Home / Fantasi / REINKARNASI / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of REINKARNASI: Chapter 61 - Chapter 70

126 Chapters

SIAP MENJADI PENDAMPING

      Gendis menghela napas panjang, "Aku siap menjadi pendamping hidupmu, Mas. Baik dalam keadaan susah atau senang, juga dalam segala kesulitan."Buana tersenyum manis, ia mengusap kepala Gendis perlahan dengan penuh kasih sayang. "Aku akan menjagamu sekuatnya dan juga semampuku. Aku hanya ingin mengatakan satu hal kepadamu, tugasku sebagai seorang polisi terkadang sangat berbahaya dan juga mungkin akan membahayakan dirimu. Apa kau siap?" tanya Buana.       Gendis mendekat dan menyandarkan kepalanya di bahu Buana."Ratusan tahun aku menunggu, aku tidak akan pernah mundur hanya untuk hal kecil yang kau takutkan, Mas. Aku akan selalu bertahan." Buana merasa terharu mendengar perkataan Gendis, dikecupnya kening gadis cantik itu. "Kau tunggu aku datang bersama bibiku juga AKBP Bayu untuk melamarmu, ya.""Iya, Mas. Aku akan menunggu lamaranmu secara resmi. Aku juga akan mempersiapkan untuk urusan
Read more

MANTAN YANG MEMBERI PERINGATAN

       Buana terkejut saat melihat siapa yang sengaja datang ke kantornya. Ia baru saja hendak makan siang saat seorang anak buahnya memberi kabar jika ada seseorang yang ingin bertemu dengannya. Dan saat ia melihat siapa tamunya, Buana kaget bukan main. "Kau bukannya Nino?" tanya Buana. Tamu itu yang tak lain adalah Nino mantan kekasih Gendis mengangguk sungkan. Tampak jelas jika ia sedikit merasa tidak enak, tapi Buana juga menangkap jika ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh pemuda itu. "Kau kakaknya almarhumah Nindia, bukan?" tanya Buana.       Nino menghela napas panjang, ia pun tersenyum getir. Jelas terlihat bahwa ia masih merasa berduka karena kehilangan adik perempuan satu-satunya itu."Pak, apa kita bisa bicara berdua? Ada sesuatu yang ingin saya sampaikan," ujar Nino."Kebetulan saya memang hendak makan siang, kita makan siang sama-sama, ya."      Buana pu
Read more

TIDAK TERDUGA

    Buana menatap Nino  tak percaya. "Kau yakin? Siapa? Katakan, Nino supaya kami dari pihak kepolisian bisa melindunginya," kata Buana dengan tegas. "Anda pasti tidak akan percaya jika saya mengatakan Giselle. Dia adalah kekasih sekaligus tunangan Genta, adik Gendis. Jika tidak salah mereka dijodohkan dan sudah bertunangan." "Tunggu, bagaimana kau bisa tau jika Giselle memiliki tanda yang sama dan lahir di hari yang sama?" tanya Buana penasaran.     Nino menghela napas panjang. Beberapa kali ia mengusap wajahnya dan menyesap minuman di hadapannya. "Seharusnya, malam itu saya tidak mengajak Nindia ke ulang tahun Genta. Malam itu Gendis mengundang saya dan Nindya. Malam itulah saya juga baru mengetahui jika Gendis adalah bos di tempat saya bekerja. Selama ini saya tidak tau. Saya pikir dia adalah tamu biasa yang datang ke restoran yang kebetulan tangan kanan bos. Tetapi, malam itu saya baru mengetahui semuan
Read more

PERNIKAHAN

    Gendis pagi ini kelihatan cantik dengan kebaya dan riasan pengantin adat Jawa Barat. Ia mengenakan siger di kepalanya, siger Sunda itu sendiri memiliki makna tersendiri bagi kebudayaan Sunda.Dengan meletakkan siger pada kepala, pengantin wanita pada dasarnya telah meletakkan kearifan, rasa hormat, dan kebijaksanaannya sebagai prioritas dalam pernikahan. Sebagai istri, siger merupakan simbolisasi harapan kearifan, hormat dan kebijaksanaan.     Selain sigernya itu sendiri, riasan adat siger yang Gendis pakai juga disertai dengan hiasan-hiasan pada sanggul seperti kembang tanjung. Kembang tanjung adalah 6 pasang bunga yang disematkan pada belakang sanggul, bentuknya seperti kupu-kupu kecil di belakang konde. Kembang tanjung sendiri bermakna sebagai kesetiaan pengantin wanita pada pria.     Sebagai seorang gadis Sunda Gendis terlihat sangat cantik dengan untaian bunga melati dari sanggulnya kemudiian jatuh ke bahuny
Read more

MALAM PERTAMA

     Buana tersenyum saat melihat siapa yang datang dan memberinya selamat. "Segara ... aku kira kau tidak akan datang," sambut Buana bahagia sambil memeluk adik angkatnya itu."Tidak mungkin aku tidak datang, Bang. Selamat ya, Bang, Mbak, Kakak angkat saya ini biasanya takut perempuan. Makanya lama tidak laku, saya sempat khawatir. Tapi, syukur Alhamdulilah akhirnya laku juga," gurau Segara.      Buana dan Gendis tertawa terbahak-bahak. "Aku sekalian pamit, Bang. Kuliahku selesai, dan aku berencana untuk mengikuti jejak Abang. Aku mau menjadi polisi seperti Abang. Entah kenapa panggilan jiwaku begitu kuat seperti ada bisikan yang meminta untukku masuk akademi kepolisian," ujar Segara.      Buana tersentak kaget, ia sangat mengenal Segara dan Segara tidak pernah mengatakan jika ia ingin menjadi polisi. Namun, pada akhirnya Buana hanya menepuk bahu Segara dan tersenyum hangat.
Read more

KEBAHAGIAAN

    Pagi hari Gendis membuka mata dengan perasaan bahagia.Terlebih saat ia melhat tangan yang sedang melingkari tubuhnya yang masih dalam keadaan polos. Perlahan, disentuhnya wajah Buana dengan penuh perasaan."Pagi, sayang." Tanpa Gendis sadari ternyata Buana sudah terbangun, hanya masih berpura-pura memejamkan matanya. "Mas, kau membuatku malu,"jawab Gendis lirih. "Setelah semua yang kita lakukan semalam kau masih malu-malu?" tanya Buana."Mas ...."     Buana hanya tertawa kecil melihat semburat merah di pipi Gendis. Perlahan lelaki gagah itu mengecup kening Gendis dengan lembut dan kemudian kecupan itu turun ke dada Gendis. Wanita itu hanya memejamkan mata dan mengalungkan kedua tangannya ke leher Buana.      Wanita itu membiarkan sang suami kembali menikmati setiap inci tubuhnya. Bahkan ia mulai mengerang dan mendesah penuh kenikmatan. Melihat sang istri sudah mulai
Read more

DIMANA SAJA ASAL BERSAMAMU

     Gendis menatap Buana dengan mata berbinar penuh cinta. "Ke mana saja aku mau asalkan bersamamu. Di mana saja kita tinggal aku mau asal ada dirimu, Mas," kata Gendis. Buana tertawa geli mendengar perkataan sang istri. "Sejak kapan istriku yang cantik ini belajar berkata gombal?" tanya Buana. "Sejak menjadi istrimu, jadi kau yang sebenarnya mengajari aku," kata Gendis. "Baiklah, kalau kau meminta itu kita Korea saja, mau?" tanya Buana sambil menunjuk dua tiket pesawat Jakarta- Korea kepada sang istri.      Gendis melotot kaget, sejak lama ia memang ingin sekali ke negeri ginseng itu. Ia selalu mengagumi keindahan kota Seoul melalui drama yang sering ia tonton. Tapi, siapa yang tau jika suaminya sudah mempersiapkan tiket untuk mereka ke sana.       Gendis langsung memeluk Buana dengan erat hingga lelaki itu terjengkang ke belakang."Aduh, pelan-pelan sayang, ada yang ban
Read more

RAMALAN

     "Bagaimana anda tau jika wanita yang meninggal itu kehabisan darah sampai kering entah karena apa. Tidak ada rekaman apa pun di sekitar tempat kejadian. Bahkan penduduk pun tidak melihat ada yg mencurigakan."     Buana terhenyak, "Sudah berapa banyak korban yang terbunuh?" tanya Buana."Selama 4 bulan ini sudah 4 orang," jawab inspektur yang berada di hadapan Buana. Kang Dae Jung yang mengantar Buana hanya diam menyimak. Buana dan inspektur Kim Ju Eung kebetulan menggunakan bahasa Inggris. Jadi, tidak perlu diterjemahkan.     "Saya sedang menyelidiki kasus yang sama dengan kasus yang Anda sedang tangani," kata Buana. Ia pun menceritakan segala yang telah terjadi dan juga hasil penyelidikannya selama ini.
Read more

LUPAKAN SEJENAK

     Buana tersentak mendengar perkataan Biksu Sunim. Ia teringat kematian Abah Enom di Sukabumi beberapa waktu yang lalu. Kematiannya juga akibat memberikan informasi kepada Buana."Katakan terima kasih dan katakan juga saya mohon beliau supaya berhati-hati," kata Buana. Kang Dae Jung pun langsung menyampaikan kepada Biksu Sunim.       Biksu yang berusia 45-an itu mengangguk lalu mendekati Buana dan mengalungkan sesuatu ke leher Buana. Kemudian ia mengatakan sesuatu dalam bahasa Korea. "Itu akan membantu Mr Buana dari gangguan arwah jahat. Dan juga akan membantu menguak tabir."     Buana membungkukkan tubuhnya, "Kamsahamida," ujarnya. Biksu Sunim mengangguk dan tersenyum kemudian beranjak pergi. "Ada apa, Mas?" tanya Gendis yang kebingungan.      Buana menjelaskan kepada Gendis apa yang dikatakan Biksu Sunim kepadanya."Apa kasus yang Mas hadapi seka
Read more

CERITA GENDIS

     "Genta dulu ketika kecil hampir saja mati, Mas. Tapi, mukjijat terjadi dia selamat. Bahkan seingatku sejak hari di mana Genta selamat dari maut, usaha papa meningkat pesat. Ya, dulu aku memang masih kecil. Tapi, aku ingat papa menjadi lebih sibuk. Kami pun bisa pindah ke rumah yang jauh lebih besar. Dan karir papa meningkat juga sampai bisa menjadi salah satu anggota MPR.     "Saat itu aku sangat bangga, tapi kini kenapa aku menjadi sangat takut? A-aku ...." Buana membawa Gendis ke dalam pelukannya. "Kita akan mencari tau apa yang sudah terjadi sebenarnya," kata Buana. ''Mas, bagaimana jika adikku itu sebenarnya bukan adikku?"      Buana mengerutkan dahinya, "Maksudmu?" "Genta waktu itu jatuh dan mama ingat betul jika pintu balkon sudah mama tutup dan dikunci. Mustahil jika Genta bisa membukanya. Tapi, dia jatuh dan akhirmya harus operasi. Anehnya, setelah opera
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status