“Pokoknya, aku gak mau nikah sama si Raj itu, Ndaaa …” Meskipun kesal, Mai tetap menjaga tuturnya ketika berbicara dengan Sinar. Tangan Mai sudah menenteng tas kerja, dan satu per satu kakinya ia masukkan ke dalam sepatu pantofel dengan hak setinggi lima senti. “Oke, oke,” Sinar menarik napas dalam-dalam untuk menahan sebuah kekesalan kecil ketika berhadapan dengan Mai. “Gak langsung nikah, deh. Nanti biar Enda ngomong sama Raj. Tapi, bisa kan jalani dulu, saling kenal dulu? Kan, kalau tak kenal maka tak sayang, Mai … Kalian, kan baru sekali ketemu,” Satu napas kasar terbuang dari mulut Mai. Tubuh tegapnya yang sudah terlihat rapi dan elegan itu lalu menghampiri Sinar. Meraih tangan kanan sang bunda lalu menciumnya. “Aku berangkat, ada sidang bentar lagi.” Setelah berpamitan, Mai langsung berbalik dan berlari keluar dengan pantofelnya. Semua itu, demi menghindari sang bunda yang tidak akan berhenti membeo tentang Raj, jika Mai masih ada bersama wanita paruh b
Baca selengkapnya