"Atas dasar apa kau menuduhku sebagai Dewi Bunga Persik?" tanya Cempaka.
"Kau pikir aku bodoh, hah, siapa di sini yang tahu letak pohon persik? Kau pikir bunga itu tumbuh di mana saja?"
"Lalu, kalau aku Dewi itu, apa yang akan kau lakukan?"
"Aku beri kau pelajaran, perempuan sombong!"
"Dengan senang hati," jawab Cempaka sambil merundukkan badannya.
Wanita bercadar itu terpancing emosinya, demi melihat Cempaka seperti tidak gentar menghadapinya. Dia menyerang lebih dulu. Kakinya seperti sebuah tombak yang melesat begitu cepat.
Cempaka dengan ringan menghindari terjangan wanita itu. Tangannya kembali menaburkan bunga persik. Kali ini bunga tersebut bukan lagi kelopak wangi semerbak, melainkan berubah setajam mata pisau. Bajunya yang berkibar tidak menyulitkannya untuk bergerak lincah dan anggun. Semua penonton terpana menyaksikan pendekar wanita itu.
Iblis betina kewalahan menghadapi serangan bunga. Dia mencari celah untuk menghan
Mahluk yang dipanggil Awang itu mendekat ke arah Wisaka. Berdiri sejajar bersama Cempaka. Hari semakin gelap, ke-dua Iblis itu tidak bergerak lagi. Wisaka berdiri dekat Eyang Gayatri. Mereka mengelilingi dua jasad yang terbujur, tetapi masih bernyawa.Walau siang sudah beranjak, namun penonton tetap bergeming. Mereka menyaksikan dalam keheningan, apa yang akan terjadi. Hari semakin gelap, sebagian pendekar menyalakan obor."Rima ... datanglah!" perintah Wisaka.Sekali lagi penonton mencari-cari orang yang dipanggil dengan pandangan mereka. Namun, yang dipanggil tidak muncul juga."Rima ... cepatlah!" suruh Wisaka lagi."Hihihi hihihi hihihi hihihi."Dengan didahului tawa yang membuat merinding bulu kuduk, sesosok bayangan merah muncul. Melayang dan berdiri di depan Wisaka. Sebagian penonton takut, tetapi ada juga sebagian yang mengenali Rima."Kuntilanak Merah.""Dia penunggu Lembah Perawan ini.""Kuntilanak jahil yang s
Penonton mulai lupa diri, mereka menyeret makhluk yang menyerupai binatang itu. Sebagian mengumpulkan kayu bakar. Dendam atas perbuatannya harus menjadikan binatang itu menjadi abu. Cempaka yang sudah kembali kepada raganya menebarkan bunga persik dari tangannya. Kelopak bunga itu bertaburan di udara. Para pendekar muda heboh, mereka mendekati Cempaka berniat berkenalan. "Huuuu!" Mereka berseru sambil bertepuk tangan. Barshi yang memeluk suaminya -Awang nampak gembira. Hidupnya yang selama puluhan tahun di hutan akan segera berakhir. Pak Amir yang sengaja datang terlambat, takut ada penonton yang mengenalinya dan tetap menuduhnya sebagai Iprit. Hatinya lega bukan main, kini dirinya tidak usah hidup dalam pelarian lagi. Jaka alias Cantaka mendekati Mayang atau Anggini, mengulurkan tangannya. Anggini meraih tangan kakak kandungnya itu. Kembar bersaudara itu melompat ke tengah arena. Wisaka menyambutnya, mereka berpelukan sambil menangis.
Sekali lagi dusun Keris mau mengadakan perhelatan besar. Wisaka dan Cempaka akan menikah. Akhirnya, setelah mereka melewati berbagai liku kehidupan. Anggini dan Jaka ikut berbahagia. Jauh dalam hati Anggini teringat dengan ibunya, Leli, siluman ikan. Entah bagaimana perasaannya mendengar mantan suaminya akan menikah lagi. Semua pendekar datang karena diundang. Seperti dejavu kembali ke tanggal dua bulan dua. Wanita Bercadar Kuning, Sekar Ayu, Eyang Gayatri, Macan Sancang, Kumbang Hitam, tidak ketinggalan Faruq bersama istrinya Supiyah. Onet senang sekali bertemu kembali dengan Faruq. Ia menggelendot manja kepada bekas tuannya dulu. "Uk uk uk uk uk ek ek ek ek eak eak eak." Berisik sekali, ia berteriak-teriak sambil meloncat-loncat. "Kau senang bertemu denganku, Onet?" tanya Faruq sambil tertawa. Onet menyeringai memamerkan gigi-giginya. "Wahai, kita bertemu di sini Faruq, terakhir kapan aku bertarung denganmu?" tanya Anjani
Sepasang siluman itu melayang keluar dari gerbang Negeri Bunga Persik. Mereka berkelana mencari raga baru untuk memulai rencana baru.Sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara duduk berdua di tepi danau. Mereka lupa sekeliling sampai malam sudah semakin larut. Mereka tidak menyadari kalau aura di sekitarnya sudah berubah.Hawa dingin malah semakin membuat mereka bertambah dekat. Tidak menyadari bahaya mengintai. Mereka malah melakukan hubungan terlarang.Kedua Iblis itu semakin mengipasi mereka dengan hawa dingin. Mereka tertawa terbahak-bahak melihat sepasang manusia tersebut. Keduanya menunggu waktu yang tepat untuk menukar raga.Rupanya lelaki dari pasangan itu lama-lama sadar ada sesuatu yang mengganggunya. Ia sedikit paham dengan ilmu kanuragan. Ada aura yang semakin dingin berada di sekitarnya."Keluar, kau!" teriak lelaki itu."Hahaha hahaha hahaha hahaha." Hanya suara tawa yang menjawabnya."Sebaiknya kau menye
Jaka bangkit dari tidurnya, dia duduk di dahan pohon sambil mengamati sekitar. Suara halus itu mengganggu konsentrasinya. Tidak terlihat siapa pun ... senyap. Dia kembali bersyair. "Wahai angin yang menyembunyikan rasa Datanglah di sela daun-daun Hinggap bersama burung-burung Bernyanyilah walau suara parau Aku pastikan suaramu merdu di telingaku." Tak ada balasan, tetap hening. Jaka merasa penasaran. "Kau mempermainkan aku, Gadis," gumam Jaka. Jaka merasakan aura seseorang yang mempunyai kemampuan lumayan. Wanita penyair itu punya ilmu cukup tinggi. Jaka hampir tidak bisa mendeteksi keberadaannya, Jaka bersyair kembali. "Samarkudendangkan nyanyian Angin pengembara membawanya Berkelana di jagat senyap Langit akan menangkap tandanya Awan 'kan menjadi saksi Bertemunya dua hati" Terdengar tawa lirih. Namun, seperti ada nada luka pada tawanya itu. Jaka yang berhati halus
Jaka memperhatikan Dialin yang berkelebat cepat meninggalkannya. Heran sendiri, padahal wajahnya tidak ada yang aneh. "Bahkan kata orang aku ganteng," pikir Jaka. Pemuda itu tertawa kecil.Jaka membiarkan Dialin pergi. Dunia ini sempit, nanti juga pasti bertemu lagi. Hari di penghujung siang. Binatang malam mulai bernyanyi. Onet sudah mengambil posisi paling nyaman di sebuah pohon.Sementara Jaka merebahkan diri di dahan bercabang. Berbantalkan kedua tangannya, dia kembali bersyair."Malam yang datang tanpa hadirmuGelap mencumbu bayanganBintang membisu di sudut langitRembulan mengintip malu-maluMemelukmu adalah keniscayaanKerinduan entah untuk siapamenyeruak nakal dalam benakCinta datang tanpa diundangMemenuhi segala ruang hati"Jaka memandang langit, mencoba mencari bayangan wajah gadis yang baru saja dikenalnya. Perlahan-lahan raut wajah itu terukir di antara awan. Jaka tersenyum sendiri me
Jaka menghadik Aliya yang sudah kurang ajar kepadanya. Dia belum tahu dengan siapa berhadapan. Jaka menuntun Anggini mengajaknya pergi."Tunggu!" seru Aliya.Jaka, Anggara dan Anggini mengurungkan niatnya pergi dari tempat itu. Memandang heran kepada Aliya."Seenaknya saja kau bawa dia!" sergah Aliya sambil menunjuk Anggini."Mau kau apakan adikku?" tanya Jaka.Aliya terdiam saat Jaka menyebutkan Anggini sebagai adiknya. Lama dia memperhatikan wajah lelaki di depannya itu. Ketampanan Jaka sudah membuatnya terpesona."Dia adikmu?" tanya Aliya kepada Jaka."Kau pikir aku siapanya?" dengkus Anggini kesal. "Ayo! gak usah ladeni dia, Perempuan Gila!"Aliya sangat marah saat dikatakan perempuan gila oleh Anggini. Aliya meradang, menyerang Anggini dengan beringas. Sudah dari tadi dia ingin sekali menyakiti Anggini. Gadis yang dicintai oleh Anggara."Berani sekali kau mengatai diriku gila, Perempuan Sundal,"
Jaka bangkit dari tidurnya, duduk di dahan sambil memperhatikan jalan. Bayangan hitam itu begitu cepat melesat. Jaka tidak sempat melihatnya.Tidak lama kemudian datang dua orang yang sama berpakaian hitam juga. Rupanya mereka mengejar bayangan tadi. Jaka beranjak mengikuti keduanya."Sialan!" umpat si pengejar."Ke mana dia perginya?" tanya yang satu lagi."Entahlah, ayo cepat kita susul!"Jaka yang bersembunyi di rimbunan pepohonan melihat mereka pergi. Pemuda itu menggeliatkan badan."Ssst …."Satu desisan terdengar dari samping pemuda itu. Jaka cepat menoleh, terlihat olehnya seorang gadis tengah menempelkan telunjuknya di bibirnya."Dialin!" seru Jaka tertahan. Senang sekali Jaka bisa bertemu dengan gadis tersebut.Dialin memberi isyarat supaya Jaka diam. Matanya masih memperhatikan ke arah jalan tadi. Takut pengejarnya datang lagi."Mereka sudah pergi," bisik Jaka.Dialin me