Home / Fantasi / REINKARNASI / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of REINKARNASI: Chapter 91 - Chapter 100

126 Chapters

TEKAD BUANA

“Baik Kalila, aku rasa pertemuan kita cukup sampai di sini. Aku berharap jika ada perkembangan mengenai peneletianmu sebaiknya segera kamu laporkan kepadaku. Itu akan sangat membantu pihak kepolisian dalam menangani kasus ini,” ucap Buana yang sekarang sudah tersenyum. Wajah amarahnya berubah seketika karena dia merasa saat ini harus berpikir jernih untuk menyelesaikan kasus.“Baik, Kak. Tentu saya akan melaporkan perkembangan penelitian ini. Karena ini merupakan kewajiban saya sebagai warna negara yang baik.” Kalila berdiri lalu menjulurkan tangan.“Senang bisa bertemu denganmu, Kalila.”“Sama-sama, Kak.”Setelah itu Buana pamit pergi. Dia ingin segera ke kantornya dengan membawa berkas-berkas tersebut, untuk kemmudian dicocokkan dengan berkas-berkas korban pembunuhan yang sudah dikumpulkannya di kantor.Matahari beranjak naik, siang pun datang.Di kantornya, Buana masuk ke dalam ruangannya se
Read more

PERCAKAPAN GENDIS DAN GALIH

Sementara itu di rumah, Galih sedang membaca koran di teras sambil meminum kopi. Hari ini dia ingin mengistirahatkan badannya sejenak dengan cara bersantai-santai saja. Saat itu tiba-tiba Gendis datang menyapanya.“Pa...”“Hai, Dis, ayo duduk di sini dekat Papa.”Perempuan itu menurut dan langsung duduk di dekat papanya.“Pa, aku ingin bicara sesuatu sama Papa,” ucap Gendis kemudian. Terlihat jelas dari sorot matanya dia tampak khawatir.“Silakan, Nak, bicaralah saja. Papa akan selalu membantumu,” ucap Galih seraya tersenyum.“Pa, entah kenapa akhir-akhir ini aku khawatir dengan keadaan Mas Buana. Dia itu sering banget mimpi buruk dan bahkan sampai keluar keringat dingin. Semenjak menangani kasus yang satu ini tingkah Mas Buana juga agaknya berbeda. Bagaimana ini, Pa?”Galih tersenyum sebentar. Kemudian dia meletakkan korannya dan berkata, “Jangan khawatir dengan berleb
Read more

INFORMASI PENTING

Buana cukup terkejut ketika melihat Papa mertuanya menelpon, hal yang jarang sekali terjadi.“Kenapa Papa telepon? Apakah ada sesuatu dengan Gendis?” Dan sambil bertanya-tanya dia pun segera mengangkat panggilan tersebut.“Hallo, Pa?”“Ya, Buana, di mana kamu?”“Aku di kantor. Ada apa Papa telpon?” suara Buana cemas memikirkan istrinya.“Oh, tidak ada apa-apa, kok. Tapi Papa hanya kepikiran soal pertanyaanmu semalam di meja makan. Papa merasa harus memberikan sebuah informasi penting mengenai tulisan yang ada di dalam lukisan silsilah itu.”“Lukisan silsilah? Sebentar, Pa.” Dengan sigap Buana membuka gambar lukisan yang barusan sudah dia print. Dia meletakkan lembaran kertas tersebut ke atas meja. “Oke, Pa, ada informasi apa soal gambar di lukisan silsilah tersebut?”“Mmm, sebenarnya Papa bisa mengeja sedikit mengenai tulisan yang tertetra di san
Read more

MITOS SEJARAH

Buana cukup terkejut ketika melihat Papa mertuanya menelpon, hal yang jarang sekali terjadi.“Kenapa Papa telepon? Apakah ada sesuatu dengan Gendis?” Dan sambil bertanya-tanya dia pun segera mengangkat panggilan tersebut.“Hallo, Pa?”“Ya, Buana, dimana kamu?”“Aku di kantor. Ada apa Papa telpon?” suara Buana cemas memikirkan istrinya.“Oh, tidak ada apa-apa, kok. Tapi Papa hanya kepikiran soal pertanyaanmu semalam di meja makan. Papa merasa harus memberikan sebuah informasi penting mengenai tulisan yang ada di dalam lukisan silsilah itu.”“Lukisan silsilah? Sebentar, Pa.” Dengan sigap Buana membuka gambar lukisan yang barusan sudah dia print. Dia meletakkan lembaran kertas tersebut ke atas meja. “Oke, Pa, ada informasi apa soal gambar di lukisan silsilah tersebut?”“Mmm, sebenarnya Papa bisa mengeja sedikit mengenai tulisan yang tertetra di sana
Read more

AIR DALAM CANDI

Sepanjang perjalanan Kalila tertidur. Dia sepertinya lelah. Perempuan itu kebetulan juga punya penyakit yang bisa menyebabkan mabuk perjalanan. Sehingga Segara menyuruhnya tidur saja, daripada nanti malah bikin repot jika sampai mabuk. Setelah melewati jalan tol mobil Segara langsung menuju ke pedalaman Kuningan. Dan dari petunjuk yang sudah diberikan Kalila sebelumnya akhirnya Segara berhasil mencapai lokasi yang dimaksud.“Kalila, kita sudah sampai,” ucap Segara menggoyang-goyangkan tubuh Kalila agar terbangun.Perempuan itu masih berat matanya, namun perlahan-lahan dia membuka mata dan mulai tersedar. “Oh, sudah sampai ternyata. Maaf ya, aku harus tidur dan tidak bisa menemani perjalananmu”“Tidak masalah, Kalila. Yang penting sekarang kita sudah di sini. Yuk keluar!” ajak Segara yang sudah tidak sabar lagi ingin melihat penemuan situs kuno tersebut.Begitu turun mereka langsung disambut oleh tim Kalila
Read more

RELIEF YANG BICARA

Setengah sadar Segara membuka matanya, dan saat itu juga di kegelapan dalam candi dia melihat jika relief-relief di sekitarnya menjadi berwarna hijau dan menyala!Segara takjub, dan cepat mengucek-ngucek matanya demi melihat apa yang terjadi. Namun tak berubah, huruf-huruf yang terukir pada dinding candi tersebut benar-benar menyala berwarna hijau.Laki-laki itu lalu berdiri denngan cara meraih sebuah batu yang berada di sampingnya. Badannya masih terasa lemas, namun dia berusaha untuk menegakkan tubuh. Hingga kemudian dia meraih batu cekung yang digenangi air kemudian membasuh mukanya kembali.Segara berharap dengan basuhannya kali ini bisa memulihkan kesadarannya sepenuhnya yang tiba-tiba hampir menghilang. Namun alih-alih kembali, yang terjadi selanjutnya malahan dia mengalami kejadian yang lebih aneh lagi, yaitu relief yang menyala hijau terang tersebut menjadi bergerak, berputar-putar mengelilingi tubuhnya, dan seketika itu terdengar suara-suara yang aneh!
Read more

BERBURU ORANG PINTAR

Sementara di tempat lain, Buana saat ini sudah mendapat daftar nama orang-orang pintar yang berada di sekitar. Anak buahnya baru saja memberikan amplop yang berisi laporan nama-nama tersebut, semuanya bahkan lengkap mulai dari nama hingga kepada silsilah nasab. Meskipun harus diakui bahwa tidak semua data lengkap dengan sempurna.“Memangnya apa yang akan Anda lakukan terhadap data-data ini, Pak?” tanya salah seorang anak buah kepada Buana.Saat itu Buana hanya mejawab pendek. “Ada investigasi khusus.”“Apakah ini berkaitan dengan kasus yang sedang Anda selidiki, Pak?”Buana mengangguk sebagai jawaban. “Ya, tapi untuk investigasi ini aku ingin melakukannya sendiri saja. Aku tidak perlu pendampingan dari pihak kepolisian.”Si anak buah sontak mengerutkan kening. “Kenapa begitu, Pak? Bukankah kita adalah team yag harus selalu bersama dalam memecahkan kasus ini?”“Kamu memang bena
Read more

KEDAI KOPI KAKEK TUA

“Selamat datang di Kabupaten Kuningan,” Buana mengeja tulisan yang tertera di pinggir jalan. Sesuai dengan informasi yang didapat dari anak buahnya, bahwa Mpu Rembulan saat ini sedang berada di Kuningan, sehingga dirinya cepat-cepat datang ke kota ini.Hal pertama yang harus Buana lakukan adalah mencari seorang warga secara acak yang bisa menunjukkan dimana tepatnya Mpu Rembulan sedang berada. Maka dari itu Buana menghentikan laju mobilnya di depan tenda warung kopi yang terletak di pinggir jalan raya.“Selamat malam, Kek, boleh saya minta satu gelas kopi panas?” ucap Buana kepada Kakek tua penjual kopi. Kakek tua tersenyum mengangguk-angguk, matanya sipit karena tertutup keriput.“Baik, Nak, silakan duduk terlebih dahulu.” Tangan tuanya lekas meracik kopi di warung tenda remang-remang tersebut. Terlihat bergetar, gerakan Kakek tua sudah tidak lincah. Buana malah jadi khawatir dan akhirnya dia membantu si Kakek tua untuk menua
Read more

RAHASIA PENEMUAN KERIS

“Hallo Segara, ada apa?” ucap Buana seraya menghentikan laju mobilnya, menepi di bahu jalan.“Kak, kamu dimana? Aku harus bertemu denganmu sekarang juga!” suara Segara terdengar panik. Hal tersebut memunculkan kecurigaan dalam benak Buana.“Aku sedang Kuningan. Ada apa memang? Sudah, sudah, kamu tenang dulu.”“Tidak bisa tenang ini, Kak. Kita harus segera ketemu.”“Ya, tapi masalahnya aku sedang ada keperluan yang penting di sini. Dan ini tidak bisa ditinggal begitu saja. Jadi sekarang kamu tenang dulu, Segara. Coba ceritakan apa yang terjadi sebenarnya?” Buana terus menenangkan adiknya tersebut agar bisa berbicara lebih jelas. Sebenarnya dia khwatir mengapa adiknya tiba-tiba gugup seperti itu?“Kak, saat ini aku sedang berada di situs Mataram bersama Kalila dan juga team-nya. Dan, tadi tidak sengaja aku masuk ke dalam sebuah candi di sini. Kemudian tiba-tiba sebuah potongan keris mu
Read more

DESA ROWO PENING

Sementara itu, Buana sudah bisa merasakan hawa dingin yang teramat menggigiti kulitnya. Bahkan udara itu terasa sampai menusuk ke tulang, sehingga dengan cepat Buana menyimpulkan bahwa Desa Rowopening sudah tidak jauh lagi.Untuk memastikan hawa dingin tersebut, Buana sampai membuka jaketnya. Dan benar saja, dia menggigil kedinginan dan segera memakai jaketnya kembali.“Lalu dimana gapura itu?” ucapnya menoleh ke kanan dan kiri. Matanya terus menerawang di kegelapan guna mencari tulisan di gapura tersebut. Tak lama kemudian gapura yang dimaksud akhirnya kelihatan. “Yah, tidak salah lagi, pasti itu adalah pintu masuk menuju ke Desa Rowopening.”Mobil itu berjalan perlahan ketika sudah memasuki gapura desa. Sebab jalan aspal sudah tidak lagi, kini digantikan dengan jalan penuh tanah gembur yang basah. Bahkan ban mobil milik Buana sempat ambles dan terselip  beberapa kali. Namun beruntung Buana bisa mengatasi hal tersebut.&ldquo
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status