Home / Romansa / Kita yang Menjadi Kita / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Kita yang Menjadi Kita: Chapter 91 - Chapter 100

115 Chapters

Edrick Armstrong

 Lampu ruangan operasi telah padam. Sebentar lagi Hongli akan keluar, Luke yakin itu. Ia merasa yakin tapi juga takut dengan apa yang akan dokter itu sampaikan. Ia takut terlebih saat ia tidak mendengar bunyi tangis bayinya.Luke meremas tangannya sendiri. Ia sangat takut sekarang. Ia takut bayinya tidak bertahan. Hingga saat ia melihat seorang perawat tengah mendorong sesuatu dan keluar dari ruangan operasi.“Luke.” Hongli keluar dengan wajahnya yang tampak lelah. Operasi ini sangat rumit dan menjadi lebih lama dari yang ia bayangkan.“Hongli, bagaimana?” Luke segera bertanya dan ia melihat Hongli sempat tersenyum dan membungkuk pada orang tuanya.“Selamat, Luke. Istrimu memang luar biasa. Ia kuat, ia mampu melewati semuanya.” Hongli tersenyum hangat.“Syukurlah, tapi bagaimana bayiku? Aku tidak mendengar suara tangisnya.” Luke sedikit bersyukur tapi masih merasa panik.“Bay
Read more

Mata Cokelat

 Luke mengusap wajahnya yang lelah setelah tertidur singkat. Matanya yang bulat menjelajah mengelilingi kamar rawat istrinya. Rena masih di sana, masih terdiam dengan mata yang tertutup rapat. Perlahan Luke bangun, sekarang ia hanya sendiri. Jeffrey tengah keluar bersama Riana untuk membeli makanan dan sepertinya mereka pulang sebentar untuk menyiapkan peralatan Jeffrey yang akan ikut menginap. Sedangkan ayah dan ibunya sudah pergi karena mereka memang sangat sibuk.“Sayang, kenapa tidurmu lama sekali? Kamu lelah?” Luke mulai berbicara sendiri. Tangannya yang kasar dan kekar terangkat untuk mengusap kening dan rambut istrinya.“Kamu pasti lelah. Kamu telah berjuang, Sayang. Kamu luar biasa, kamu ibu yang hebat. Sekarang bayi kita telah lahir dengan sehat dan selamat. Terima kasih.” Kali ini matanya terlihat berkaca-kaca. Ia benar-benar sangat bersyukur dan merasa begitu beruntung karena dipertemukan dengan seorang malaikat tanpa say
Read more

Pangeran Kecil

 “Sudah selesai, Tuan. Nyonya Armstrong sudah boleh ditemui.” Seorang perawat yang tadi dipercaya untuk menangani Rena keluar dari ruang rawat inap dengan tersenyum.“Baiklah. Aku akan menemuinya. Terima kasih.” Luke menyahut dengan sedikit ceria lalu segera memasuki ruangan berpintu putih itu. Tanpa sadar ia bergerak sendiri, sedangkan orang-orang di sana memilih untuk diam dan memberikan mereka waktu untuk berdua.Luke membuka pintu dengan perlahan untuk kemudian melihat tatapan Rena yang mengarah padanya. Luke kembali tersenyum, berusaha besar mengendalikan langkahnya agar tidak terlihat memburu. Ia sangat tidak sabar untuk dapat menyentuh istrinya, memeluk dan membelainya seperti sebelumnya.“Luke …” Rena membisikkan namanya dengan penuh minat. Mata coklatnya mengikuti setiap langkah suaminya.“Hei!” Sedangkan Luke menyahutnya dengan sapaan kecil yang terdengar akrab. Bibir tebal itu
Read more

Saling Percaya

 Rena menatap Edrick yang tengah menyusu padanya dengan pandangan yang lembut. Hari ini adalah hari terakhirnya di rumah sakit setelah hampir dua minggu ia dan putranya mendapat perawatan di sana. Riana sedang sibuk mengurus barang-barangnya. Sedangkan Jeffrey tengah menjemput Luke dari kantor yang akan ikut menjemputnya.“Rena.” Riana memanggil dengan lembut. Ia merasa sedikit segan untuk mengganggu Rena bersama putranya.“Ya?” Rena menyahut tapi masih tidak berhenti memperhatikan putranya yang sedang menyusu. Edrick sangat menggemaskan, pipinya yang bulat dan kemerahan menempel di dadanya hingga terlihat sangat gempal.“Aku akan mengurus beberapa urusanmu, kamu tunggulah di sini. Jeff mengatakan padaku bahwa mereka akan tiba sebentar lagi.” Riana berbicara sambil meletakkan tas yang membawa peralatan Rena dan Edrick ke atas sofa. Ia terlihat tidak terlalu peduli dengan Rena yang bahkan tidak berpaling menatapnya
Read more

Lahir Bersama Keindahan

 Suara tawa yang ceria mengisi kamar yang megah itu. Seorang makhluk kecil terlihat menggeliat antusias di atas tempat tidur. Sedang seorang perempuan mungil yang baru saja memakaikannya baju sedang tertawa gemas. Edrick termasuk bayi aktif untuk ukuran bayi yang lahir prematur. Ibunya sampai merasa sedikit kewalahan untuk memandikannya. Sebenarnya Riana ingin membantu adiknya yang masih dalam tahap pemulihan itu, tapi Rena menolak dan mengatakan jika ia merasa senang untuk mengurus putranya.“Putra Mommy sudah tampan, sekarang kita akan menemui Aunty Riana. Edrick ingin bermain, bukan?” Rena menggendong tubuh ringan bayinya untuk ia titipkan pada Riana. Ia ingin bermain dengan putranya, tapi ia harus segera bersiap. Hari ini ia harus mengunjungi Hongli untuk memeriksakan bekas jahitan.Rena mengecup pipi gembil putranya kembali lalu memilih untuk keluar kamar. Suasana rumah mereka benar-benar sepi meski Luke memiliki beberapa
Read more

Tumpahan Penyesalan

 Mobil berwarna hitam metalik melintasi jalan yang cukup ramai. Hari telah gelap karena gelombang jingga yang telah lewat tidak lama tadi. Mobil tersebut melaju dengan kecepatan sedang. Orang-orang di dalamnya memang tidak terburu-buru, sedikit menghabiskan waktu untuk satu sama lain, berdua dalam sunyi yang tidak mengganggu.Luke dan Rena, mereka baru saja kembali dari rumah sakit dengan keadaan hati yang baik. Rena akan segera membaik, itu yang Hongli katakan. Mungkin ia akan sembuh dalam 1 sampai 3 minggu lagi kalau kondisinya masih stabil seperti sekarang. Rena memiliki perkembangan yang baik mengingat tidak ada masalah berarti di luka jahitannya, hanya menunggu luka itu kering maka ia sudah sembuh. Luke juga mengambil peran dengan sangat baik. Ia memastikan Rena tidak terlalu kelelahan, tidak melakukan pekerjaan fisik berat dan tidak melakukan hubungan badan. Rahim Rena belum sembuh seperti semula sehingga itu sangat beresiko untuk menerima spermanya.
Read more

Permata Kehidupan

 ”Rena!” Amora berteriak dan berlari untuk memeluk Rena. Ia terlihat berbeda dari Amora yang biasanya. Menurut Rena ada sesuatu yang berbeda.“Amora? Ada sesuatu yang membuatmu kemari?” Rena merasa heran karena biasanya Amora menemuinya setelah lebih dulu membuat janji.“Apa aku tidak boleh menemui sahabatku?” Amora segera melepaskan pelukannya lalu menunjukkan wajah yang cemberut. Ia merajuk dan Rena menjadi lebih heran dengan sifat perajuk sahabatnya yang muncul tiba-tiba.“Bukan begitu, bukannya tidak boleh. Biasanya kamu akan menghubungiku jika ingin bertemu.” Rena segera menjelaskan karena Amora tiba-tiba saja terlihat seperti ingin menangis.“Aku sahabatmu, bukan hanya kenalanmu. Aku tidak perlu untuk selalu menghubungimu jika ingin bertemu. Atau jangan-jangan kamu tidak ingin bertemu denganku?” Amora semakin terlihat ingin menangis.“T-tidak, bukan seperti itu. Ak
Read more

Kertas Kehidupan Baru

  “Amora terlihat bahagia hari ini.” Luke datang setelah memastikan Hendry dan Amora keluar dari pekarangan rumahnya dengan aman.“Seorang istri yang begitu mencintai suaminya akan merasa sangat bahagia saat tahu ia mengandung bayi dari orang yang dicintainya.” Rena meletakkan piring terakhir di wastafel lalu mencuci tangannya. Sejak ia melahirkan Edrick, Riana tidak memperbolehkannya mencuci piring. Riana mengatakan padanya kalau mengurus bayi terasa lebih melelahkan daripada mencuci piring dan kenyataannya itu benar.“Benarkah? Apa rasanya bahagia?” Luke mulai tertarik dengan bahan perbincangan mereka. Rena tidak banyak berbicara mengenai perasaannya saat dulu ia mengandung Edrick.“Sangat bahagia, seperti dunia sedang menyiramimu dengan cahaya. Rasanya seperti ingin meledak, bahagia dan haru bercampur menjadi satu. Angan-angan memeluk bayi yang lucu dan mungil tiba-tiba memenuhi mata. Bayangan masa d
Read more

Rahasia Terbongkar

 Cahaya silau mengusik tidur perempuan mungil itu, suara tawa ceria dari seorang laki-laki dewasa dan bayi laki-laki membuatnya ingin terjaga. Ia masih lelah, tapi suara penuh kegembiraan itu membuatnya ingin bangun. Ia ingin melihat keindahan apa yang sedang menunggunya.“Oh, Mommy sudah bangun. Hai, Mommy!” Luke menggerakkan tangan putranya untuk melambai pada Rena yang tertawa kecil.“Edrick sudah mandi?” Rena bergumam dengan suara yang serak. Ia tahu Edrick sudah mandi dari bagaimana harum bedak bayi memenuhi kamarnya.“Sudah, putra kita sudah wangi dan tampan.” Luke mengecup lagi pipi gembil putranya untuk mendengar tawanya yang lucu. Rena juga ikut tertawa kecil melihat interakksi keduanya. Ia memiliki perasaan yang baik hari ini karena melihat Luke berinteraksi dengan putranya di pagi hari. Luke pernah memandikan Edrick beberapa kali, jika ia tidak bekerja atau bekerja di rumah.&ld
Read more

Tertampar Kebenaran

 “Kenapa kamu tidak mengatakan hal itu padaku?” Rena kembali menuntutnya. Ia menangis keras tapi terlihat berusaha tegar di tengah rasa sedih. Ia yang seperti itu membuat ia semakin tampak menyedihkan. Tubuhnya yang ringkih seperti menyatu bersama kesengsaraan.“Aku ingin memberitahumu, tapi tidak sekarang. Tidak saat mentalmu belum siap, aku tidak mau untuk terus menyakitimu.” Luke berujar dengan pengendalian luar biasa untuk membuat suaranya tidak bergetar. Ia tidak ingin terlihat lemah di saat ia harus tegar untuk menghadapi kesedihan istrinya.“Tapi kapan? Kapan kamu akan mengatakannya? Apa harus saat aku sudah mati? Kamu merahasiakan hal penting ini dariku, Luke! Tidakkah kamu pikir kamu bahkan telah lebih dari sekedar menyakitiku? Kamu menghancurkanku!” Rena berteriak sekuat tenaga. Ia tidak pernah seperti ini, setidakterkendali ini. Terlebih pada suaminya, seseorang yang dulu ia takuti dan kini ia cintai.L
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status