Beranda / Fiksi Remaja / Broken / Bab 91 - Bab 100

Semua Bab Broken: Bab 91 - Bab 100

152 Bab

Belanja

Hari-hari Reina memang belum kembali seperti sebelumnya. Hingga kini bunda gadis itu masih tak ingin berbicara dan menatapnya. Namun, ia tak menyerah dan terus berusaha agar bundanya bisa kembali seperti dulu lagi.Untuk mengembalikan Ami seperti dulu, Reina harus memenuhi syarat yang diberikan Ami. Ami memberikan putrinya dua syarat, jika ia ingin hubungan mereka seperti dahulu kala lagi. Wanita itu memberikan syarat yang sangat tak mungkin untuk dilakukan putrinya.Sang bunda memang hanya memberikan dua persyaratan pada putrinya, namun itu bukanlah hal yang mudah. Bukannya Reina tak ingin memenuhi persyaratan dari bundanya. Tetapi persyaratan itu sangat mustahil baginya. Ami memang hanya memberi dua persyaratan, tetapi persyaratan itu cukup berat bagi putrinya. Wanita itu meminta agar putrinya segera menyampaikan permintaan maaf pada Rein, dan kembali lagi seperti dulu. Maka ia juga akan kembali menjadi Ami, bunda Reina yang dulu.Jika hanya
Baca selengkapnya

You’re My Night And Day

Waktu berbelanja Reina dan Yandi yang menyenangkan telah berakhir tanpa kendala sedikit pun. Setelah membeli semua yang dibutuhkan Reina, keduanya segera menuju kediaman Reina, untuk menyimpan semua belanjaannya. Tanpa terasa waktu berpisah pun telah tiba. Dan kini telah tiba saatnya untuk menyampaikan salam perpisahan satu sama lain. Meski bukan perpisahan untuk selamanya, namun keduanya tampak begitu enggan untuk berpisah satu sama lain. “Eh... Ananda. Em... gue pulang dulu, ya.” Dengan berat hati Yandi harus mengucapkan salam perpisahan. Ingin rasanya ia memutar kembali waktu bersama yang menyenangkan. Tetapi itu adalah hal yang mustahil. “Oh... iya, Yan. Makasih udah mau nemenin gue belanja, ya.” Tak hanya Yandi yang merasa berat untuk berpisah. Reina pun merasa sangat tak rela harus berpisah secepat ini. Hati kedua remaja itu terasa berat untuk berpisah. Mereka juga sangat menyayangkan waktu mereka begi
Baca selengkapnya

Rencana Yena

Senyuman indah terus terpancar dari wajah Yandi. Senyuman itu tak kunjung pudar, meskipun ia sudah berada di rumahnya. Senyuman yang tak kunjung pudar pun menjadi awal perdebatan dan pertengkaran panas. “Hm... bagus, ya. Senyum-senyum terus,” ujar Yena, langsung memudarkan senyum di wajah putranya.“Dari mana kamu?” tanya Yena mendekati putranya yang sedang berbaring di sofa, ruang tamu.“Kenapa kamu gak izin dulu sebelum keluar? Dan harusnya kamu itu gak boleh keluar! Kamu harusnya belajar, untuk persiapan kamu masuk ke perguruan tinggi.” “Kenapa kamu malah jalan-jalan?! Kamu pikir ujian buat masuk ke perguruan tinggi itu enteng?”“Kamu itu harus lulus dengan nilai tertinggi! Karena mama gak mau terima, kalau kamu bukan yang nomor satu!”“Tapi sekarang kamu malah asyik jalan-jalan. Buang-buang waktu kamu buat belajar!” Yena terus saja memarahi putranya dan m
Baca selengkapnya

What Should I Do?

Hari di mana Andre melihat kebersamaan Yandi dan Reina benar-benar tak dapat terlupakan. Ada kesedihan dan kekecewaan yang terpancar jelas dari kedua bola mata Andre.  Ia sungguh tak percaya, jika Reina benar-benar tak menyadari keberadaannya. Dan kini ia merasa dirinya sedang ditampar oleh kenyataan. Flasback Hati remaja itu terasa begitu sakit. Air matanya pun mulai mendarat setetes demi setetes ke pipinya. “Reina, please... Reina...” Dengan suaranya yang serak, Andre memanggil gadis itu dengan penuh harap. Ia berharap jika gadis itu berpaling dan melihat ke arahnya sebentar saja, sebelum gadis itu meninggalkannya bersama Yandi.  “Kenapa? Kenapa, Reina?” Remaja itu masih tak percaya jika Reina benar-benar tak berpaling, dan terus berjalan meninggalkannya dengan bahagia bersama Yandi. “Kenapa lo tega, Reina?” Andre kini hanya bisa mematung seraya melihat Reina tersenyum bahagia bersama Yandi dari kejauhan.  Ia terus saja mematu
Baca selengkapnya

Hari Kelulusan

Hari ini adalah hari terakhir bagi para siswa kelas dua belas menjadi pelajar di tingkat menengah atas. Hari ini juga akan menjadi hari yang penuh kenangan, serta hari di mana hasil kerja keras para siswa selama tiga tahun pun berakhir. Tepat pada hari Senin, SMA Citra akan mengumumkan kelulusan para siswa kelas dua belas. SMA Citra akan mengumumkan hasil kerja keras mereka, tepat pada pukul sepuluh pagi. Namun, para siswa kelas dua belas telah memenuhi area sekolah sejak pukul delapan pagi. Para remaja yang akan segera melepas status siswa mereka, benar-benar menggunakan waktu singkat yang ada untuk mengukir sebanyak-banyaknya kenangan mereka sebagai pelajar SMA di hari kelulusan ini. Para remaja itu menggunakan berbagai macam cara, untuk mengukir kenangan baru di hari terakhir mereka. Setiap siswa-siswi kini membentuk kelompok mereka sendiri. Kelompok-kelompok itu hampir terlihat di setiap sudut sekolah. Meski hanya para guru dan siswa kelas dua belas yang
Baca selengkapnya

Impian

Kebahagiaan kini bertebaran di seluruh area sekolah. Air mata bahagia dan teriakan kegembiraan bertebaran dari segala arah. Usaha dan kerja keras para siswa selama tiga tahun kini telah usai. Hasil dari kerja keras mereka juga telah diumumkan. Meski masih ada beberapa siswa yang merasa tak cukup puas dengan hasil kerja keras mereka kali ini. Namun, para siswa itu semakin bertekad mengejar impian mereka setelah mendengarkan perkataan kepala sekolah. Di tengah kebahagiaan, tercampur rasa sedih di hati para siswa. Mau tak mau waktu perpisahan di antara mereka akan segera tiba. Namun perpisahan itu harus terjadi, demi impian mereka.Rela tak rela, mereka harus bisa merelakan masa indah putih abu-abu. Meski merasa sedih karena harus berpisah, tetapi mereka tak memiliki pilihan lain. Karena pada setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan, sekalipun perpisahan tak pernah diharapkan. Perpisahan memang menyedihkan, tetapi itu tak membuat para sis
Baca selengkapnya

Penuh Harap

Ada banyak momen yang dapat dilalui para siswa kelas dua belas, di akhir masa putih abu-abu. Tetapi, tak selamanya hari terakhir akan mengukir momen indah saja. Bisa saja terjadi hal yang tak terduga, dan menjadi momen yang tak ingin terukir menjadi kenangan. Di hari kelulusan ini, Andre benar-benar memisahkan dirinya dari Yandi dan teman-temannya. Ia hanya menghabiskan waktunya bersama Reina. Andre akan segera memisahkan dirinya dari Reina, jika gadis itu ikut berkumpul bersama Yandi, Rino, Doni, Andi, dan Agus. Ia akan memberikan berbagai alasan kepada gadis itu, dan segera meninggalkannya.Andre tak ingin lagi mengukir kenangan apa pun bersama teman-teman yang selalu berada di sisinya, selama tiga tahun terakhir. Hanya karena rasa cemburu, ia tak ingin lagi memiliki kenangan apa pun dengan mereka.                       *********************Di hari status siswa mereka dilepa
Baca selengkapnya

Luka Tanpa Darah

Kesunyian kini semakin berkepanjangan sejak Andre menyatakan perasaannya. Kecanggungan pun semakin terasa di antaranya dan Reina. Namun, Andre masih terus menanyakan perasaan gadis itu dengan penuh harapan. “Reina, kamu juga suka kan sama aku?” “Em... Andre, kita kan teman. Eh... dan aku... anggap kamu teman.” Meski terasa sangat berat, mau tak mau Reina harus berbicara jujur. Karena ia tak ingin melakukan kesalahan yang sama dengan membohongi orang lain.“A— aku sama kamu cuma teman. J— jadi... ah... aku gak punya perasaan yang kayak gitu.” Reina tahu betul jika perkataannya akan sangat menyakiti Andre. Namun, ia tak ingin membohongi temannya atau memberinya harapan.“Kamu... cuma anggap aku teman biasa? Gak ada spesialnya sama sekali?” Kekecewaan kini timbul di hati Andre. Ia merasa sangat sakit mendengar pernyataan Reina, yang jauh dari harapannya. “Eh... Andre, gini. Aku&mda
Baca selengkapnya

Takut

Yandi merasa sangat terkejut, dengan semua perkataan Andre. Perkataan Andre membuat ia terus saja bertanya-tanya apakah semua yang didengarnya hanya sebuah omong kosong belaka, atau memang Reina juga memiliki rasa yang sama dengan dirinya.Di sisi lain Yandi merasa terkejut dan juga senang, jika benar Reina memiliki rasa yang sama dengan dirinya. Namun, di sisi lain ia juga merasa bersalah dan juga sedih.“Yandi...” Rino menepuk pundak Yandi yang terus saja berdiam diri, semenjak Andre membisikkan sesuatu padanya.“Ha?” Yandi segera kembali memusatkan perhatiannya pada teman-temannya, setelah disadarkan Rino.“Ngapain ngelamun, Yandi? Emang si Andre ngomong apa ke lo?” tanya Rino penasaran.  “E— enggak, kok. Bukan apa-apa,” jawab Yandi berbohong.“Masa, sih?” tanya Andi sepenuhnya tak mempercayai perkataan temannya.“Pasti dia ngomong yang aneh-aneh, kan? Ma
Baca selengkapnya

Pertemuan Sia-Sia

Rasa takut Yandi semakin membesar. Ia terus saja membayangkan jika dirinya harus memilih di antara Reina dan Andre.  Bayang-bayang itu hampir saja meledakkan otak Yandi. Ia yang tak tahan dengan semua bayang-bayang itu, memilih untuk segera menyelesaikan masalahnya. “Ah... ngapain sih gue mikirin yang aneh-aneh? Mendingan lo sekarang temuin si Andre, terus selesain semuanya.”  “Kan beres kalau gitu. Daripada gue stress.” Yandi segera mengambil ponselnya yang sedang tergeletak di atas kasurnya. Ia segera mengirimkan pesan singkat pada Andre untuk bertemu di sebuah taman. Tetapi Andre membalas, jika dirinya sedang dalam perjalanan menuju kediaman Yandi. Sambil menunggu kedatangan Andre, Yandi segera mengganti seragamnya. Setelah berganti, ia pun segera menunggu Andre di teras depan sambil memainkan ponsel. Dan tak lupa Yandi pun mengabari Reina, tentang pertemuannya dan Andre. Yandi yang sama sekali tak mengetahui apa yang akan terjadi pada pe
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
16
DMCA.com Protection Status