Home / Romansa / Kita yang Menjadi Kita / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Kita yang Menjadi Kita: Chapter 81 - Chapter 90

115 Chapters

Makan Malam

 “Sayang? Apa yang kamu lakukan? Kenapa lama sekali?” Luke berteriak dari dekat kamar mereka. Ia melihat pergelangan tangannya beberapa kali, memeriksa angka jam tangan. Ia tengah menunggu istrinya bersiap-siap karena jadwal mereka malam ini. Kurang lebih 45 menit lagi adalah waktu makan malam mereka.“S-sebentar, Luke. Aku akan keluar dalam kurang dari 5 menit.” Rena menyahut dengan teriakan yang terdengar lembut, meminta suaminya untuk sedikit bersabar.“Baiklah, aku tunggu.” Luke menyahut dengan ringan, tahu Rena akan benar-benar keluar dalam waktu kurang dari 5 menit. Ia menunggu dengan sabar sembari memasukkan kedua tangan ke dalam saku depan celana. Tubuhnya yang tegap membelakangi pintu kamar mereka.Rena keluar dari kamar dan menemukan suaminya yang menunjukkan punggung padanya. Luke tidak tampak gelisah tapi gesturnya yang terlihat menunggu lama tetap membuatnya merasa tidak enak. Riana yang tadi membantu
Read more

Ketidakberuntungan

  “Aku senang sekali. Luke rupanya serius ingin berubah, kesempatan ini sangat jarang ia berikan.” Bella kembali mengoceh, merasa benar-benar senang. Rena hanya tertawa di sebelahnya, membiarkan Bella memeluk satu lengannya. Sebenarnya mereka tidak berjalan banyak, mengingat kaki Rena yang sedang bengkak karena kehamilan. Tapi setidaknya mereka duduk dan bercerita banyak di suasana yang berbeda, menerbangkan memori pada saat-saat Rena masih lajang. “Aku juga senang. Kupikir Luke akan melarangku dan kembali bersikap keras kepala seperti biasanya. Aku tidak menyangka bahwa ia bisa bersikap kooperatif.” “Aku juga tidak menyangka, bahkan Ben yang merupakan adik sepupunya. Ia berkata bahwa Luke adalah orang yang sangat keras kepala. Luke sangat sulit untuk diluluhkan, Ben bahkan tidak memiliki satu pun sejarah luluhnya Ben yang bisa ia ingat.” Bella berujar antusias, membandingkan sikap yang Luke berikan pada Ben dan pada Rena. “Kamu tahu, ter
Read more

Ancaman dan Ketakutan

  “Kurasa aku tahu. Tapi aku tidak tahu dengan pasti dimana mereka menyandra Rena dan Bella.” Joseph berbicara setelah bertemu mereka. Ia mungkin tahu siapa yang melakukan hal ini tapi ia tidak memiliki petunjuk apapun mengenai tempat kedua submisif itu berada. Luke mengemeletakkan giginya. Joseph memang tahu siapa dalang dibalik semua kekacauan ini tapi ia tidak tahu dimana orang itu berada. Joseph tahu karena mungkin itu adalah orang yang dulu mempekerjakannya tapi ia bukan Ben yang memiliki kemampuan melacak posisi seseorang. “Kita pergi temui Ben, aku yakin ia tahu dimana mereka berada.” Luke yang berbicara. Ia tahu Ben tidak akan memunda waktu untuk melacak dimana letak dua perempuan tersebut mengingat dua orang itu sangat berarti baginya. Kemudian mereka mendengar suara tarikan pelatuk di dekat mereka. Hendry dan Luke benar-benar terkejut dan Joseph bergerak reflek menarik senjata yang ia selipkan di dekat ikat pinggangnya. Tapi kemudian na
Read more

Tempat Terlarang

 “Aku mendapatkan posisi mereka dari melacak ponsel Bella. Aku selalu meletakkan pelacak di sana atas izinnya, tapi terakhir kali aku mendapatkan posisi mereka beberapa saat kemudian mereka menghilang. Kupikir si keparat itu sudah membuang ponselnya, sekarang setidaknya menurutku posisi mereka tidak jauh.” Ben berkata seperti itu dengan menekan keyboard laptopnya cepat. Sepertinya ia masih berusaha mencari posisi Bella dan Rena sekarang.Luke mengerutkan dahi. Apa yang ia pahami dari perkataan Ben adalah mereka kehilangan jejak Bella dan Rena. Itu membuat Luke kebingungan dan ia merasa ini adalah hal yang aneh karena Ben tidak pernah gagal hanya untuk mencari lokasi.“Kamu kehilangan jejak mereka?” Hendry yang bertanya, mewakili semua orang yang berada di dalam mobil itu. Mereka semua merasakan kebingungan yang sama.“Tidak, aku rasa tidak. Aku sudah mulai hampir mendapatkannya, tapi ini hanya sedikit lebih sul
Read more

Pengorbanan Diri

 “Kamu ingat apa yang terjadi sebelum kamu tidak sadarkan diri? Itu yang terjadi dan aku tidak tahu kita berada dimana.” Bella menjelaskan dengan perlahan dan berusaha terdengar setenang mungkin saat Rena bangun. Jika ia panik maka Rena dapat menjadi lebih panik.“Kita diculik? Tapi karena apa? Ikatan ini sangat kuat, Bella.” Rena masih menggerakkan tubuhnya dan itu membuat Bella khawatir.“Tenang. Jangan menyakiti dirimu sendiri.” Rena berusaha menenangkan sahabatnya itu.“Bagaimana aku bisa tenang? Kita sedang diculik dan Jeff baru saja tertembak. Itu sesuatu yang buruk.” Rena berujar panik dan ia masih terus bergerak hingga sekarang mulai berkeringat.“Kamu harus tenang, ingat anak yang tengah kamu kandung.” Kata-kata Bella berhasil membuat Rena terdiam. Bella benar, ia bisa saja menyakiti bayinya jika ia terlalu banyak bergerak.“Tenang, Ben dan Luke tidak akan tingg
Read more

Sebuah Buket

  “Selamat datang, Tamuku.” Mark berujar demikian setelah melihat Luke dan Hendry yang juga memasuki ruangan itu. Tapi ia tidak bergerak sedikitpun, masih menyatu dengan tubuh liat Bella.“Berhenti! Menjauh darinya!” Ben meraung, rasa marahnya telah sampai ke ubun-ubun.“Kamu pikir aku akan melepaskannya? Kenikmatan ini yang sangat aku dambakan. Kamu tidak berhak menyuruhku, kamu hanya anjing Phoenix”“Berhenti sekarang atau aku akan menembakmu!” Ben berteriak mengancam, moncong pistolnya mengarah ke arah Mark yang tidak berhenti bergerak.Nafas Ben memburu saat mendengar kalimat meremehkan Mark. Tapi ia tidak mampu menyangkal, Mark benar bahwa ia hanya bawahan Phoenix. Semarah apapun ia, ia tidak boleh menarik pelatuknya tanpa perintah dari tuannya.DOR!Semua orang di ruangan itu membeku. Mark terdiam lalu roboh. Tubuh tegap itu tergeletak tak bergerak.“Kalian
Read more

Tulip Merah Muda

 Luke melangkah dengan Rena di rengkuhannya. Rena terlihat ragu dan canggung untuk melangkah memasuki rumah sederhana Bella dan Ben. Ia menjadi lebih ragu saat Ben membukakan pintu kamar dan mempersilakan ia masuk.“Ayo masuk, Rena.” Luke berbicara dengan nada membujuk. Tangannya bertengger tanpa kekuatan di pinggul istrinya. Ia tidak ingin memaksa Rena karena ia tahu perempuan itu masih menata perasaannya. Karena itu juga Luke yang memegang sebuket bunga yang tadi diminta Rena. Mereka membawa sebuket bunga tulip merah muda. Bunga-bunga yang indah seindah maknanya.Luke tersenyum lembut saat Rena telah memberanikan diri untuk melangkah masuk. Sedikit banyak ia merasa bangga melihat Rena yang berusaha menguasai ketakutannya. Istrinya adalah seseorang yang kuat.“Ini untuk Bella. Bunga ini melambangkan perasaan kasih dan harapan baik kami untuknya. Kami memilih bunga yang menggambarkan jiwanya. Jiwa penuh kepedulian, kemurnian dan ke
Read more

Selamat Ulang Tahun, Istriku

 Kini sudah sebulan sejak Bella pergi ke Amerika. Ben memutuskan untuk membawa Bella ke sana. Tempat itu adalah tempat yang Ben yakini dapat membantu kesembuhan Bella. Sepertinya hal itu benar, mengingat Bella yang kemarin menghubungi Rena dengan lebih ceria. Hingga Rena juga menjadi lebih ceria hari ini.“Hei, Rena!” Luke menyapa Rena yang sedang duduk di dekat meja makan. Susu ibu hamil yang tersisa sedikit berada di depannya. Sedangkan Riana sedang sibuk di dekat kompor, sepertinya sedang membuat makanan manis karena Luke menghirup bau coklat bahkan sejak ia masih di ruang tengah.“Oh, Luke! Kamu sudah pulang.” Rena bangkit dari duduknya dengan gerakan yang lambat. Perut Rena telah lebih besar dari sebelumnya, meski masih belum bisa dikatakan normal. Perempuan yang tidak begitu berisi itu mulai kepayahan membawa perutnya sendiri sehingga ia menjadi lamban.“Ya, sebenarnya sudah cukup lama karena aku sempat ke kamar d
Read more

Diminta Mengikhlaskan

  “Jane, keluar dari ruanganku. Apapun yang coba kamu jelaskan tidak memiliki hubungan apapun lagi denganku.” Luke berbicara dengan keras. Ia tidak marah tentang apa yang Jane lakukan. Ia hanya merasa terganggu karena Jane masih bertingkah seperti kekasihnya di saat mereka tidak lagi dalam hubungan apapun.“Aku dan Mark, kami tidak memiliki hubungan apapun. Kamu tahu aku, aku hanya mencintaimu.” Jane kembali menjelaskan, sama kerasnya dengan usaha Luke untuk mengusirnya.“Jane, kita tidak lagi memiliki hubungan apapun. Tidak sejak aku jatuh cinta dengan istriku. Terlebih karena ia mengandung, aku tidak lagi ingin mengkhianatinya.”“Semua hanya karena ia dapat hamil? Kamu mencintainya karena ia dapat hamil? Kalau kita berdua, kita bahkan masih bisa memiliki anak.” Jane mulai protes, tidak terima dengan alasan Luke menolaknya.“Aku jatuh cinta padanya karena itu dia, terlebih dia telah
Read more

Baik atau Jahat

 “Luke, cobalah untuk sedikit lebih tenang.” Amora baru saja datang. Laki-laki itu terlihat sangat cemas dan berantakan, Amora jadi khawatir. Hanya satu yang membuatnya sedikit lega, Luke sudah mengganti pakaiannya. Itu berarti Jeffrey menuruti perkataannya saat datang ke rumahnya dan Hendry.“Amora.” Luke menggumamkan dalam sebuah bisikan. Ia tidak terkejut, hanya heran bagaimana Amora bisa berada di sana saat ia tidak mengabari siapapun.“Ia datang bersama Hendry, aku yang meminta mereka kemari. Kita perlu darah. Hanya Hendry, Ben dan Bella yang memiliki golongan darah yang sama dengan Rena. Tapi aku tahu kamu pasti melarang aku memberitahu Ben agar Bella baik-baik saja di sana. Jadi aku memberitahu Hendry dan memintanya untuk mendonorkan darah.” Jeffrey menjawab pertanyaan yang tidak Luke utarakan. Ia hidup bersama Luke selama hampir di seumur hidupnya sehingga menjadi sangat mengenal perangai laki-laki itu.
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status