Reina dan sang bunda kini berada di pemakaman. Keduanya duduk sambil menatapi nisan sang ayah. Melihat putrinya yang menatap nisan tersebut dengan penuh makna, membuat Ami merasa sangat bersalah. Namun, ia tak ingin memberitahukan pada putrinya bahwa makam itu adalah makam palsu, dan kebenaran tentang ayahnya. Meski merasa bersalah, Ami tetap memilih untuk menyimpan semua rahasia itu. Ia ingin semua rahasia itu terkubur selamanya. Walau berarti sang putri tak akan memiliki sosok ayah lagi selamanya. “Nak,kita pulang sekarang, yuk,” ajak Ami. Seketika Reina menjadi panik mendengar ajakan sang bunda. Ia berusaha keras memikirkan cara agar bisa menghalangi bundanya untuk pulang ke rumah. “Eh... bunda, eh... aku masih mau di sini bentar lagi. Boleh ya, bunda?” Karena belum mendapatkan ide, Reina berusaha menahan sang bunda bersama, sambik ia memikir cara lain. “Duh... mikir Reina, mikir...” “Gimana kalau sampai bunda ke rumah? Bunda pasti bakalan tahu kalau aku gak baik-baik, aja. Bun
Baca selengkapnya