Home / Fantasi / REINKARNASI / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of REINKARNASI: Chapter 51 - Chapter 60

126 Chapters

KEPINGAN MIMPI

    Buana tersentak kaget, kali ini ia merasa bingung. Mimpi yang datang kali ini berbeda dengan mimpi sebelumnya. "Mpu Badingga," gumamnya perlahan. Pemuda itu menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Tiba-tiba, ia terbelalak saat melihat ada kelopak bunga di atas bantalnya. Ia ingat dalam mimpi saat Mpu Supa mandi, ada kelopak mawar yang terjatuh.     "Ini ...."    Buana terdiam, ia berusaha mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi. Perlahan pemuda gagah itu bangkit dan berjalan ke arah jendela kamarnya. Buana membuka jendela dan seperti biasa saat ia merasa gelisah hanya asap rokok yang menjadi temannya.    Tok! Tok! Tok! Buana menoleh, belum sempat ia membuka pintu, Yongseng sudah masuk dengan wajah yang kuyu. "Kau kenapa?" tanya Buana. Yongseng mengembuskan napas dengan kasar lalu membanting tubuhnya di atas kasur. "Sejak aku menangani kasus aneh ini, rasan
Read more

MALAM KERAMAT

    Buana menatap kalender di tangannya tidak percaya. Bagaimana mungkin ia bisa kecolongan?"Beberapa hari lagi akan ada jenazah yang  ditemukan di Menado dengan kondisi sama." "Kau jangan asal bicara, Buana!" seru Yongseng antara kaget dan kesal. Buana menggelengkan kepalanya, "Aku tidak main-main, kita lihat saja nanti. Kau bisa buktikan perkataanku."     Yongseng terdiam, ia  tau betul Buana tidak pernah main-main. Mau tak mau Yongseng kembali menatap Buana dengan serius. "Bagaimana kau bisa tau?" tanya Yongseng."Genta ... tiga hari yang lalu, Gendis mengatakan bahwa adiknya itu baru saja berangkat ke Menado. Jika memang dugaanku benar, Genta akan menjadi orang yang berada di tempat dan waktu yang kurang tepat seperti biasa. Kalaupun tidak, pasti akan terjadi sesuatu. Yang pasti, dia akan lebih berhati- hati kali ini," tutur Buana.      Yongseng menggaruk
Read more

BEBAS DARI TUDUHAN

    Buana hanya tersenyum kecil saat ia menonton berita di televisi.SEORANG GADIS DITEMUKAN DALAM KONDISI TIDAK BERNYAWA DI DANAU TONDANOHampir semua surat kabar memuat juduk yang hampir sama. Yongseng dan Takeda hanya menggelengkan kepala melihat seulas senyum di bibir Buana."Kau tertawa seolah kau .adalah pembunuhnya," kata Yongseng."Kau baca ini, pelaku ditemukan tetapi ia mengaku tidak sadar ketika melakukan kejahatan dan sedang diperiksa kejiwaannya. Genta baru pulang kemarin dari Menado, kalian bisa menyimpulkan sesuatu?" tanya Buana pada Yongseng dan Takeda."Ah, ini sih gampang saja, dia sudah memakai metode lain. Hanya orang bodoh yang tidak belajar dari kesalahannya. Dia tidak mungkin memakai raganya sendiri, aku yakin ini adalah pekerjaan iblis. Yang namanya iblis dia bisa berbuat apa saja. Titisan iblis, aku yakin Genta adalah titisan iblis," kata Takeda dengan yakin.     &n
Read more

KEYAKINAN BUANA

       "Saya sangat yakin jika apa yang Takeda katakan benar, Pak. Hanya iblis yang bisa melakukan hal seperti ini. Hanya saja saat ini kita tidak bisa membuktikan apa pun." "Sama seperti sihir dan santet yang tidak bisa dibuktikan," ujar Rusdi. "Kita berdoa saja supaya kasus ini bisa lekas terpecahkan." "Amiin."      Sementara itu di tempat lain seorang pemuda tengah duduk sambil tertunduk. Ia sama sekali tidak sadar apa yang sudah ia lakukan sehingga ia harus dimintai keterangan. Apa lagi menjadi tersangka pembunuhan. "Ngana jang beking tape emosi sampe kapala! Bilang, bagimana ngana da bunuh ngana pe cewek!"(Kamu jangan bikin emosi saya naik ke kepala! Katakan bagaimana kamu membunuh pacarmu!)Pemuda itu hanya mengangkat wajahnya lalu menggelengkan kepalanya perlahan."Kita brani sumpah, kita le nintau bagimana kita da bunu tape calon bini, Pak."( Saya bera
Read more

KEMATIAN

     "Apa!Pelaku meninggal dunia?!" seru Rusdi terkejut. Baru saja ia bicara dengan IPTU Ronald sehari sebelumnya. Namun,pagi ini ia mendapat berita yang membuatnya syok. Ia pun menutup percakapan dan segera meminta Buana ke ruangannya."Komandan memanggil saya?" tanya Buana. Ia bergegas menuju ke ruangan Rusdi saat lelaki berusia 50 tahun itu memanggilnya. "Silakan duduk, Buana. Kita lupakan formalitas, baru saja aku mendapatkan telepon dari Menado. Pelaku yang kemarin ditangkap, pagi tadi ditemukan meninggal dengan bekas cekikkan. IPTU Ronald baru saja mengirimkan video CCTV di dalam sel. Kau pasti akan terkejut melihat rekamannya. Mana Yongseng dan Takeda? Panggil mereka kemari juga. Kita lihat bersama-sama," kata Rusdi.      Buana segera mengirimkan pesan kepada Yongseng dan Takeda. Tak lama kemudian, keduanya pun datang ke ruangan Rusdi. Tanpa menunggu lebih lama Rusdi segera memutar video yang dikirimkan oleh IPTU
Read more

RUMAH ABAH ENOM

    "Pak Sobri yakin abah Enom ini orang yang benar-benar pintar?" tanya Buana. Pak Sobri menganggukkan kepalanya. "Yakin atuh, Komandan. Abah Enom itu terkenal di Sukabumi, beliau sudah kesohor ke mana-mana. Malah ada yang dari luar kota juga minta tolong, sampai disediakan hotel mewah.""Tapi, yang kita hadapi ini bukan santet atau pelet," kata Takeda. "Abah Enom itu punya mata batin, beliau bisa melihat apa yang tidak bisa kita liat," jawab pak Sobri meyakinkan.     Rusdi menghela napas panjang lalu menatap Buana seolah meminta persetujuan."Tidak ada salahnya dicoba," ujar Buana dengan tegas. "Besok pagi bagaimana, Pak Sobri? Besok Bapak tidak masalah, kan jika harus libur berjualan?" tanya Rusdi. "Tidak masalah Komandan, selama ini Komandan juga sudah banyak bantu keluarga saya," jawab Sobri."Baiklah, kalau begitu besok kita berangkat dari sini saja," kata Buana yang langs
Read more

PENGLIHATAN ABAH ENOM

    Buana hanya manggut-manggut mendengarkan penjelasan wanita di hadapannya ini. Tak lama kemudian, Sobri datang dengan membawa satu plastik belanjaan berisi rokok, kopi hitam, gula dan roti."Maaf saya lama, Komandan," katanya pada Rusdi. Rusdi hanya mengangguk dan kembali bicara dengan Buana.    Tiba-tiba pintu ruangan konsultasi terbuka, seorang wanita separuh baya keluar sambilm dipapah. Lalu, seorang lelaki berusia sekitar 60-an ikut berjalan keluar. Janggutnya panjang dengan peci putih mengenakan baju koko dan kain sarung.      Pandangan matanya langsung tertuju pada Buana. Selama beberapa saat ia menatap Buana dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Tidak ada suara sama sekali, hening. Tak ada yang berani bertanya juga. Sampai akhirnya ...."Punten, Ibu, Bapak, Mas-nya boleh masuk duluan," katanya dengan suara penuh wibawa kepada Buana dan kawan-kawan.     Pak Sobri bergegas bang
Read more

JANGAN MENCAMPURI URUSANKU

      Abah Enom baru berusia 61 tahun, ia terlahir dengan nama Komar Sudjana. Ia lahir di malam jumat pada tanggal 1 syawal. Di usia 40 tahun ia pernah mengalami mati suri. Selama 40 hari ia dimakamkan dan pada hari ke 41 tiba-tiba saja ia bangkit dari alam kubur.       Kuburannya terbelah dengan sendirinya dan abah Enom hidup kembali. Sejak saat itu ia memiliki kekuatan supranatural. Abah Enom bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh orang lain secara kasat mata.        Sejak saat itu nama Komar Sudjana hilang berganti dengan Abah Enom. Pengobatan yang dilakukannya sangat sederhana. Hanya dengan air dan bunga. Ia menyembuhkan orang yang terkena santet, guna-guna. Ia juga bisa menyembuhkan orang yang kesurupan atau orang yang terkena pelet.       Malam itu setelah ia selesai mengobati orang yang datang ke rumahnya seperti biasa Abah Enom duduk di teras. Abah Enom tidak pernah
Read more

BERITA KEMATIAN

     Buana, Rusdi, Yongseng, Takeda dan pak Sobri menatap tanah merah di hadapan mereka tak percaya. Padahal baru saja mereka bertemu dengan Abah Enom. Tetapi mendadak mereka mendengar kabar duka cita. "Apa ini ada hubungannya dengan kasus kita?" tanya Rusdi."Bisa saja, Pak. Makhluk itu pasti akan melakukan apa saja untuk menghalangi kita menyelidiki semuanya.""Ya, kau benar Buana. Jadi, menurutmu apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Yongseng. "Mencari tau siapa korban terakhir dan melindunginya," jawab Buana dengan tegas."Kira-kira siapa? Ingat kata almarhum, korban sangat dekat dengan kita. Dia berada dekat, kemungkinan besar dia adalah orang yang kita kenal," kata Takeda. "Buana, mungkinkah korban itu adalah Gendis?" tanya Yongseng.      Tak ada yang menjawab, sementara Buana sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia merasa tidak yakin jika Gendis adalah korban terakhir yang dit
Read more

MENJADIKAN ISTRI

    Gendis menatap Buana tak percaya, menjadi istri? Secepat ini? Apa pendengarannya tidak salah? "Ma-Mas tidak salah? Kenapa secepat in-""Papa setuju, Gendis. Sesuatu yang baik itu harus dipercepat. Menikah itu ibadah, nak. Jadi, kenapa harus ditunda?"Galih dengan cepat memotong pertanyaan sang putri. Ia memang ingin Gendis cepat menikah, ia tidak mau hal yang buruk terjadi lagi. Ia tau jika apa yang leluhurnya katakan tentang kutuk itu bukan masalah kecil. "Iya, Dis. Usiamu sudah cukup matang untuk menikah, jadi kenapa tidak disegerakan? Mama nggak keberatan, kok."      Gendis menghela napas panjang, ia tau antara dirinya dan Buana memang ada ikatan yang khusus. Kisah cinta yang tak sampai. Mungkinkah ini adalah jawaban dari penantian selama ratusan tahun? "Aku tidak meminta jawaban sekarang, kau bisa memikirkannya dulu," kata Buana.     Gendis menatap kedua orangtua
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status