Matahari semakin mencondong ke barat. Alena masih terus menyusuri jalanan bertanah penuh lumpur. Kakinya yang perih di berbagai tempat sudah tak dihiraukan olehnya lagi. Yang Alena tahu, dia harus meninggalkan hutan itu sebelum malam datang."Pa, Alena takut," bisiknya, ketika telinganya mendengar suara hewan liar mengaum di kejauhan.Perkataan pria tua tadi semakin membuatnya tersugesti, membayangkan diri mungkin akan diterkam hewan buas. "Papa, tolong kirimkan seseorang untuk menolong Alena," isaknya tertahan.Di kejauhan sana, Alena melihat sebuah mobil mendekat ke arahnya. Apakah doanya terkabulkan? Papanya mungkin tahu Alena sedang dalam masalah, lalu mengirimkan seseorang menjemputnya ke sini? Ada setitik harap di dadanya, tak lupa dia mengucap syukur atas pertolongan yang kini semakin dekat di depan mata. Namun, ketika mobil itu berhenti tepat di depan Alena, harapan gadis bertubuh kecil itu seperti ditelan oleh ombak besar. Ini bukan pertolongan. Orang yang turun dari mobil
Baca selengkapnya