Semua Bab Melahirkan anak untuk CEO: Bab 21 - Bab 30

346 Bab

21. Bunuh Aku.

Alena menyeret kakinya berjalan tak tentu tujuan. Sejak siang tadi dia sudah seperti itu, hingga ini hari sudah malam. Perkataan Felisha terus berulang di dalam kepalanya, menyakiti hati Alena sangat dalam.Saat melihat jembatan di depan mata, Alena berpikir ingin mengakhiri hidupnya saja. Ingin menyusul papa dan mama yang sudah lebih dulu meninggalkannya. Tidak ada salahnya Alena bunuh diri, kan? Dunia ini terlalu kejam terhadapnya. Sejak kecil sudah kehilangan mama, menjalani hidup yang berat saat Rona dan Felisha masuk ke dalam keluarganya dan sekarang Alena pun kehilangan papa juga rumah tempatnya dilahirkan. Urusan dosa, biar lah Tuhan yang menghitungnya."Aku sudah tak punya tempat di dunia ini. Tak ada satu pun yang peduli padaku," gumam Alena lemah. Kedua kaki Alena menaiki pembatas jembatan. Matanya menatap lurus pada kendaraan yang berlalu lalang di bawah sana. Jika dia melompat dari atas sini, tubuhnya akan langsung remuk dilindas mobil
Baca selengkapnya

22. Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

"Kenapa kau sangat ingin mati?" Tangan Harry kini mencengkram lengan Alena, membersihkan luka di sekitar sana. "Karena aku muak dengan manusia sepertimu. Kalian ... hanya iblis yang menghancurkan hidupku." Dia sudah tak punya rasa takut.Dugaan Harry tak pernah salah. Alena sedang terpuruk oleh keluarganya. Harry menemukan ide untuk membuat gadis itu berhati teguh dan tidak melakukan hal konyol lagi."Ya, anggap lah kami iblis yang menghancurkan hidupmu. Lalu, kau mau mati karena kami? Sangat bodoh," ucap Harry mendengus di akhir kalimatnya.Alena merasa dirinya ditertawakan lelaki iblis itu. Darahnya semakin naik ke ubun-ubun."Kau sebut aku bodoh? Pada dasarnya, manusia seperti kalian lah yang terlalu licik di atas kekuasaan yang kau miliki!" Kata-kata yang sangat berani dan tajam."Ya. Kuasa memang membuat seseorang bisa melakukan segalanya. Tapi kalau kau sedikit pintar, kau tak mungkin bunuh diri." Laki-laki tak berpe
Baca selengkapnya

23. Seperti Mayat Hidup

Tiga hari setelah kematian papanya, Alena masih mengurung diri di dalam kamar. Semua makanan yang diantarkan Lukas sama sekali tidak disentuh oleh gadis itu. Bahkan tidur pun dia tidak ingin sama sekali, hanya seperti mayat hidup yang tak punya harapan. Perkataan Harry memang sempat membuat Alena ingin hidup. Tapi, dia tahu itu sangat tidak mungkin. Apa yang bisa dilakukan seorang tahanan? Dia hanya gadis lemah yang hidupnya dikendalikan oleh Harry. Apa pantas Alena berpikir ingin membalas dendam?Lukas masuk dengan dua pelayan dapur, dan pria itu menggeleng lemah melihat Alena. Bagaimana tidak? Alena masih duduk di sebelah jendela menatap ke luar sana, sedang makanan di atas meja masih tetap utuh. Alena tidak menyentuhnya sama sekali. "Nona Alena, ini sudah hari ke tiga Nona tidak makan. Tolong bekerja sama, Anda harus makan untuk tetap hidup," ucap pria tua yang belakangan ini dipanggil paman oleh Alena.Alena tidak mengindahkan ucapan Lukas
Baca selengkapnya

24. Aku Akan Mengandung Anakmu.

Melihat Alena mematung tak berkutik, Harry yakin dirinya sudah menang. Dengan mantap dia berjalan ke dekat gadis itu, menarik tangan Alena kembali ke kursinya lagi. Harry mengaduk makanan di dalam mangkuk tanpa peduli dengan respons Alena. "Buka mulutmu." Dua pasang mata mereka saling beradu beberapa saat, sebelum Alena menuruti perkataan Harry. Ragu dia membuka mulut, menerima suapan pertama dari tangan Harry. Gadis itu mulai mengunyah bubur di dalam mulutnya. Keadaan di dalam kamar itu sudah bisa dibilang aman. Lukas menarik napas lega dan membawa semua pelayannya keluar dari sana. Pria tua itu tersenyum penuh arti ketika melihat tuannya berhasil membujuk Alena. Ya meski sempat membuat jantung Lukas hampir lepas."Lagi." Alena tidak suka makan bubur. Pipinya terasa gembung, geli dengan teksturnya yang lembek. Dia menutup mulut dan mengabaikan suapan ke tiga dari Harry. "Perutmu akan sakit jika diisi makanan ke
Baca selengkapnya

25. Simpanan Istimewa.

Taman itu sangat luas ditumbuhi sangat banyak jenis tanaman bunga. Alena berkeliling ditemani dua pelayan yang mengikutinya di belakang. Seperti guide perjalanan, pelayan itu menjelaskan apa pun yang ditanyakan Alena pada mereka."Di situ, berapa banyak gadis simpanan Tuan Harry di tempat itu?" Tangan Alena menunjuk ke arah yang dulu pernah dimasukinya. Tempat di mana dia melihat Harry dikelilingi gadis simpanannya dengan pakaian yang sudah setengah telanjang. "Maksud Nona Istana Selatan?" tanya salah satu pelayan itu. Jadi nama tempat itu disebut Istana Selatan? Alena pikir namanya Asrama Putri, atau mungkin Harem yang lebih tepat?"Ya, apa pun itu namanya. Berapa gadis yang tinggal di sana?"Dua pelayan itu saling melirik satu sama lain dan menyikut temannya seraya berkata, "Kau aja yang menjelaskan. Aku takut."Alena tertawa kecil melihat tingkah mereka berdua. "Tidak perlu takut. Katakan saja.""Tapi, Nona
Baca selengkapnya

26. Skandal Istana Selatan

Kemarahan Lea tidak hanya sampai di taman saja. Hingga di kembali ke Istana Selatan, Lea masih membawa api yang membara di dadanya. Kakinya berjalan sangat cepat, dan wajahnya yang tegang membuat siapa pun tak berani menyapanya. Bruk!"Aaauw ...."Seorang gadis pelayan menabrak Lea dan terjatuh di atas lantai. Gadis itu meringis kesakitan memegangi lututnya yang berdarah. "Kau buta?!" bentak Lea tepat di depan mata gadis itu."Ma-maaf, Nona. Aku nggak sengaja." Gadis bernama pelayan itu menjawab gugup.Lea melihat ujung gaunnya menjuntai di atas lantai. Gaun itu robek oleh tarikan tangan pelayan ketika mencoba mempertahankan keseimbangan tubuhnya, sebelum terjatuh di atas lantai. Gaun yang baru Lea beli dan berharga sangat mahal, membuat Lea meradang seketika. Matanya melotot, urat lehernya timbul ke permukaan ketika dia menahan napas."Nggak sengaja?" Mata Lea memicing. "Kau merusak gaun mahalku dan masih bilang nggak sen
Baca selengkapnya

27. Mari Kita Lakukan 23x.

Dua pelayan yang tadi bersama Alena berkata, Lea adalah gadis simpanan yang paling sering dikunjungi Harry. Lea juga dikenal sebagai ratunya para selir, dan bertanggung jawab di Istana Selatan. Semua selir percaya Lea akan menjadi satu-satunya yang akan dicintai Harry. Dan satu yang membuat Alena semakin kesal adalah, selain semena-mena pada pelayan, Lea juga sering menghukum para selir lainnya jika tidak patuh. Harry mengetahui itu tapi membiarkannya. Bukankah itu berarti Lea memang sangat spesial bagi Harry?"Terkutuk lah kau, Alena! Kau cari mati?" Alena berputar-putar sendiri di dalam kamarnya. Ucapan dua pelayan itu terus berputar di kepalanya. Dia sudah sangat lancang melawan Lea. Tapi ... jika dia diam saja juga tak tega pada pelayan dan selir lain yang sering mendapat perlakuan buruk. Pikiran Alena sangat terganggu."Apa yang harus aku lakukan? Aku bisa gila kalau begini," ucap Alena lagi. Dia takut Lea akan memenangkan persaingan mereka bahkan seb
Baca selengkapnya

28. Alena Si Otak Mesum.

Alena masih diam di tempatnya dengan mulut sedikit terbuka. Pikirannya sudah dipenuhi dengan adegan-adegan kotor, seperti yang pernah dia lakukan dengan harry. Sekali lagi, dia meneguk saliva untuk membasahi tenggorokan yang mengering. "Alen?" panggil Harry, tapi gadis itu belum kembali dari lamunannya.Mengerti akan ada adegan yang tak ingin dilihat di tempat itu, Lukas mundur perlahan, meninggalkan Tuan Muda dan Nona yang sedang saling menatap. Tak lupa dia tersenyum, mengingat kucing dan tikus itu kini mulai memperbaiki hubungannya. "Alena?"Sekali lagi Harry memanggil nama Alena, yang membuatnya sadar dari pikiran mesum tentang Harry."A- i-iya," jawab Alena gugup. Matanya berkedip dua kali, mengembalikan kesadaran."Apa yang kau pikirkan? Kau tengah membayangkan aku yang aneh-aneh?""A-apa?" Mata Alena terbelalak. 'Kok dia tau, sih? Seperti bisa membaca pikiranku aja.' Tapi, dia berusaha mengelak. "Ti-tidak. Aku tak seperti
Baca selengkapnya

29. Aku Suka Desahanmu, Alen.

Dokter di depan mereka masih merapikan peralatannya, tidak langsung menjawab pertanyaan dari dua orang yang tampaknya tak sabaran. Apalagi Harry, ingin sekali dia menarik kerah baju si dokter agar segera memberitahu bahwa Alena hamil."Menjawab itu saja sangat lama," gerutu Harry. Wajah dokter memucat, takut akan mendapat kemarahan dari Harry. Tapi masih berusaha tersenyum walau hambar."Maaf, Tuan, sepertinya Anda harus berusaha lebih kuat lagi. Nona Alena belum hamil.""Apa katamu?" Harry meradang. Segera dia berdiri dan benar-benar menarik kerah baju si dokter. "Kau meremehkan kemampuanku? Kau pikir aku bermain-main dua minggu ini? Aku sudah bekerja sangat banyak dengannya!""Tuan ... saya tidak melihat kantung kandungan di rahim Nona Alena." Keringat dingin mulai mengucur di kening dokter, ketika membalas tatapan menakutkan dari Harry.Alena menghela napas melihat emosi lelaki yang sulit dikontrol itu. Sambil merapikan bajunya dia
Baca selengkapnya

30. Diam di Atasku.

"Tuan Harry sudah pulang? Aku menunggu sejak tadi." Harry baru saja turun dari mobilnya saat Lea datang bergelayut di lengannya. Wajahnya dibuat tersipu malu-malu, seperti bukan dirinya yang biasa. Harry melihat Lea menyelipkan rambut ke balik telinganya. "Jaga sikapmu. Lepaskan!" ucap Harry, tenang.Pria itu sudah terkenal sebagai laki-laki yang suka semaunya, kasar, dan tidak terlalu peduli dengan perasaan orang lain. Tak peduli itu rekan bisnis atau bawahan di kantor, apalagi pada gadis simpanannya.Namun, Lea bukan gadis penakut seperti simpanan Harry yang lain. Dia memang selalu bersikap sopan selama ini, tapi tidak gampang menyerah."Maaf, Tuan Harry. Aku terlalu merindukanmu sampai tak bisa mengontrol diri," ucap Lea, berusaha keras mendapat perhatian."Jangan memancing amarahku, Lea. Kau tau, aku bukan orang yang sabaran." Ketika mengatakan itu, Harry melihat sosok Alena di ujung sana. Harry menjadi teringat dengan kejadian
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
35
DMCA.com Protection Status