Beranda / Fiksi Remaja / Broken / Bab 111 - Bab 120

Semua Bab Broken: Bab 111 - Bab 120

152 Bab

Memastikan

“Tunggu papa, nak. Sebentar lagi kita pasti bisa bertemu,” gumam Vian sambil mengendarai mobilnya menuju pemakaman.Dengan penuh harapan, Vian melaju secepat mungkin menuju pemakaman. Ia berharap pemakaman tersebut dapat memberikannya petunjuk, agar ia bisa secepatnya berjumpa dengan sang buah hati yang telah lama dirindukannya.Setelah menempuh jarak yang cukup jauh., Vian pun kini t’lah tiba di pemakaman tersebut. “Semoga ada petunjuk,” ujar Vian bergegas menuju makam di mana ia dan Ami bertemu.Flash back“Apa kamu lihat makam di belakang kamu?” tanya Ami pada sang mantan suami. Vian pun memalingkan wajahnya dan melihat makam itu.Vian kembali menatap wajah sang mantan istri, setelah memperhatikan makam itu. “Kamu lihat dengan jelas, kan?!”“Makam yang ada di belakang kamu ini, makam yang selalu dikunjungi anakku.”“Jadi kamu gak usah berharap apa pun lagi. Karena anakku udah gak punya sosok orang tua lain, selain aku.”Flash back off “Ami, aku minta maaf. Karena sampai kapan pun,
Baca selengkapnya

Peringatan Terakhir

“Yandi...” teriakan Yena menggelegar di seluruh ruangan. Namun, wanita itu sama sekali tak mendapat jawaban.“Yandi! Kamu udah tuli, ya!” teriak Yena dari ruang tamu.“Dasar anak gak tahu diuntung!”“Kamu itu tuli apa bisu, sih?!” teriak Yena geram.Saat Yena sibuk meneriaki putranya, justru pemilik nama yang terus diteriaki sedang asyik berbaring di atas kasurnya. “Apa-apaan, sih?! Gak capek apa teriak-teriak mulu,” celoteh Yandi.“Udah malam bukannya tidur, malah sibuk teriakin nama gue.”“Dikira gue bakalan nyahut gitu? Heh... malas banget gue. Mendingan gue tutup mata.... terus... tidur...” ucap Yandi dan segera memejamkan kedua matanya.Tok... tok...Baru saja remaja itu menutup kedua matanya, pintu kamar sudah berbunyi sangat keras. “Duh... siapa sih? Gak ada kerjaan banget. Gangguin orang tidur, aja!” “Malah kasar banget lagi ngetokin tuh pintu. Udah kek mau nyari maling, aja,” ucap Yandi kesal. Meski malas, Yandi berusaha mengumpulkan niatnya untuk bangkit dari tidur dan berg
Baca selengkapnya

The Show

Malam itu sebuah mobil berwarna hitam terparkir tak jauh dari kediaman Reina. Namun keberadaan mobil itu tak diketahui oleh sang gadis.“Kalian semua ke rumah gadis itu sekarang juga,” perintah seorang wanita melalui sambungan telepon dari dalam mobil hitam itu. “Sepertinya aku tak perlu menunggu lebih lama lagi. Karena kalau dipikir-pikir, aku capek juga gertak-gertak mereka.”“Mendingan aku langsung, aja. Jadi aku gak perlu buang-buang waktu dan tenaga aku karena harus terus-menerus ngulur waktu dan tenaga buat gertak mereka.”“Kalau kayak begini, aku kan bisa segera nikmatin pertunjukkan. Dan aku juga bisa segera dapatin apa yang aku mau.” “Hahaha...” Wanita itu sangat bahagia saat membayangkan semua yang akan dinikmatinya. Ia tertawa bahagia di dalam mobilnya sambil menunggu pertunjukkan dimulai. Setelah wanita itu tertawa bahagia, tak lama sekelompok pria berb
Baca selengkapnya

Pemantauan

Reina dan sang bunda kini berada di pemakaman. Keduanya duduk sambil menatapi nisan sang ayah. Melihat putrinya yang menatap nisan tersebut dengan penuh makna, membuat Ami merasa sangat bersalah. Namun, ia tak ingin memberitahukan pada putrinya bahwa makam itu adalah makam palsu, dan kebenaran tentang ayahnya. Meski merasa bersalah, Ami tetap memilih untuk menyimpan semua rahasia itu. Ia ingin semua rahasia itu terkubur selamanya. Walau berarti sang putri tak akan memiliki sosok ayah lagi selamanya. “Nak,kita pulang sekarang, yuk,” ajak Ami. Seketika Reina menjadi panik mendengar ajakan sang bunda. Ia berusaha keras memikirkan cara agar bisa menghalangi bundanya untuk pulang ke rumah. “Eh... bunda, eh... aku masih mau di sini bentar lagi. Boleh ya, bunda?” Karena belum mendapatkan ide, Reina berusaha menahan sang bunda bersama, sambik ia memikir cara lain. “Duh... mikir Reina, mikir...” “Gimana kalau sampai bunda ke rumah? Bunda pasti bakalan tahu kalau aku gak baik-baik, aja. Bun
Baca selengkapnya

Firasat

Hati Reina merasa lebih lega ketika sang bunda harus kembali bekerja lagi. Bukannya ia tak menyukai kehadiran sang bunda, tetapi ia tak ingin sang bunda mengetahui apa yang telah dialaminya.“Halo. Yandi, hari ini kamu sibuk gak?” Reina menghubungi Yandi setelah sang bunda sudah tak bersamanya lagi.“Gak. Ada apa?” tanya Yandi.“Eh... ini gue mau minta tolong. Bisa gak?” tanya Reina sedikit ragu. Ia merasa tak enak hati, jika mengganggu waktu temannya.“Bisa, bisa. Entar pulang gue langsung ke rumah. Tunggu bentar, ya. Tinggal satu MK* lagi nih. Habis itu gue langsung ke sana,” ujar Yandi.  (*Mata Kuliah)“Oke. Makasih banyak, Yandi.” Setelah mengakhiri pembicaraan mereka, Reina segera kembali ke rumah.Setibanya di kediamannya, Reina segera membersihkan pecahan-pecahan kaca dengan hati-hati. Gadis itu membersihkan kamarnya dengan sangat hati-hati, agar dirinya tak terluka. Sehin
Baca selengkapnya

The Next Show

Malam telah tiba dan Reina semakin diselimuti rasa takut. Kini seluruh tubuh gadis itu gemetar, bukan karena dingin udara malam melainkan karena rasa takutnya.Firasat Reina semakin kuat, ia sampai membayangkan segala hal buruk menimpanya. Namun, gadis itu tak tahu apa yang harus diperbuatnya. Ia tak mungkin menghubungi kepolisian, karena tak terjadi apa pun pada dirinya. Ia tak mungkin juga menghubungi sang bunda, karena tak ingin merepotkan bundanya yang pasti sedang kelelahan karena bekerja seharian. Kini Reina hanya mengirimi pesa pada Vian, papi Rein. Sayangnya pria itu belum membalas pesan singkat dari gadis itu. Karena rasa takutnya yang tak tertahankan lagi, Reina akhirnya memutuskan untuk menghubungi Yandi, tetapi Yandi tak menjawab satu pun panggilan darinya. Kini yang bisa dilakukan Reina hanya berdoa. Gadis itu bahkan hanya bersembunyi di dalam lemari pakaiannya, dan sambil berdoa pada Yang Maha Kuasa menyerahkan semua rasa takutnya. ***
Baca selengkapnya

The Show Will Be Continued

“Tadi itu kurang memuaskan.” Wajah Yena terlihat sangat kesal. Ia menatap tajam para anak buahnya yang tak memberikannya pertunjukkan yang memuaskan. “I have to promise that i’ll pay all of you....” Wanita itu tak menyelesaikan kalimatnya dan menatap salah satu pria. Ia adalah pria berbadan besar dan sangat kekar yang mengangkat seorang gadis, hanya dengan memegang wajahnya. “Nyonya akan memberikan kami bayaran sesuai dengan hasil pertunjukannya,” ujar pria berbadan kekar itu. “Yes. Sangat amat tepat.” “But why? Why? Kenapa pertunjukkannya malah membosankan!” Yena tak terima dengan pertunjukan yang baru saja ditontonnya. Ia kesal karena telah menantikan pertunjukan yang luar biasa, namun yang semuanya di luar ekspetasinya. “Tapi kami telah memberikan yang terbaik. Hanya saja nyonya tak ada di tempat pertunjukkan sebelumnya,” jawab pria berbadan kekar. “Kan saya sudah bilang, jangan buat pertunjukkan itu di rumah! Buat di tempat lain! Lalu kenapa kalian buat di sana?!” “Kalian ng
Baca selengkapnya

Larangan Keras!

“Yandi!” teriak Yudi mengejutkan Yandi, hingga membuatnya tersadar dari tidurnya.“Kamu ngapain tidur-tiduran di meja makan?!” tanya Yudi kesal.“Ya habisnya papa sama mama kelamaan, kan aku bosan jadinya. Daripada bosan, mending aku tidur aja sekalian,” jawab Yandi santai.“Kamu pikir mama sama papa lagi main tadi?” tanya Yudi kesal namun tak dihiraukan Yandi. “Mana Yeri?” Yudi baru tersadar jika putra bungsunya sudah tak berada di meja makan bersama mereka lagi.“Ya mana aku tahu. Lagi tidur kali, atau nonton, atau ke kamar mandi kali,” sahut Yandi. “lagian ngapain nanya ke aku? Emangnya mata kau dilem ke badannya dia gitu? Kan enggak.”Jawaban Yandi semakin membuat papanya merasa frustasi. “Yeri! Yeri..!” teriak Yudi dan putra bungsunya pun segera menjawab panggilannya dari kejauhan.“Kamu dari mana aja?” tanya Yudi menantap tajam Yeri yang baru tiba di meja makan. “Maaf pa, tadi Yeri sakit perut,” ujar Yeri berbohong.“Duduk!” perintah Yudi dan Yeri pun segera kembali ke tempat du
Baca selengkapnya

Do Not be Panic

Tak... tak...Arah jarum jam terus berputar dan waktu terus berlalu. Yandi yang penuh rasa cemas dan khawatir terus mengitari kamarnya. Pria itu terus saja memikirkan cara paling aman untuk mencari tahu keadaan Reina.“Astaga...” Yandi menghentikan langkah kakinya seraya menepuk keningnya. “kenapa gue gak kepikiran minta tolong sama dia coba?”“Halo, lo lagi sibuk gak sekarang?” ucap Yandi menghubungi seseorang.“Gue mau minta tolong sama lo. Ini soal Ananda. Gue mau minta tolong lo buat cek rumahnya dia, apa dia ada atau enggak, terus keadaannya kayak gimana. Habis itu lo tolong kasih tahu ke gue,” ujar Yandi meminta pertolongan pada temannya.“Tolong banget, ya. Soalnya gue gak bisa ke mana-mana, nih,” jelas Yandi.Yandi sangat merasa lega karena ia akhirnya mendapat bantuan. Namun pikirannya masih belum tenang. “Okay, thank you banget,” ucap Yandi dan mengakhiri panggilan.Perasaan cemas dan khawatir masa tak ingin pergi darinya selama tak ada kabar tentang Reina. Meski ia sudah me
Baca selengkapnya

Rencana Baru

Senyum semringah menghiasi wajah Yena. Wanita itu merasa begitu segar dan bahagia pagi itu. Suasana hatinya yang sangat bagus, membuat Yena mengerjakan pekerjaannya penuh senyuman.Para karyawan yang melihat Yena terus saja tersenyum sejak pagi hingga siang hari, merasa terheran-heran. Yena yang sering marah-marah dan berbicara dengan nada tinggi, hari ini berbicara dengan penuh kelembutan.Seluruh karyawan begitu tercengang dengan sifat Yena yang berubah seratus delapan puluh derajat. Mereka bahkan sampai menanyakan kondisi kesehatan wanita itu. Yena pun menjawab dengan lembut bahwa ia baik-baik saja. Jawabannya pun semakin membuat semua orang terheran-heran.***********Di setiap meja dalam kantin kantor, semua karyawan duduk berkelompok seperti biasanya. Namun, kali ini mereka tidak duduk berkelompok sambil menceritakan pekerjaan, hobi atau aktivitas lain serta kehidupan pribadi mereka, melainkan Yena.Yena kina menjadi perbincangan hangat para karyawan saat menyantap makan siang.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
16
DMCA.com Protection Status