis Tengkorak."Pakai otakmu sendiri, kebiasaan selalu menyuruh orang lain mikir!" bentak wanita bercadar hitam itu.Iblis Tengkorak terdiam. Paling malas kalau sudah adu mulut seperti ini. Otaknya berpikir keras untuk menemukan cara menghabisi Wisaka."Ha ... aku ada ide!" teriaknya mengejutkan Iblis betina."Jahanam, kau mengagetkan aku saja," maki wanita itu. "Cepat katakan, apa rencanamu?"Iblis Tengkorak mendekatkan mulutnya ke telinga wanita bercadar itu. Mata perempuan iblis itu membulat mendengar ide dari Iblis Tengkorak. Senyum mengembang di bibirnya."Aku setuju ... aku setuju," katanya sambil mengangguk.Matahari sudah naik sepen
Read more

MENYEBAR UNDANGAN

"Kau yang siapa? Berani membuat keonaran di sini?" tanya Wisaka."Aku Aji, mau menuntut balas kepada hantu keparat itu!" jawab lelaki asing itu."Apa yang akan kau tuntut, ada dendam apa antara kau dengannya?" tanya Wisaka lagi."Dia sudah membunuh kakakku, Sapto." Saudaranya Sapto, datang menuntut kematian kakaknya. Rupanya lelaki itu sangat kehilangan, hingga bertekad untuk menghabisi pembunuh kakaknya."Hey ... kau pikir kakakmu itu orang suci, hah? Dia yang membuatku gentayangan seperti ini," bentak Rima.Lelaki itu terdiam, dia memang tidak tahu sepak terjang kakaknya selama ini. Sementara Wisaka memperhatikan laki-laki tersebut."Kau tahu, siapa yang membuat kakakmu terbunuh?" tanya Wisaka. Laki-laki itu menggeleng. Dia menatap Wisaka penuh rasa ingin tahu. Sejak berpisah dengan kakaknya, hampir tidak ada yang dia ketahui tentang kakaknya, Sapto."Kalau kau ingin tahu, datanglah tanggal dua bulan du
Read more

MACAN JADI-JADIAN

Gayatri tidak menjawab, dirinya tertunduk. Mukanya pucat menahan gejolak batinnya. Sedih teringat kembali nasib naas yang menimpa dirinya."Iblis betina itu yang sudah menukar raga Cempaka, Cempaka akhirnya memakai raga Rima." Wisaka menjawab pertanyaan Eyang Gayatri."Aku tidak mengerti," ujar Eyang Gayatri. Dia menggelengkan kepalanya.Wisaka bingung mesti bagaimana menjelaskan? Akhirnya dia menceritakan dari awal tragedi yang menimpa Cempaka. Sejak hampir diperkosa oleh Iprit yang menyamar, kemudian tidak bisa bicara. Sampai akhirnya bertukar raga dengan iprit betina.Wisaka juga berterima kasih kepada Eyang Gayatri, sudah menyembuhkan Cempaka. Eyang Gayatri manggut-manggut tanda mengerti. Berjanji akan datang pada waktunya.Wisaka dan Cempaka duduk bersebelahan, setelah Eyang Gayatri pergi.Walau mereka tidak dapat saling menyentuh. Setidaknya rasa rindu yang menyeruak tiba-tiba, sedikit terobati. Rasa yang dulu pernah ada, perlahan-lahan
Read more

DEWI BUNGA PERSIK

Bayangan hitam itu ternyata pendekar kumbang hitam. Dia tidak terima adanya kecurangan dalam pertarungan ini. Dirinya sengaja menghadang wanita bercadar hitam itu."Bertarunglah denganku, biarkan mereka menyelesaikan pertarungannya, Nyai!" seru pendekar Kumbang Hitam.Terlihat sorot marah dari matanya. Dia berteriak sambil melompat. Melancarkan serangan tanpa basa-basi.Hiaaat ... hiaaat.Wanita bercadar hitam langsung menerjang dengan ganasnya. Dia bergerak sangat gesit. Si Kumbang Hitam kewalahan dibuatnya."Keluarkan kemampuanmu, Manusia Hitam!" seru wanita itu. Tentu saja Kumbang Hitam tersulut emosinya disebut manusia hitam. Walau badannya hitam luar biasa, tetap saja dia tersinggung dikatakan manusia hitam."Nisanak, aku Kumbang Hitam, bukan manusia hitam!" Lelaki kekar itu protes."Kau malah ingin disebut sebagai binatang, daripada manusia?" tanya wanita bercadar mengejek."Sekarang aku tanya, engkau manusia
Read more

MAHLUK JADI-JADIAN

"Atas dasar apa kau menuduhku sebagai Dewi Bunga Persik?" tanya Cempaka."Kau pikir aku bodoh, hah, siapa di sini yang tahu letak pohon persik? Kau pikir bunga itu tumbuh di mana saja?""Lalu, kalau aku Dewi itu, apa yang akan kau lakukan?""Aku beri kau pelajaran, perempuan sombong!""Dengan senang hati," jawab Cempaka sambil merundukkan badannya.Wanita bercadar itu terpancing emosinya, demi melihat Cempaka seperti tidak gentar menghadapinya. Dia menyerang lebih dulu. Kakinya seperti sebuah tombak yang melesat begitu cepat. Cempaka dengan ringan menghindari terjangan wanita itu. Tangannya kembali menaburkan bunga persik. Kali ini bunga tersebut bukan lagi kelopak wangi semerbak, melainkan berubah setajam mata pisau. Bajunya yang berkibar tidak menyulitkannya untuk bergerak lincah dan anggun. Semua penonton terpana menyaksikan pendekar wanita itu.Iblis betina kewalahan menghadapi serangan bunga. Dia mencari celah untuk menghan
Read more

RITUAL PENUKARAN RAGA

Mahluk yang dipanggil Awang itu mendekat ke arah Wisaka. Berdiri sejajar bersama Cempaka. Hari semakin gelap, ke-dua Iblis itu tidak bergerak lagi. Wisaka berdiri dekat Eyang Gayatri. Mereka mengelilingi dua jasad yang terbujur, tetapi masih bernyawa.Walau siang sudah beranjak, namun penonton tetap bergeming. Mereka menyaksikan dalam keheningan, apa yang akan terjadi. Hari semakin gelap, sebagian pendekar menyalakan obor."Rima ... datanglah!" perintah Wisaka.Sekali lagi penonton mencari-cari orang yang dipanggil dengan pandangan mereka. Namun, yang dipanggil tidak muncul juga."Rima ... cepatlah!" suruh Wisaka lagi."Hihihi hihihi hihihi hihihi."Dengan didahului tawa yang membuat merinding bulu kuduk, sesosok bayangan merah muncul. Melayang dan berdiri di depan Wisaka. Sebagian penonton takut, tetapi ada juga sebagian yang mengenali Rima."Kuntilanak Merah.""Dia penunggu Lembah Perawan ini.""Kuntilanak jahil yang s
Read more

AKHIR KISAH

Penonton mulai lupa diri, mereka menyeret makhluk yang menyerupai binatang itu. Sebagian mengumpulkan kayu bakar. Dendam atas perbuatannya harus menjadikan binatang itu menjadi abu. Cempaka yang sudah kembali kepada raganya menebarkan bunga persik dari tangannya. Kelopak bunga itu bertaburan di udara. Para pendekar muda heboh, mereka mendekati Cempaka berniat berkenalan. "Huuuu!" Mereka berseru sambil bertepuk tangan. Barshi yang memeluk suaminya -Awang nampak gembira. Hidupnya yang selama puluhan tahun di hutan akan segera berakhir. Pak Amir yang sengaja datang terlambat, takut ada penonton yang mengenalinya dan tetap menuduhnya sebagai Iprit. Hatinya lega bukan main, kini dirinya tidak usah hidup dalam pelarian lagi. Jaka alias Cantaka mendekati Mayang atau Anggini, mengulurkan tangannya. Anggini meraih tangan kakak kandungnya itu. Kembar bersaudara itu melompat ke tengah arena. Wisaka menyambutnya, mereka berpelukan sambil menangis.
Read more

PERNIKAHAN WISAKA DAN CEMPAKA

Sekali lagi dusun Keris mau mengadakan perhelatan besar. Wisaka dan Cempaka akan menikah. Akhirnya, setelah mereka melewati berbagai liku kehidupan. Anggini dan Jaka ikut berbahagia. Jauh dalam hati Anggini teringat dengan ibunya, Leli, siluman ikan. Entah bagaimana perasaannya mendengar mantan suaminya akan menikah lagi.  Semua pendekar datang karena diundang. Seperti dejavu kembali ke tanggal dua bulan dua. Wanita Bercadar Kuning, Sekar Ayu, Eyang Gayatri, Macan Sancang, Kumbang Hitam, tidak ketinggalan Faruq bersama istrinya Supiyah. Onet senang sekali  bertemu kembali dengan Faruq. Ia menggelendot manja kepada bekas tuannya dulu. "Uk uk uk uk uk ek ek ek ek eak eak eak." Berisik sekali, ia berteriak-teriak sambil meloncat-loncat. "Kau senang bertemu denganku, Onet?" tanya Faruq sambil tertawa. Onet menyeringai memamerkan gigi-giginya. "Wahai, kita bertemu di sini Faruq, terakhir kapan aku bertarung denganmu?" tanya Anjani
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status