Home / Romansa / Pernikahan Nona Smith / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Pernikahan Nona Smith: Chapter 151 - Chapter 160

186 Chapters

Bab 151_ Sisi Lain Sisil

Hendry benar-benar dikuasai amarah. Tampak nyata dari wajahnya. Kedua matanya memerah dengan tatapan lurus ke depan nyaris tanpa berkedip. Juga gesturnya yang mengepalkan tangan erat-erat. Membuat Sinta dan Sisil kompak menyunggingkan senyum."Sisil sekarang katakan pada Ayah, apa yang ingin disembunyikan kakakmu dari Ayah?" tanya Hendry setelah beberapa saat hanya diam."Sebenarnya kebohongan besar itu tidak hanya disembunyikan dari Ayah, tapi dari kita semua, termasuk Janu," jawab Sisil sambil meletakkan tangannya di atas tangan Hendry yang terkepal.Sisil menatap mata ayahnya. Ia juga membiarkan matanya bocor seolah ingin menunjukkan simpati dan kesedihan atas kabar buruk yang hendak ia katakan pada sang ayah."Ayah, Smith tidak hamil. Aku mendengar sendiri dari mulutnya bahwa ia tidak hamil.""Apa?" pekik Hendry kedua alis yang hampir menyatu.Ada perasaan aneh yang muncul dalam diri Hendry. Ia tidak mengerti, apakah ia harus merasa sena
last updateLast Updated : 2021-06-26
Read more

Bab 152_ Nasib Bibi Ipah

Bibi Ipah menekan bel dengan perasaan was-was. Ia tidak tahu siapa yang ada di dalam rumah. Juga tidak tahu siapa yang akan membuka pintu untuknya. Sedangkan ia merasa kata 'pulang' tidaklah cocok untuknya yang kembali ke rumah tempatnya bekerja. Walau bagaimanapun saat ini ia berdiri di depan pintu tempatnya mencari nafkah. Itu bukan tempat tinggal miliknya di mana ia bisa beristirahat semaunya tanpa rasa sungkan. Sedangkan ia dokter telah berpesan padanya untuk tidak melakukan pekerjaan dulu hingga rasa nyeri di punggungnya benar-benar hilang.Dalam pikiran perempuan tua itu orang-orang yang mungkin ada di dalam rumah itu bukanlah orang yang menganggapnya sebagai keluarga, melainkan hanya sebagai pembantu. Bibi Ipah sadar bahwa bagi majikannya, kesehatannya tidak menjadi hal berharga yang harus dijaga. Yang terpenting adalah ia harus menyelesaikan pekerjaan rumah. Majikan yang selama ini sangat peduli pada kesehatannya sedang ke luar semua. Keduanya bahkan mung
last updateLast Updated : 2021-06-27
Read more

Bab 153_ Nasib Bibi Ipah II

Sinta berdiri dengan semangat. Ia berjalan cepat menuju kamar Bibi Ipah. Perempuan itu bahkan ingin melompat kegirangan karena rencana yang disampaikan sang suami padanya sungguh sangat jenius. Tidak pernah terpikirkan olehnya. Sekali dayung, dua, tiga pulau terlampaui.Tok ... tok ... tok ....Sinta mengetuk pintu kamar Bibi Ipah. Membuat Bibi Ipah yang baru saja duduk, harus kembali berdiri setelah sedikit terjingkat.Bibi Ipah tidak boleh lelet karena orang yang mengetuk pintu kamarnya sudah berkoar-koar memanggil namanya. Bibi Ipah hafal benar dengan suara itu. Pemiliknya adalah orang yang hobi berteriak-teriak padanya. Nyonya Sinta Sasongko!"Iya, Nyonya," kata Bibi Ipah sesudah membuka pintu."Aduh ... Bi Ipah! Kenapa lama sekali? Membuka pintu kamar saja selama ini. Pantas, kamu sering membuatku sampai tidur di depan pintu rumah karena terlalu lama menunggu," semprot Sinta yang tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk memarahi Bibi Ipah. Bi
last updateLast Updated : 2021-06-28
Read more

Bab 154_ Pergi Tanpa Pamit

"Bibi Ipah tidak usah cemas. Saya tetap akan mengirimkan uang ke rekening Bibi setiap bulan. Jadi Bibi tidak perlu memikirkan keuangan lagi. Bibi bisa menikmati masa tua Bibi dengan tenang di panti bersama orang tua lainnya tanpa harus mengerjakan tugas rumah. Setelah ini Pak Jono akan mengantar Bibi. Maafkan saya karena tidak bisa ikut. Ada urusan pekerjaan yang harus saya selesaikan," jelas Hendry tanpa basa-basi.Bibi Ipah menggeser pandangannya pada Pak Jono yang sejak ia turun ke lantai bawah, telah berdiri di belakang Hendry. Membuat Pak Jono tidak tega untuk menuruti permintaan Hendry. Pak Jono tahu benar kalau Bibi Ipah tidak ingin pergi dari rumah itu. Bibi Ipah ingin tetap di sana bersama sang nona muda.Pak Jono adalah satu-satunya orang yang menjadi saksi kedekatan hubungan antara Bibi Ipah dan Smith. Ia paham benar bahwa keduanya saling menyayangi. Pak Jono yakin jika saat ini hati Bibi Ipah pasti hancur, batinnya tidak bisa menerima keputusan Tuan Hendry.
last updateLast Updated : 2021-06-28
Read more

Bab 155_ Klakson Si*lan!

Perkuliahan telah selesai. Janu dan Smith pun ingin langsung pulang saja karena mencemaskan keadaan Bibi Ipah."Ayo Janu, kemudikan mobilnya cepat. Entah mengapa dari tadi firasatku tidak enak. Aku takut terjadi sesuatu pada Bibi Ipah. Kau tahu sendiri Tante Sinta seperti apa. Bagaimana kalau perempuan sint*ng itu menyuruh Bibi Ipah untuk melakukan ini dan itu. Haaah, aku melakukan kesalahan besar dengan membiarkan Bibi Ipah sendirian bersama perempuan sint*ng itu," gerutu Smith tanpa henti. Sejak tadi perasaannya sangat tidak enak. Tidak bisa berhenti memikirkan Bibi Ipah."Smith, kau sangat menyayangi Bibi Ipah ya?"  tanya Janu yang telah memegang setir, tapi belum juga menyalakan mesin."Janu, aku mohon, tahan kesint*nganmu. Jangan kumat dulu. Kita harus segera pulang dan memastikan apakah Bibi Ipah baik-baik saja atau tidak. Mengerti?" kata Smith mengacungkan telunjuknya. Ia kadang tidak habis pikir pada suaminya yang kerap menanyakan hal-hal aneh di sa
last updateLast Updated : 2021-06-28
Read more

Bab 156_ Mencari Bibi Ipah

Saat mobil yang dikemudikan Janu telah sampai di halaman rumah mewah Hendry Sasongko, Smith lekas-lekas membuka pintu mobil dan melompat ke luar. Ia harus bergegas melihat Bibi Ipah supaya hatinya menjadi tenang. Smith sungguh berharap firasat buruk yang sedari tadi berkutat di pikirannya hanya karena ia terlalu berlebihan memikirkan Bibi Ipah, dan semoga saja tidak terjadi.Smith bisa masuk dengan mudah karena pintu terbuka lebar. Sebenarnya hal itu sedikit aneh, tidak biasanya pintu rumah itu dibiarkan terbuka. Kecuali jika memang ada acara tertentu yang mengundang orang luar untuk datang atau mungkin ada tamu yang sedang ditunggu kedatangannya. Tapi siapa?"Di mana Bibi Ipah?" gumam Smith yang melihat ke kanan dan ke kiri sambil terus melangkah. Tempat pertama yang ingin ia tuju adalah kamar Bibi Ipah, tapi untuk itu ia akan memastikan dulu apakah Bibi Ipah ada di luar kamar atau tidak, apakah orang-orang menyuruh Bibi Ipah untuk bekerja atau tidak."Smith, t
last updateLast Updated : 2021-06-28
Read more

Bab 157_ Tamparan Keras

Janu berlari cepat mengejar istrinya. Ia harus mencegah Smith menemui Hendry dalam keadaan emosi meledak. Kalau tidak, perang dunia benar-benar akan terjadi."Smith," kata Janu sambil memegang tangan Smith dan menahannya. Sudah barang tentu kalau Smith akan memberontak dan berusaha keras untuk melepaskan genggaman tangan suaminya. Tapi Janu tidak akan melepaskan tangan yang susah payah ia tangkap."Smith, tenanglah. Apa gunanya marah seperti ini? Kau hanya akan memperburuk suasana. Dengarkan aku, kau masih ingat dengan yang aku katakan padamu tadi, tentang niatan Ayah yang ingin membelikan Bibi Ipah rumah kan? Mungkin saja Bibi Ipah ada di rumah barunya sekarang," ujar Janu tanpa jeda.Smith berhenti memberontak. Apa yang dikatakan suaminya ada benarnya. Ia kemudian menghembuskan napas berat. Mungkin ia memang sudah sangat berlebihan dalam berprasangka buruk pada keluarganya sendiri.Prok ... prok ... prok ....Sinta berjalan menuju tangga sambil b
last updateLast Updated : 2021-06-29
Read more

Bab 158_ Permintaan Bercerai

Melihat wajah Smith yang justru tampak sedang menantang dirinya, amarah Hendry kian meroket. Dadanya benar-benar seperti dipenuhi timah panas yang membuatnya tidak tahan lagi.Plakkk!Minem refleks menutup mata dan mulutnya saat melihat majikan barunya mengulangi perbuatannya, menampar pipi putrinya sendiri. Leher Minem seperti tercekik hingga membuat darah tidak mengalir sempurna ke otaknya. Yang ada di dalam pikiran Minem sekarang adalah ia harus segera mengundurkan diri dari rumah itu setelah pertikaian yang ia saksikan itu selesai. Pikir Minem, kalau dengan putrinya sendiri saja Tuan Hendry begitu tega menghajarnya tanpa ampun, apalagi kepada pembantunya. Bagaimana jika nanti ia melakukan sebuah kesalahan yang tidak termaafkan? "Aku bisa mati di sini!" kata Minem dalam hati.Hal sebaliknya ditunjukkan Sinta dan Sisil. Keduanya kompak membuka mata lebar-lebar seolah ingin melihat dengan jelas kejadian langka itu. Mulut mereka juga menganga hingga
last updateLast Updated : 2021-06-29
Read more

Bab 159_ Serangan Sint*ing Akut!

Smith tersenyum kecut, juga tertawa mengejek. Ia tidak habis pikir bagaimana bisa ayahnya bisa termakan oleh omongan Sinta dan Sisil dengan begitu mudah? Ayah macam apa yang meminta menantunya menceraikan anaknya sendiri untuk dinikahkan dengan anaknya yang lain? Meskipun mungkin sikapnya pada Janu tidak selayaknya istri pada suaminya, bukan berarti ia ingin berpisah dengan lelaki itu. Gila! Smith tidak mengira jika ayahnya terkena serangan sint*ng akut!Namun, Smith tidak peduli. Bukankah ayahnya memang sudah hilang akal sejak dulu? Jika beberapa waktu lalu sang ayah menunjukkan sedikit perbaikan, bukan berarti sudah sembuh kan? Apa anehnya jika sekarang ayahnya kembali menjadi orang yang tidak waras? Smith sungguh-sungguh tertawa kali ini."Smith, apa kau baik-baik saja?" tanya Janu mengkhawatirkan istrinya. Janu paham benar kalau Smith sekarang pasti sedang sangat terguncang batinnya. Akan lebih menenangkan jika Smith menangis saja ketimbang tertawa seperti sekarang
last updateLast Updated : 2021-06-30
Read more

Bab 160_ Tangisan Suami

Ucapan Hendry itu membuat hati Smith dan Janu seperti dihantam palu besi. Bukankah sang ayah telah memberikan rumah itu pada Smith? Lalu mengapa kini mereka malah diusir.Namun bukan itu yang membuat hati Smith cekit-cekit. Bagi Smith, tidak masalah jika ia tidak mendapatkan rumah itu dan harus tinggal di tempat lain. Smith hanya tidak habis pikir atas pikiran sempit ayahnya. Bagaimana mungkin ayahnya bertindak dan mengambil keputusan sebelum mendengarkan cerita darinya, hanya mendengar cerita versi Sisil saja. Hal tersebut cukup untuk menunjukkan seberapa besar kepercayaan dan rasa sayang sang ayah padanya."Tidak apa, Smith. Ini bukan rumah yang baik untuk tinggal. Aku akan memberikan kehidupan yang lebih manusiawi padamu," tukas Janu yang mengajak Smith untuk melangkahkan kembali kakinya menuju kamar. Meninggalkan sang ayah yang masih berdiri dengan tatapan tajam pada putri dan menantunya. Janu khawatir jika ia tidak lekas beranjak dari tempat itu, amarahnya akan se
last updateLast Updated : 2021-06-30
Read more
PREV
1
...
141516171819
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status