Home / Fantasi / REINKARNASI / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of REINKARNASI: Chapter 81 - Chapter 90

126 Chapters

PESAN MPU BADINGGA

     "Semedimu tidak perlu dilanjutkan lagi Supa. Semua yang dikatakan iblis itu memang akan terjadi enam ratus tahun yang akan datang. Tetapi, kau tidak perlu cemas. Kalian kelak akan dipertemukan dalam kondisi yang berbeda. Dan senjata pamungkas itu akan muncul dengan sendirinya kepada Raden Kamandraka dalam raga yang berbeda."    Mpu Supa Mandrageni membuka matanya dan memberi hormat kepada lelaki di hadapannya."Salam hormat murid, Guru," ujarnya."Kau bisa melanjutkan kehidupanmu seperti biasa. Pada saatnya kelak, kau akan bertemu dengan jiwa yang akan membuka tabir di masa yang akan datang. Jiwa itu menunggumu dan kau akan segera bertemu jika kau melihat tongkat milikku ini muncul.""Apakah yang Guru maksud adalah reinkarnasi?" tanya mpu Supa. Mpu Badingga menganggukkan kepalanya."Ya, enam ratus tahun yang akan datang, kalian akan bertemu dengan keadaan yang berbeda. Tetapi, korban akan tetap jatuh. Kau hanya bisa m
Read more

KEGIATAN SEBELUM MAKAN MALAM

     "Apa yang Mas lihat?" tanya Gendis saat Buana menghentikan langkahnya."Tongkat itu,"jawabnya sambil menunjuk ke arah tongkat yang dipajang di sudut ruangan."Ah, sepertinya aku juga baru melihat tongkat itu. Tapi, kenapa sepertinya terbelah,ya?" jawab Gendis.     Buana menghela napas panjang. "Sudahlah, jangan meributkan masalah tongkat. Ayo kita ke kamar," tukasnya sambil menggandeng Gendis.    Keduanya pun membaringkan diri di atas ranjang. Buana dengan penuh cinta membelai perut Gendis yang masih rata."Kenapa kau tidak mengatakan lebih awal dan mengajakku untuk memeriksakan ke dokter kandungan?" tanya Buana. Gendis hanya tersenyum manis."Aku memang sengaja. Waktu itu aku memang sudah bingung karena tidak biasanya aku terlambat datang bulan. Tapi, aku takut jika hasilnya negatif kau akan kecewa, Mas. Itulah sebabnya aku diam-diam ke dokter. Dan ternyata hasilnya positif," jawab
Read more

MITOS BAYI PEREMPUAN

Ketika mandi Buana tidak hanya memikirkan kandungan Gendis saja, namun perihal tongkat itu masih saja memenuhi kepalanya. Barang itu seperti tidak asing, dan memang semacam ada kharisma tersendiri sehingga sedari tadi Buana memikirkannya.Air dingin lekas diguyur ke seluruh bagian tubuhnya, membuat pikiran Buana kembali segar kembali.“Ah, aku akan menanyakan perihal tongkat itu kepada ayah Gendis saja nanti,” ucap Buana yang sekarang sudah selesai membersihkan badan.Di kamar, Gendis sedang berkaca sambil mengelus-ngelus perutnya yang masih tampak datar. Perempuan itu tersenyum-senyum sendiri mengingat dirinya sekarang sedang berbadan dua, dan entah kenapa rasanya dia ingin bersolek.Seketika Gendis mengambil peralatan make-up dan memoles bedak secara merata ke bagian wajah. Bahkan dia memakai gincu merah yang cukup tebal di bagian bibirnya tersebut.Buana yang baru tiba di kamar agaknya heran dengan tingkah laku istrinya. Pasalnya Gen
Read more

LUKISAN SILSILAH

Selesai bergumul dan mendapat kepuasan masing-masing, Buana dan Gendis lekas berganti baju. Mereka tidak enak lantaran sudah ditunggu orangtua di meja makan.Gendis merapikan kembali riasannya dan mengikat rambutnya. Sedangkan Buana lebih memilih mengenakan baju yang santai saja.Tiba di meja makan, mereka langsung disambut oleh Maharani. “Ya ampun lama sekali  kalian ini. Mama kira kalian ketiduran.”“Enggak, Ma, kita tadi cuma tiduran sebentar,” jawab Buana seraya menarik kursi untuk Gendis duduk.“Woalah, tiduran atau tiduran nih?” Maharani menggoda, mengedipkan sebelah mata sambil menatap Buana.Tersenyum-senyum, laki-laki itu tidak bisa menjawab dan hanya tersipu malu sendiri.Di atas meja makan hidangan sudah tersaji sangat lengkap dan beragam. Ada sayur asem, ikan asin, tahu dan tempe goreng, serta nasi putih yang masih mengepul hangat.Semua hidangan ini adalah hasil masakan Maharani ya
Read more

KUTUKAN KELUARGA

Namun sayangnya, semua percakapan di meja makan harus terhenti lantaran terdengar suara ketukan pintu dari depan. Padahal Buana hampir saja mau menanyakan juga perihal keris kepada Ayah Gendis.“Itu pasti Genta dan Giselle,” ujar Maharani yang langsung beranjak dari kursi untuk membukakan pintu.Dan benar saja! Genta dan Giselle datang dengan pakaian yang kuyup semua. Malam di luar hujan lebat, dan mereka berdua harus tertimpa air hujan.“Ma,” Genta dan Giselle kompak menyalami Maharani.“Ya ampun, kok basah kuyup begitu? Sudah cepat mandi dulu biar nggak masuk angin. Nanti Mama siapin baju ganti juga buat kalian.” Maharani mendorong keduanya agar lekas masuk ke dalam dan dia mengunci pintu.Melewati ruang makan Genta dan Giselle tampak terkejut karena melihat ada Buana dan juga Gendis.“Lho, kapan datang?” tanya Giselle basa-basi.“Tadi, kok.”“Heh, sudah nanti
Read more

MALAM MASIH PANJANG

Makan malam berakhir. Maharani memberesi meja makan dengan segera. Gendis dan Giselle ikut membantu, sementara Buana langsung pamit untuk pergi ke kamar.Di dalam kamar Buana membuka jendela. Wajahnya menengadah ke angkasa. Hujan turun rintik-rintik, dia masih berpikir keras mengenai tongkat tersebut yang semakin menganggunya saja.“Kenapa aku terus memikirkan tongkat itu? Apakah ada sesuatu dengan tongkat tersebut yang bisa mengantarkanku dengan petunjuk terakhir?”Itu adalah semacam insting! Pemikiran Buana memang spekulasi, namun selama ini dia pun selalu berhasil menangkap penjahat dengan cara berspekulasi. Buana percaya bahwa tidak ada yang namanya ‘kebetulan’ di dunia ini. Semua sudah diatur oleh Sang Maha Kuasa, sehinggaa pasti semuanya pasti terhubung, termasuk instingnya dengan tongkat tersebut.Tak lama kemudian Gendis pun datang. “Mas,  kamu nggak pengin ngobrol dulu sama Papa dan Genta di ruang keluarga?&rdqu
Read more

MIMPI BURUK

Setelah bercinta dan kehabisan tenaga mereka pun akhirnya tertidur. Mulanya mereka berdua saling berpelukan, namun lama-lama keduanya mengubah posisi masing-masing menjadi saling membelakangi satu sama lain.Buana di ranjang pojok kanan, sedangkan Gendis berada di ranjang pojok sebelah kiri.Malam berlalu sungguh tenang tanpa ada gangguan, hingga tiba-tiba saat sedang terlelap itu Buana bermimpi aneh.Di dalam mimpi itu, Buana sedang berjalan di tengah hutan belantara yang ditutupi pepohonan sangat lebat di kiri dan kanan.Hanya ada gelap yang terlihat, serta suara-suara hewan malam saling menyusul memenuhi rongga telinga kala itu.Cahaya rembulan adalah satu-satunya penerangan yang ada, dan Buana terus berjalan mengikuti tapak langkah yang entah sampai ke mana ujungnya.“Dimana aku?” Dalam mimpi itu Buana terus bertanya-tanya, sebab tempat ini baru saja pertama kali diinjaknya. Namun yang aneh, seakan Buana pernah berada di sini
Read more

PERTEMUAN BUANA DAN KALILA

Paginya, Buana terbangun dan segera mandi dengan cepat! Dia tidak boleh terlambat sebab pagi ini dia ada janji untuk bertemu dengan Segara dan juga temannya.Di dalam kamar Gendis menyiapkan baju yang akan dipakai oleh suaminya. Tetapi dalam hati  perempuan itu sebanrnya masih bertanya-tanya soal mimpi buruk yang menimpa suaminya semalam.“Pagi, Sayang,” Buana yang selesai mandi segera mengecup kening istrinya.“Mas, mmm, aku masih penasaran soal mimpimu tadi malam,” ucap Gendis yang tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.“Baiklah, Sayang, aku akan menceritakannya padamu nanti,” jawab Buana seraya mengambil pakaiannya. Dia lekas mengenakannya karena jam sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi.“Kenapa nanti-nanti? Aku maunya kamu cerita sekarang, Mas.”Buana melirik ke istrinya, lalu memberi pengertian. “Sayang, Mas sangat buru-buru pagi ini. Maaf, ya, Mas nggak bisa cerita sekarang
Read more

MENTERJEMAHKAN RELIEF

“Apa? Melawan Sang Iblis?”Kalila mengangguk. “Betul, Kak. Tapi biarkan saya menjelaskannya semua ini dari awal dahulu supaya tidak ada kesalah-pahaman mengenai relief yang kami temukan.”“Oke, oke, silakan. Aku akan mendengarkan dengan baik,” Buana membenarkan posisi duduknya dan bersiap menyimak penjelasan dari Kalila.“Jadi begini, penelitian kami sebenarnya sudah berlangsung cukup lama. Bahkan kami sempat memberhentikan penelitian ini sebab kehabisan dana. Saat itu obserasi yang kami lakukan hanyalah berfokus meneliti letak geografis yang diduga sebagai wilayah kekuasaan Mataram. Kami tidak berekspektasi mengenai penemuan situs atau apa pun,” terang Kalila serius. Buana dan Segara mengamati seraya memakan sarapannya.“Lihatlah foto yang ini,” Kalila menyodorkan sebuah foto. “Ini adalah gambar puncak bangunan candi yang pertama kali kami temukan. Dan saat menemukan ini, kami semua seketi
Read more

BENANG MERAH

“Yaitu Sang Iblis harus mengorbankan seorang gadis yang masih perawan. Gadis-gadis itu akan dijadikan tumbal di waktu-waktu tertentu dan dalam jumlah tertentu!”“Astaga, Tuhan, apakah semua ini berhubungan dengan kasus yang sedang aku selidiki saat ini?” Buana langsung berkomentar, merasa bahwa sekarang dia sudah menemukan benang merahnya.“Bisa jadi, Kak,” Segara langsung menyahut. “Tapi apakah mungkin masuk akal jika ritual tersebut masih berlagsung sampai saat ini?”“Mungkin saja bisa,” timpal Kalila cepat-cepat. “Caranya adalah dengan ber-reinkarnasi. Bisa saja Iblis selama ini terus bereinkarnasi dari satu tubuh ke tubuh lain dan melakukan ritual tersebut! Ini sangat mungkin terjadi, meski memang kita tidak bisa langsung berspekulasi seperti itu.”Semua menjadi terdiam setelah mendengar ucapan Kalila. Ini memang tampak masuk akal. Namun, untuk membenarkan ucapan tersebut semuanya
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status