Beranda / Romansa / Pernikahan Nona Smith / Bab 154_ Pergi Tanpa Pamit

Share

Bab 154_ Pergi Tanpa Pamit

Penulis: Khoirul N.
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-28 07:49:10

"Bibi Ipah tidak usah cemas. Saya tetap akan mengirimkan uang ke rekening Bibi setiap bulan. Jadi Bibi tidak perlu memikirkan keuangan lagi. Bibi bisa menikmati masa tua Bibi dengan tenang di panti bersama orang tua lainnya tanpa harus mengerjakan tugas rumah. Setelah ini Pak Jono akan mengantar Bibi. Maafkan saya karena tidak bisa ikut. Ada urusan pekerjaan yang harus saya selesaikan," jelas Hendry tanpa basa-basi.

Bibi Ipah menggeser pandangannya pada Pak Jono yang sejak ia turun ke lantai bawah, telah berdiri di belakang Hendry. Membuat Pak Jono tidak tega untuk menuruti permintaan Hendry. Pak Jono tahu benar kalau Bibi Ipah tidak ingin pergi dari rumah itu. Bibi Ipah ingin tetap di sana bersama sang nona muda.

Pak Jono adalah satu-satunya orang yang menjadi saksi kedekatan hubungan antara Bibi Ipah dan Smith. Ia paham benar bahwa keduanya saling menyayangi. Pak Jono yakin jika saat ini hati Bibi Ipah pasti hancur, batinnya tidak bisa menerima keputusan Tuan Hendry.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 155_ Klakson Si*lan!

    Perkuliahan telah selesai. Janu dan Smith pun ingin langsung pulang saja karena mencemaskan keadaan Bibi Ipah."Ayo Janu, kemudikan mobilnya cepat. Entah mengapa dari tadi firasatku tidak enak. Aku takut terjadi sesuatu pada Bibi Ipah. Kau tahu sendiri Tante Sinta seperti apa. Bagaimana kalau perempuan sint*ng itu menyuruh Bibi Ipah untuk melakukan ini dan itu. Haaah, aku melakukan kesalahan besar dengan membiarkan Bibi Ipah sendirian bersama perempuan sint*ng itu," gerutu Smith tanpa henti. Sejak tadi perasaannya sangat tidak enak. Tidak bisa berhenti memikirkan Bibi Ipah."Smith, kau sangat menyayangi Bibi Ipah ya?" tanya Janu yang telah memegang setir, tapi belum juga menyalakan mesin."Janu, aku mohon, tahan kesint*nganmu. Jangan kumat dulu. Kita harus segera pulang dan memastikan apakah Bibi Ipah baik-baik saja atau tidak. Mengerti?" kata Smith mengacungkan telunjuknya. Ia kadang tidak habis pikir pada suaminya yang kerap menanyakan hal-hal aneh di sa

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-28
  • Pernikahan Nona Smith   Bab 156_ Mencari Bibi Ipah

    Saat mobil yang dikemudikan Janu telah sampai di halaman rumah mewah Hendry Sasongko, Smith lekas-lekas membuka pintu mobil dan melompat ke luar. Ia harus bergegas melihat Bibi Ipah supaya hatinya menjadi tenang. Smith sungguh berharap firasat buruk yang sedari tadi berkutat di pikirannya hanya karena ia terlalu berlebihan memikirkan Bibi Ipah, dan semoga saja tidak terjadi.Smith bisa masuk dengan mudah karena pintu terbuka lebar. Sebenarnya hal itu sedikit aneh, tidak biasanya pintu rumah itu dibiarkan terbuka. Kecuali jika memang ada acara tertentu yang mengundang orang luar untuk datang atau mungkin ada tamu yang sedang ditunggu kedatangannya. Tapi siapa?"Di mana Bibi Ipah?" gumam Smith yang melihat ke kanan dan ke kiri sambil terus melangkah. Tempat pertama yang ingin ia tuju adalah kamar Bibi Ipah, tapi untuk itu ia akan memastikan dulu apakah Bibi Ipah ada di luar kamar atau tidak, apakah orang-orang menyuruh Bibi Ipah untuk bekerja atau tidak."Smith, t

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-28
  • Pernikahan Nona Smith   Bab 157_ Tamparan Keras

    Janu berlari cepat mengejar istrinya. Ia harus mencegah Smith menemui Hendry dalam keadaan emosi meledak. Kalau tidak, perang dunia benar-benar akan terjadi."Smith," kata Janu sambil memegang tangan Smith dan menahannya. Sudah barang tentu kalau Smith akan memberontak dan berusaha keras untuk melepaskan genggaman tangan suaminya. Tapi Janu tidak akan melepaskan tangan yang susah payah ia tangkap."Smith, tenanglah. Apa gunanya marah seperti ini? Kau hanya akan memperburuk suasana. Dengarkan aku, kau masih ingat dengan yang aku katakan padamu tadi, tentang niatan Ayah yang ingin membelikan Bibi Ipah rumah kan? Mungkin saja Bibi Ipah ada di rumah barunya sekarang," ujar Janu tanpa jeda.Smith berhenti memberontak. Apa yang dikatakan suaminya ada benarnya. Ia kemudian menghembuskan napas berat. Mungkin ia memang sudah sangat berlebihan dalam berprasangka buruk pada keluarganya sendiri.Prok ... prok ... prok ....Sinta berjalan menuju tangga sambil b

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-29
  • Pernikahan Nona Smith   Bab 158_ Permintaan Bercerai

    Melihat wajah Smith yang justru tampak sedang menantang dirinya, amarah Hendry kian meroket. Dadanya benar-benar seperti dipenuhi timah panas yang membuatnya tidak tahan lagi.Plakkk!Minem refleks menutup mata dan mulutnya saat melihat majikan barunya mengulangi perbuatannya, menampar pipi putrinya sendiri. Leher Minem seperti tercekik hingga membuat darah tidak mengalir sempurna ke otaknya.Yang ada di dalam pikiran Minem sekarang adalah ia harus segera mengundurkan diri dari rumah itu setelah pertikaian yang ia saksikan itu selesai. Pikir Minem, kalau dengan putrinya sendiri saja Tuan Hendry begitu tega menghajarnya tanpa ampun, apalagi kepada pembantunya. Bagaimana jika nanti ia melakukan sebuah kesalahan yang tidak termaafkan? "Aku bisa mati di sini!" kata Minem dalam hati.Hal sebaliknya ditunjukkan Sinta dan Sisil. Keduanya kompak membuka mata lebar-lebar seolah ingin melihat dengan jelas kejadian langka itu. Mulut mereka juga menganga hingga

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-29
  • Pernikahan Nona Smith   Bab 159_ Serangan Sint*ing Akut!

    Smith tersenyum kecut, juga tertawa mengejek. Ia tidak habis pikir bagaimana bisa ayahnya bisa termakan oleh omongan Sinta dan Sisil dengan begitu mudah? Ayah macam apa yang meminta menantunya menceraikan anaknya sendiri untuk dinikahkan dengan anaknya yang lain? Meskipun mungkin sikapnya pada Janu tidak selayaknya istri pada suaminya, bukan berarti ia ingin berpisah dengan lelaki itu. Gila! Smith tidak mengira jika ayahnya terkena serangan sint*ng akut!Namun, Smith tidak peduli. Bukankah ayahnya memang sudah hilang akal sejak dulu? Jika beberapa waktu lalu sang ayah menunjukkan sedikit perbaikan, bukan berarti sudah sembuh kan? Apa anehnya jika sekarang ayahnya kembali menjadi orang yang tidak waras? Smith sungguh-sungguh tertawa kali ini."Smith, apa kau baik-baik saja?" tanya Janu mengkhawatirkan istrinya. Janu paham benar kalau Smith sekarang pasti sedang sangat terguncang batinnya. Akan lebih menenangkan jika Smith menangis saja ketimbang tertawa seperti sekarang

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-30
  • Pernikahan Nona Smith   Bab 160_ Tangisan Suami

    Ucapan Hendry itu membuat hati Smith dan Janu seperti dihantam palu besi. Bukankah sang ayah telah memberikan rumah itu pada Smith? Lalu mengapa kini mereka malah diusir.Namun bukan itu yang membuat hati Smith cekit-cekit. Bagi Smith, tidak masalah jika ia tidak mendapatkan rumah itu dan harus tinggal di tempat lain. Smith hanya tidak habis pikir atas pikiran sempit ayahnya. Bagaimana mungkin ayahnya bertindak dan mengambil keputusan sebelum mendengarkan cerita darinya, hanya mendengar cerita versi Sisil saja. Hal tersebut cukup untuk menunjukkan seberapa besar kepercayaan dan rasa sayang sang ayah padanya."Tidak apa, Smith. Ini bukan rumah yang baik untuk tinggal. Aku akan memberikan kehidupan yang lebih manusiawi padamu," tukas Janu yang mengajak Smith untuk melangkahkan kembali kakinya menuju kamar. Meninggalkan sang ayah yang masih berdiri dengan tatapan tajam pada putri dan menantunya. Janu khawatir jika ia tidak lekas beranjak dari tempat itu, amarahnya akan se

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-30
  • Pernikahan Nona Smith   Bab 161_ Keraguan Sisil

    Sisil jelas diliputi kegalauan. Ia yang masih mencoba menjadi orang jahat, menjadi ragu saat perbuatan jahatnya ternyata tidak juga mampu membuat dirinya mendapatkan apa yang ia inginkan. Lebih daripada itu, sejak berusaha untuk menjatuhkan Smith, ada perasaan tertentu yang membuatnya menjadi tidak tenang. Itu bukan perasaan takut, melainkan perasaan entah yang membuat Sisil menjadi gelisah.Lantas dalam benak yang berkecamuk, terlintas juga banyangan sang ayah yang tadi menampar keras Smith. Sisi baik dari dirinya mulai menyembul. Yang kemudian mendatangkan banyak pertanyaan yang ia ajukan pada dirinya sendiri."Apa aku sudah sangat jahat karena membuat Ayah memukuli Smith? Padahal Smith adalah anak kandung Ayah. Sedangkan aku hanya anak tiri. Smith sudah berbaik hati membiarkan ayahnya untuk menjadi ayahku juga. Tapi apa yang sudah aku lakukan? Aku malah membuat Ayah benci pada Smith," batin Sisil."Aku telah memfitnah Smith. Smith menamparku karena aku yang l

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01
  • Pernikahan Nona Smith   Bab 162_ Pamit

    Sinta yang sudah tidak sabar ingin melihat Smith ke luar dari rumah itu, lantas mengajak Sisil untuk ke luar kamar guna melihat keadaan. Jika ternyata Smith masih leyeh-leyeh di kamarnya, Sinta akan mendobrak pintu kamar Smith dan menyeretnya ke luar bersama suaminya yang tidak berguna."Ayo Sisil, cepat! Kita tidak boleh ketinggalan momen paling membahagiakan ini. Mama sudah tidak sabar ingin menikmati wajah Smith yang menyedihkan," kata Sinta yang kembali menarik tangan putrinya agar bergegas ke luar.Saat mereka telah berada di luar kamar, Sinta mempercepat langkahnya menuju pagar besi pembatas lantai untuk memastikan Smith dan Janu telah ke bawah atau masih di kamar."Wah, itu mereka. Baguslah kalau mereka sudah mau pergi. Sisil ayo kita ke bawah juga. Percepat langkahmu, jangan sampai ketinggalan. Kau ingin melihat wajah Janu untuk terakhir kali kan? Eh maksud Mama sebelum dia pergi dari sini, tentu kau ingin melihatnya kan?" ucap Sinta sambil terus berjala

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01

Bab terbaru

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 186_ Suka dalam Duka

    Janu menelan ludah setelah mengetahui yang sebenarnya terjadi. Ia menghembuskan napas panjang, menyayangkan kecelakaan yang sampai menewaskan Sinta."Janu, Ayah minta maaf. Kau benar, Ayah sudah melakukan kesalahan besar. Kini semua telah terungkap. Sinta sudah menunjukkan siapa dia sebenarnya.""Tidak, Ayah sudah keliru jika meminta maaf padaku. Ayah tidak punya salah padaku," kata Janu memasang senyum lebar. Sama sekali tidak menunjukkan adanya kemarahan apalagi dendam."Tapi Ayah sudah mengusirmu dari rumah.""Tidak Ayah. Sejak awal itu bukan rumahku. Tapi sejak kecil, Smith telah tinggal dan tumbuh besar di sana. Ada banyak kenangan manis di rumah itu. Jadi, akan lebih tepat jika Ayah meminta maaf pada Smith.""Benar, itu semua benar. Ayah tahu kesalahan Ayah pada Smith tidak akan termaafkan.""Tidak Ayah. Smith sudah berjanji untuk memaafkan Ayah."Janu pun ke luar untuk memanggil Smith. Sesaat kemudian Janu kembali dengan mengga

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 185_ Kecelakaan Maut

    Bruaaakkk!"Mama!" jerit Sisil saat melihat mobil yang ditumpangi Sinta bertabrakan dengan mobil lain.Sontak saja jalanan sekitar menjadi sangat ramai. Orang-orang mulai berkerumun untuk melihat lebih dekat kecelakaan itu.Sementara itu, Smith masih berada dalam dekapan Janu. Peristiwa kecelakaan itu berada tepat di belakang mereka. Suara dua mobil yang bertubrukan itu terdengar begitu keras di telinga mereka. Kerasnya tabrakan yang terjadi bahkan sampai membuat salah satu mobil terbalik.Sisil langsung menghentikan mobilnya begitu saja, tanpa menepi dulu. Ia ke luar dengan berlinang air mata. Berlari mendekat untuk melihat keadaan mamanya."Mama ...!" jerit Sisil lebih lantang melihat mamanya mengeluarkan banyak darah dari kepala dan telinga.Smith dan Janu langsung menoleh. Mereka mengenal dengan baik suara perempuan yang berteriak itu. Smith dan Janu langsung terbelalak karena mengenal mobil yang terlibat kecelakaan lalu lint

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 184_ Permintaan Janu

    Mendadak Smith dan Janu menjadi buronan banyak orang. Anak buah Hendry dan orang-orang Sinta sedang berusaha keras melacak keberadaan pasangan muda itu. Sedangkan Sisil, diam-diam mengikuti mamanya.Baik Hendry maupun Sinta sama-sama sibuk menghubungi nomor ponsel Smith, tapi jelas tidak tersambung karena ponsel Smith ikut terbakar. Mereka lantas menghubungi Janu, tapi tidak bisa juga. Ponsel Janu terjatuh ketika lelaki itu pingsan."Bangs*t! Lihat saja, kalau aku sampai menemukan kalian, aku pastikan kalian mamp*s!" umpat Sinta sambil mengendarai mobilnya. Sesekali ia menagih informasi hasil dari pencarian anak buahnya.***"Apa kau yakin kau tidak apa-apa?" tanya Smith melihat suaminya yang masih tampak pucat."Aku baik-baik saja. Selama kau bersamaku, aku akan selalu baik," jawab Janu sambil memegang tangan istrinya. Ia juga menyunggingkan senyum yang membuat hati Smith leleh hingga tanpa sadar pipinya memerah.Di dalam angkot itu hanya a

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 183_ Buku Doa

    Dengan dada hampir meledak, Hendry membuka pintu rumahnya. Tidak cukup sampai di situ, Hendry juga berteriak-teriak memanggil sang istri.Pak Jono yang melihat hal itu, menjadi sangat takut. Ia tahu majikannya sedang sangat murka setelah mendengarkan pengakuannya.Sejujurnya Pak Jono terhitung nekat. Sinta telah melarangnya untuk mengatakan pada siapa pun bahwa majikannya itu telah pergi ke lingkungan kost Smith. Tapi Pak Jono tidak bisa menyembunyikan apa yang ia ketahui. Tuan Hendry harus tahu semuanya, begitulah pikir Pak Jono."Ada apa, Ayah?" kata Sisil yang baru saja membuka kulkas di dapur untuk mengambil air dingin. Ia Langsung berlari menghampiri sang ayah yang terdengar murka menyebut nama mamanya."Di mana mamamu?" bentak Hendry dengan urat leher yang mencuat.Sisil menelan ludah. Ia tidak mengerti mengapa ayahnya sampai membentak dirinya. Sisil merasa tidak melakukan suatu kesalahan apa pun."Mama ... Mama sedang ke luar, Ayah,"

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 182_ Hati Ayah

    Sudah barang tentu kalau wajah Hendry tidak bisa menyembunyikan kecemasan yang luar biasa besar melihat lingkungan kost tempat Smith dan Janu tinggal telah hangus terbakar. Bahkan hingga kini api masih diusahakan untuk dipadamkan.Tanpa pikir panjang, Hendry langsung ke luar dari dalam mobilnya. Ia pun berlari mendekat, bertanya pada siapa saja yang ia temui terkait keberadaan putri dan menantunya. Tapi tentu saja semua yang ia tanyai menggeleng. Tidak ada satu pun yang mengenal orang bernama Smith dan Janu. Mereka bahkan tidak tahu siapa lelaki berkemeja hitam yang bertanya pada mereka.Benar, meski Hendry Sasongko adalah pengusaha sukses yang sering muncul dalam koran bisnis ataupun berita-berita di internet, bahkan televisi, kenyataannya sosoknya tidak menjadi penting dan berharga bagi orang-orang pinggiran di sana.Bagi mereka hidup adalah perjuangan tiada akhir. Tidak berjuang artinya tidak akan makan, sama dengan menggali lubang sendiri. Hal-hal terk

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 181_ Ciuman Cinta

    Janu melepas sendiri selang oksigen yang terpasang. Ia merasa kurang leluasa untuk berbicara. Tentu saja hal itu membuat Smith menanyakan kondisinya. Smith tampak sangat gusar melihat Janu yang masih pucat dan lemah."Tidak apa. Aku baik-baik saja. Melihatmu ada di hadapanku seperti ini membuatku langsung sembuh. Katakan padaku apa kau terluka? Apa ada tubuhmu yang terkena api?" kata Janu yang merasa seperti satu tahun tidak bertemu dengan istrinya."Sebagai orang yang baru sadar, kau terlalu banyak bicara," tukas Smith dengan wajah kesal, tapi hatinya sangat senang dan lega."Maafkan aku. Aku tidak bisa menahan diri. Selalu ingin berbicara saat bersamamu. Sekarang jawablah, apa kau terluka?""Tidak, aku baik-baik saja. Katakan padaku bagaimana dengan napasmu? Apa masih terasa sesak?" tanya Smith dengan jantung yang nyaris melompat ke luar."Tidak," jawab Janu yang kemudian menghela napas panjang untuk memastikan napasnya memang telah normal.

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 180_ Akhirnya Cinta

    Smith terbatuk-batuk. Tidak dipungkiri kepulan asap membuat dadanya menjadi sangat sesak. Juga penglihatan yang menjadi sangat terbatas. Ia berkedip beberapa kali karena asap itu juga membuat matanya perih.Janu masih mengira bahwa Smith yang alergi debu menjadi sangat tersiksa karena asap yang memenuhi bilik kost mereka. Ia lekas-lekas mengambil dua pakaian dari dalam lemari dan mencelupkannya ke dalam bak air. Dengan sigap Janu menutupkan baju itu ke hidung istrinya.Dari luar, suara teriakan Pak Herman memberi peringatan pada Smith dan Janu yang masih terperangkap api. Pak Herman menjadi sangat was-was melihat dua sandal yang ada di depan pintu kost nomor empat. Asal tahu saja, bagian depan bilik, termasuk atap dan pintu telah dipenuhi api. Tidak ada jalan bagi Smith dan Janu untuk ke luar."Smith jangan biarkan kain ini lepas dari mulutmu. Aku akan mengambil selimut," kata Janu setengah berteriak. Ia bersicepat menarik selimut putih yang ada di atas ranjang.

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 179_ Membakar Sampah

    Pagi-pagi sekali Sinta telah rapi. Ia mengendap diam-diam ke luar dari kamar, tidak ingin diketahui oleh Hendry. Sinta akan melakukan pekerjaan besar hari ini. Sebuah pekerjaan yang akan sangat menyenangkan jika sampai berhasil dilakukan.Dengan cepat Sinta berjalan menuju lantai dasar. Ia bahkan membuka pintu rumah dengan hati-hati agar tidak ada orang rumah yang mendengar.Sinta tersenyum lebar saat melihat Pak Jono sedang mengelap mobil. Ia pun bergegas menghampiri Pak Jono."Pak, cepat antarkan aku!" perintah Sinta tanpa basa-basi. Semakin cepat ia pergi, akan semakin baik."Ke mana Nyonya?" tanya Pak Jono keheranan. Biasanya majikannya itu lebih memilih untuk ke luar dengan mengemudikan mobil sendiri. Selain itu, hari masih terlalu pagi untuk Nyonya Sinta bangun.Satu-satunya alasan Sinta memilih untuk ke luar diantar Pak Jono adalah lantaran ia tidak tahu pasti lokasi yang dituju sebab belum pernah ke sana. Meski Sinta mengantungi alamatnya,

  • Pernikahan Nona Smith   Bab 178_ Malaikat Maut Smith

    Pak Jono menghembuskan napas panjang, bingung dengan tujuan dari sang majikan yang memintanya mengantar ke satu tempat dan berpindah ke tempat lain, tanpa tahu apa yang ingin dilakukan.Pak Jono mengamati ekspresi wajah sang majikan yang tampak tetap berkerut dahinya. Ia juga bisa melihat gurat kecemasan yang membuat sang majikan menatap ke arah jendela mobil, memandang entah."Tuan ... " panggil Pak Jono akhirnya setelah tidak mampu lagi menahan rasa ingin tahunya."Ada apa Pak Jono?" sahut Hendry masih dengan kening mengernyit."Apa ... tadi Tuan ingin menemui Bibi Ipah?""Ya," jawab Hendry cepat dan singkat. Seolah sebagai tanda tidak boleh ada dialog lagi sesudahnya.Entah mengapa jawaban Hendry itu membuat Pak Jono menelan ludah. Sejujurnya Pak Jono ingin bertanya lebih lanjut menyoal tujuan majikannya itu menemui Bibi Ipah padahal hari sudah larut dan semestinya majikannya itu tahu kalau panti tentu sudah tutup.Pak Jono j

DMCA.com Protection Status