Share

5. Melarikan Diri.

Setelah hampir tiga jam Alena membersihkan dirinya di kamar mandi, dua pelayan datang menghampirinya ke sana. 

"Nona, Anda sudah terlalu lama berendam di air. Mari kami bantu mengenakan pakaian," ucap salah seorang dari mereka. 

Alena membiarkan dirinya dibantu berdiri oleh mereka dan dikenakan gaun tipis untuk tidur. Alena bahkan tak punya rasa malu lagi saat para pelayan itu melihat semua bagian tubuhnya.

'Kenapa harus malu? Aku sudah jadi perempuan yang tak punya harga diri,' pikirnya. Harapan pun sudah tak lagi ada di hatinya. 

"Nona, Anda makan lah." 

Lukas kembali dengan pelayan dapur yang membawa makanan. Dia didudukkan di atas sofa dengan makanan yang sangat banyak di depannya. Alena menatap makanan itu tanpa sedikit pun berselera.

"Aku tak ingin makan. Aku ingin mati," jawab Alena datar. 

"Nona, surat perjanjian itu sudah Anda tanda tangani. Itu berarti, Tuan Harry tidak akan membiarkan Anda mati begitu saja. Bahkan jika Anda tidak makan selama berhari-hari, Tuan akan memanggil dokter untuk membuat Anda makan dengan selang. Apa Nona mau seperti itu?" ucap Lukas lagi.

Memangnya kenapa laki-laki gila itu sangat ingin dia hidup? Jika untuk mengandung anaknya, bukankah banyak wanita di luar sana? Dengan uang yang dia tawarkan pasti lah para gadis akan berlomba-lomba menerimanya. Kecuai Alena tentunya. 

"Apa tujuannya melakukan ini padaku?" tanya Alena. 

"Tuan menginginkan bayi dari Nona. Bukankah sudah dijelaskan di surat kontrak itu?"

"Ya. Maksudku, kenapa harus aku? Di luar sana banyak gadis lainnya. Kenapa harus memaksa orang yang tak mau?" 

Lukas membenarkan posisinya berdiri, sebelum menjawab pertanyaan itu.

"Tuan kami orang yang sangat selektif, Nona. Dari sekian banyak gadis yang diseleksinya, hanya Nona yang menurutnya bisa membantu. Tuan ingin anaknya dilahirkan oleh gadis yang masih suci dan sederhana seperti Nona."

Alasan gila. Apa laki-laki itu mencari tahu segalanya tentang Alena? Dia bahkan tahu yang mana gadis yang masih suci.

'Tentu saja, Alena. Dia pasti sudah mencoba semua gadis-gadis seleksianya.' Alena mendengus kesal.

"Lalu, berapa lama aku harus di sini? Bagaimana jika aku tidak kunjung hamil? Apa akan selamanya dia mengurungku di sini?" Rentetan pertanyaan dia lemparkan pada Lukas. 

Pria tua itu membenarnya kaca matanya. Dia ragu apakah jawabannya akan sedikit menenangkan gadis ini.

"Begini, Nona. Biasanya, Tuan Harry akan cepat bosan dengan gadis-gadisnya. Mungkin Nona bisa menunggu dua sampai tiga bulan."

'Cih! Dia memang gila.'

"Apa dia tidak laku? Kenapa tidak meminta anak pada istrinya?" cetus Alena. Meski perasaan hatinya sudah sangat hancur, dia tetap membuka mulut saat pelayan wanita itu menyodorkan makanan.

Alena terlalu lapar setelah disiksa di atas ranjang. Lagian menurut Lukas, Harry tidak akan melepaskannya bahkan jika Alena sudah di ujung maut. Untuk apa terus menahan lapar?

"Nona, jangan berkata seperti itu. Tuan akan marah besar disebut tidak laku."

Kenapa harus marah? Memang sepertinya laki-laki itu tidak laku, kan? Mungkin karena napsunya yang sangat gila hingga tak ada gadis yang bisa tahan menjadi istrinya.

"Justru ... sebenarnya Tuan Harry tidak ingin menikah, sebab itu dia menginginkan seorang anak."

Dasar orang gila! Tak mau menikah tapi ingin punya anak. Kenapa tidak mengandung saja sendiri?

"Karena Anda sudah selesai makan, kami pergi dulu, Nona." Lukas membawa dua pelayan lainnya keluar dari kamar itu sebelum Alena kembali bertanya.

Di luar sana Alena mendenga suara tawa cekikikan yang sangat ramai. Bising. Dia tak bisa memejamkan matanya sekejap saja. Alena penasaran dari mana asal suara itu datang.

Dia berjalan ke jendela kaca kamar itu dan melihat jendelanya tidak dikunci. Pikiran Alena segera berputar dengan cepat. 

Jika ada kesempatan untuk melarikan diri, kenapa harus diam di rumah itu? Terserah lah dengan surat kontrak sialan yang sudah ditanda tanganinya. Alena hanya ingin bebas lalu meminta pertolongan dari keluarganya. 

Setelah memastikan dirinya ada di lantai tiga, Alena mencari apa saja yang bisa dipakainya untuk melarikan diri. Beruntung di lemari itu dia menemukan beberapa helai kain penutup kasur tang sangat lebar. Alena mengikat tiap ujungnya hingga kain itu sangat panjang dan cukup untuk turun dua lantai. 

"Di lantai tarakhir aku bisa melompat. Aku tak akan mati jika terjatuh dari sana," gumamnya semangat. 

Alena menuruni kain yang sudah dia ikat pada besi jendela. Perlahan, dia melepaskan tangannya dan membuat dinding tembok menjadi tumpuan. Tinggal satu lantai lagi, dia akan berhasil melarikan diri dari kamar penyiksaan itu. 

Tapi tak lama, telinganya mendengar suara gaduh di kamar.

"Dia di jendela. Cepat tangkap dia di halaman kiri!" 

Kepala Alena mendongak ke atas dan melihat Harry menarik kain itu.

"Mau lari ke mana kamu, hah!"

Dasar orang gila! Dia menemukan Alena di sini. 

"Lepaskan! Aku tak mau jadi simpananmu!" 

"Diam! Aku akan menghukummu setelah ini!"

Tak ada waktu untuk bertengkar dengannya. Alena tak ingin membiarkan dirinya ditarik lagi kembali ke dalam kamar itu hingga dia melepaskan pegangannya pada kain. Alena terjatuh di atas tanah yang membuat kakinya sangat sakit. 

Mungkin kakinya patah? Alena memeluk lututnya yang hampir tak bisa dirasakan lagi.

"Sakit ...."

Tidak, Alena. Meski sakit, kau tak boleh membiarkan dirimu tertangkap!

Dengan terpincang-pincang dia mencoba melarikan diri mencari jalan keluar dari halaman yang cukup luas itu. Telinganya mendengar derap kaki yang berlarian. Pasti para suruhan si laki-laki gila bernama Harry. 

Bagaimana ini? Apa yang akan Harry lakukan jika Alena tertangkap? Dia akan menghukum Alena di ranjang penyiksaan itu lagi? 

Bersambung. 

Comments (8)
goodnovel comment avatar
Evru Ardiana
harusnya nikah dulu bang biar lebih sreg sama alena ya kan
goodnovel comment avatar
Kriwil
seru lanjutkan thorr
goodnovel comment avatar
Linda Sulaiman
menarikkk..cerite nye bagus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status