Semua Bab Melahirkan anak untuk CEO: Bab 1 - Bab 10

346 Bab

1. Lahirkan anak untukku!

"Jangan ... tolong jangan lakukan itu padaku," bisik gadis yang terkulai lemas di atas ranjang. Tubuhnya terasa panas, tatapan matanya sayu pada lelaki yang berdiri di depannya.    Lelaki itu tak menghiraukan perkataan Alena, dan langsung menindihnya dari atas.   "Tolong ... jangan lakukan itu."    "Diamlah, dan nikmati permainanku!"    Alena mencoba mengelak dan merontah, tapi pengaruh obat perangsang yang dicampurkan ke dalam minumannya membuat Alena tak bisa melawan. Dia hanya bisa pasrah saat tubuhnya digagahi oleh pria yang sama sekali tak dikenal. Pria bermata hijau dan wajah tampan namun sifatnya berbanding terbalik.   Setelah puas melancarkan aksinya, Harry mengenakan jubah tidurnya dengan santai. Dia menatap tubuh kecil gadis yang kini meringkuk di sebelahnya.    "Diam lah. Aku tak suka mendengar orang menangis!" bentaknya kasar.
Baca selengkapnya

2. Siksaan Tiada Akhir.

Matahari semakin mencondong ke barat. Alena masih terus menyusuri jalanan bertanah penuh lumpur. Kakinya yang perih di berbagai tempat sudah tak dihiraukan olehnya lagi. Yang Alena tahu, dia harus meninggalkan hutan itu sebelum malam datang."Pa, Alena takut," bisiknya, ketika telinganya mendengar suara hewan liar mengaum di kejauhan.Perkataan pria tua tadi semakin membuatnya tersugesti, membayangkan diri mungkin akan diterkam hewan buas. "Papa, tolong kirimkan seseorang untuk menolong Alena," isaknya tertahan.Di kejauhan sana, Alena melihat sebuah mobil mendekat ke arahnya. Apakah doanya terkabulkan? Papanya mungkin tahu Alena sedang dalam masalah, lalu mengirimkan seseorang menjemputnya ke sini? Ada setitik harap di dadanya, tak lupa dia mengucap syukur atas pertolongan yang kini semakin dekat di depan mata. Namun, ketika mobil itu berhenti tepat di depan Alena, harapan gadis bertubuh kecil itu seperti ditelan oleh ombak besar. Ini bukan pertolongan. Orang yang turun dari mobil
Baca selengkapnya

3. Bunuh Saja Aku.

Sudah tiga hari Alena dikurung di kamar besar penyiksaan itu. Tubuhnya terasa remuk, sakit di mana-mana. Pria bernama Harry Borisson itu menggagahinya tanpa kenal waktu. Bahkan di siang hari yang terik pun, pria itu terkadang datang menemuinya. Alena sudah tak punya kekuatan untuk melawan. Setiap kali Harry menidurinya, dia memilih diam bagaikan sepotong kayu. Dia terlalu lelah untuk merontah.Pintu di depannya terbuka lagi. Alena melihat pria tua bernama Lukas itu masuk kamar. "Nona, makan lah. Anda bisa sakit jika terus-terusan tidak makan," ucapnya ketika dua pelayan wanita datang mengantarkan senampan makanan. "Mari, Nona. Kami akan menyuapi Anda makan.""Hentikan! Jangan berpura-pura bersikap baik padaku!" Alena menepis piring dan mangkuk itu dari depannya. Seluruh makanan yang berada di dalamnya pun terbuang di atas ranjang. Kaki panjang berkulit putih milik Alena bahkan tak merasakan lagi percikan sup panas yang meng
Baca selengkapnya

4. Kumohon Sentuh Aku

Tangan Alena gemetar meraih pulpel di atas kertas. Dia menorehkan tanda tangan beserta cap jempolnya di bagian bawah kertas kontrak itu. Hasrat dirinya semakin menggila, tak sempat baginya membaca seluruh isi kalimat yang ada di sana. "Bagus. Ternyata kau sudah tak sabar untuk bercinta." Harry mencengkram dagu gadis itu dan nenyusuri bibir Alena dengan ibu jarinya. Alena mendesah seperti seorang murahan. "Bangun."Alena mengikuti perintah Harry untuk bangkit. Napas berat pria itu langsung menyapu wajahnya begitu Harry menarik pinggangnya mendekat. Mata sayu itu terlihat sangat menggoda di depan Harry. Dia tak sabar langsung mengulum bibir merah muda milik Alena.Meski sudah kehilangan kesuciannya berapa hari yang lalu, ini kali pertama Alena berani membalas lumatan bibir Harry. Dia yang tadinya sama sekali tidak berpengalaman menjadi liar oleh dorongan obat perangsang yang diminumnya. Alena melingkar tangannya di leher Harr
Baca selengkapnya

5. Melarikan Diri.

Setelah hampir tiga jam Alena membersihkan dirinya di kamar mandi, dua pelayan datang menghampirinya ke sana. "Nona, Anda sudah terlalu lama berendam di air. Mari kami bantu mengenakan pakaian," ucap salah seorang dari mereka. Alena membiarkan dirinya dibantu berdiri oleh mereka dan dikenakan gaun tipis untuk tidur. Alena bahkan tak punya rasa malu lagi saat para pelayan itu melihat semua bagian tubuhnya.'Kenapa harus malu? Aku sudah jadi perempuan yang tak punya harga diri,' pikirnya. Harapan pun sudah tak lagi ada di hatinya. "Nona, Anda makan lah." Lukas kembali dengan pelayan dapur yang membawa makanan. Dia didudukkan di atas sofa dengan makanan yang sangat banyak di depannya. Alena menatap makanan itu tanpa sedikit pun berselera."Aku tak ingin makan. Aku ingin mati," jawab Alena datar. "Nona, surat perjanjian itu sudah Anda tanda tangani. Itu berarti, Tuan Harry tidak akan membiarkan Anda mati begitu saja
Baca selengkapnya

6. Gagal Melarikan Diri

Alena terus menyeret kakinya meninggalkan tempat itu. Namun, bukannya menemukan jalan keluar justru dia terjebak di kolam renang yang ramai oleh gadis-gadis. Mereka menatap Alena dengan mata sinis yang siap menerkam."Hei! Siapa kau? Kenapa kau masuk ke tempat ini?" "Dia seperti gembel yang menyasar!" "Lea,  ayo kita usir dia!" Mereka bergantian berkata. Tak senang melihat ada gadis lain di rumah tuannya.Jadi suara tawa yang didengar Alena itu berasal dari kolam renang ini? Siapa gadis-gadis itu? Apakah mereka juga bertugas melahirkan anak untuk si Harry gila? Pikir Alena. Gadis berambut pirang sepundak itu keluar dari dalam kolam dan langsung mendekati Alena. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya penuh selidik. 'Apa dia juga simpanan Tuan Harry? Kenapa sangat jelek?' "Aku ... aku menyasar. Bisa kalian tunjukkan jalan keluar dari tempat ini?" tanya Alena berbohong. Semoga saja ga
Baca selengkapnya

7. Dasar laki-laki kelainan!

Di dalam kamarnya Harry termenung setelah menghancurkan sangat banyak benda di atas lantai. Dia sudah seperti orang bodoh."Kenapa aku tak bisa marah pada gadis itu?" gumamnya kesal.Ini kali pertama Harry membiarkan seseorang bersuara keras di depannya. Semua orang, tak terkecuali lawan bisnisnya di luar sana, tak satu pun yang pernah mengangkat suara di depan Harry. Semuanya selalu ketakutan jika dia sudah marah. "Bukannya aku sudah menawarkannya uang yang banyak? Bahkan jika dia bekerja di Toko Toserba sampai tua, aku yakin gajinya tak akan pernah terkumpul satu miliar!" ucapnya lagi. Entah dia memang sudah menjadi bodoh.Setiap kali dia menginginkan seorang gadis, Harry tak pernah kesulitan mendapatkan perhatian mereka. Hanya dengan berjalan saja, gadis-gadis itu sudah datang menempel padanya. Mereka akan sangat senang meski Harry hanya meletakkan tangan di pinggang mereka. Apalagi jika sampai membawa mereka ke atas ranjang, itu suatu kehormatan bes
Baca selengkapnya

8. Rencana Alena.

Alena berbaring malas di atas ranjang dengan seluruh tubuh yang hampir remuk redam. Matanya mengantuk tapi tak bisa diajak tidur. Dia menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong melompong. Lukas datang dengan pelayan dapurnya mengantar senampan makan siang. "Nona, makan siang Anda sudah siap," ucapnya. Alena melirik malas pada tiga orang di depannya itu. "Paman Lukas, di mana laki-laki itu?" "Maksud Nona, Tuan Muda?" Lukas bertanya balik. "Tuan Muda sedang ada rapat penting di luar. Ada apa, Nona?"Seketika Alena mendapat pikiran cemerlang. "Benar kah? Kalau begitu, bisa kah Paman Lukas memberiku sedikit keringanan? Aku bosan hanya di kamar ini. Ingin keluar melihat-lihat." Padahal Alena sedang merencanakan pelarian dirinya. Menurutnya Lukas sudah tua. Jika Alena mengajaknya berjalan-jalan di luar sana, Lukas tidak akan sanggup mengejar Alena jika dia kabur. Ini kesempatan baik untuknya.&
Baca selengkapnya

9. Berapa Harga Tubuhmu?

"Nona, tolong jangan mengganggu pekerjaan kami.""Kembali lah ke kamar Anda, Nona." Para pelayan dapur heboh dengan kedatangan Alena ke sana. Gadis itu sudah sibuk dengan pekerjaannya tanpa menghiraukan perkataan mereka. Dia hanya fokus pada tujuannya; membuat hati Harry senang. "Jika Tuan Muda melihat Nona di dapur, kami semua akan kena marah." Bukan hanya pelayan rendahan, bahkan Lukas kelimpungan melihat Alena yang sibuk sendiri. Dia terus mencoba menghentikannya. "Tidak apa-apa, Paman. Aku yang akan bertanggung jawab. Palingan juga aku yang kena hukum, kan? Paman Lukas tenang aja," jawab Alena tetap tenang. Belum saja dia tahu emosi Harry yang sebenarnya. Laki-laki berusia dua puluh delapan tahun itu sangat gampang marah. Lukas sudah mengenal Harry sejak anak itu masih berusia lima tahun. "Jika dia suka masakanku, mungkin dia akan memberiku sedikit kelonggaran," bisik Alena.Meski dia sendiri tak
Baca selengkapnya

10. Tampan Tapi Gila.

Harry mencengkram jemarinya mendengar perkataan Alena. 'Dia meremehkan aku?' pikirnya. Baru kali ini ada seseorang yang berani mempertanyakan uang yang dimiliki Harry. Jangankan satu gadis seperti Alena, Harry bisa membeli banyak pulau, membangun segala fasilitas dan mengumpulkan penuh gadis-gadis di dalamnya. "Kau tak mengenalku?" tanya Harry. "Tidak. Aku tak mengenalmu. Siapa kau, dan kau pikir sehebat apa kau membeliku?" tantang Alena. Meski dia sendiri sudah sangat ketakutan, Alena masih berusaha melawan pria itu."Aku Harry Borisson, pria paling tampan di negara ini. Berusia dua puluh delapan tahun dan sukses menjadi CEO nomor satu di lima negara saat aku masih dua puluh lima tahun. Kau ingin tau berapa banyak uang yang kupunya? Kau ingin melihat semua asetku? Aku yakin, kau pasti mati jantungan melihat berapa digit angka di salah satu debit card milikku." Selain penuh percaya diri dan kejam, ternyata laki-laki ini juga nars
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
35
DMCA.com Protection Status