All Chapters of Pengantin Tuan Haidar: Chapter 91 - Chapter 100

606 Chapters

Bab 91. Lupa Segalanya

“Aku lihat sebentar ya,” bujuk Haidar. Kemudian ia kembali menyingkap selimut yang menutupi tubuh bagian bawah Andin setelah mendapatkan izin dari istrinya. Ia menatap daerah keramat dengan belahan memanjang ke bawah yang menjadi candu bagi jagoannya itu. Andin membuka kakinya lebar-lebar supaya Haidar bisa melihat dengan jelas tanpa menyentuhnya. Tapi itu malah membuat Haidar sulit menelan ludahnya. “Jangan dibuka terlalu lebar, nanti jagoanku pengin masuk,” sahut Haidar sembari tersenyum. “Udah nggak bengkak kayak semalam, Bee. Mau dikompres lagi nggak?” tanya Haidar pada istrinya setelah melihat daerah keramat sang istri. Andin langsug merapatkan kembali kakinya. “Jagoanmu ikat, mulai sekarang jangan sembarang masuk lubang kalau ia lagi bangun,” kata Andin yang sudah mulai posesif dengan suaminya. “Astaga, Bee. Aku belum pernah masuk lubang lai
Read more

Bab 92. Bercinta Lagi ( khusus 21+ )

“Aargh! Sakit, Boo, tapi nikmat,” ucap Andin saat mendapat serangan mendadak dari suaminya. Bukannya marah, tapi Andin malah mendesah.Haidar tertawa mendengar racauan Andin karena ia meremas-remas bukit kenikmatannya dengan gemas. Tangan Haidar terus bermain di puncak bukit sang istri. Ia memilinnya hingga ujung bukit itu mengeras. Andin menggelinjangkan tubuhnya saat merasakan kenikmatan yang luar biasa.Andin bagaikan kena sengatan listrik, terasa panas di sekujur tubuhnya. Napasnya menderu hebat sambil mengeluarkan desahan-desahan manja.“Boo, boleh aku megang si jagoan?” tanya Andin. Napasnya tersengal-sengal mendapat serangan kenikmatan dari sang suami.“Boleh, Sayang,” sahut Haidar. “Mainkan sesuka kamu biar jagoanku puas,” bisik Haidar di telinga istrinya dengan mesra.Andin berbalik badan, ia duduk  menghadap suaminya. Dengan gemas Andin memainkan kepala jagoan suaminya, sesekali ia me
Read more

Bab 93. Membuat Kacau Hatiku

Setelah selesai bercinta, Andin dan Haidar segera membersihkan diri. “Bee, kamu bisa jalan nggak?” tanya Haidar pada istrinya. “Bisa,” jawab Andin. “Tapi, seperti ada yang mengganjal di dalam sini.” Andin menunjuk daerah keramatnya yang sudah tertutup handuk. Haidar tersenyum sambil membelai pipi Andin. Lalu ia membopong sang istri keluar dari kamar mandi. “Boo, aku juga bisa jalan kok,” kata Andin sambil merangkulkan tangannya di leher sang suami. “Supaya benihku cepat tumbuh, kamu jangan sampai kelelahan.” Haidar meyahuti ucapan istrinya sambil tersenyum. “Kalau aku hamil, perutku gendut, badanku tambah melar, apa nanti kamu masih menyukaiku?” tanya Andin dengan serius sambil menatap wajah suaminya. “Aku menyukaimu bukan hanya karena kamu cantik dan seksi, tapi aku menyukaimu kare
Read more

Bab 94. Keceplosan

Bunda Anin dan Bi Marni membawa makan siang untuk Andin dan Haidar karena anak dan menantunya itu tidak kunjung turun untuk makan siang. “Maaf, Bunda. Jadi merepotkan,” ucap Haidar. Ia merasa tidak enak hati karena sudah merepotkan mertuanya. “Kalau kalian sakit malah lebih merepotkan Bunda,” balas Bunda Anin.   “Maaf, Bun,” ucap Haidar sembari menundukkan kepalanya. “Bunda maafkan, tapi bikin cucu yang banyak untuk Bunda dan Ayah,” sahut Bunda Anin. Lalu ia dan Bi Marni masuk sambil membawa nampan berisi makan siang untuk Andin dan Haidar. Mereka menaruhnya di meja yang ada di kamar itu. “Siap, Bunda,” jawab Haidar dengan semangat. “Kalau perlu sehari tiga kali aku bikin cucu untuk Bunda,” gumamnya dalam hati sembari menahan senyumnya. Haidar menggaruk kepala bagian belakang. &ldquo
Read more

Bab 95. Akibat Pertempuran

Andin menerima uluran tangan suaminya, ia turun dengan hati-hati karena bagian pusat intinya masih terasa perih. “Aku keceplosan,” sahut Andin sembari menyeringai setelah ia duduk di sofa yang ada deket jendela. Di depannya sudah tersedia banyak makanan yang bundanya bawakan. Andin dan Haidar makan dengan lahapnya. “Masakan Bunda sama enaknya dengan masakan kamu,” kata Haidar setelah mengelap mulutnya dengan tisu. Mereka seperti orang kelaparan, makanan yang dibawakan sang bunda ludes seketika. Maklum saja mereka habis bertempur dari malam sampai siang hari. Tenaga mereka sudah terkuras habis akibat pertempuran itu. “Boo, aku ngantuk,” kata Andin setelah menghabiskan semua makan siangnya. “Jangan tidur sehabis makan!” sahut Haidar pada sang istri. “Ta- Ucapan Andin terpotong saat pintu kamar terbuka tiba-t
Read more

Bab 96. Pengalaman Malam Pertama

Sisil mendekati Andin, ia duduk di samping sahabatnya itu. Sisil memerhatikan tubuh perempuan yang sudah seperti saudara baginya dengan teliti. “Widih … tato lo keren banget, Din,” ledek Sisil sambil menyingkap baju bagian atas sahabatnya. “Di dalam lebih banyak lagi motifnya,” kata Sisil sambil tertawa pelan. “Lo, apa-apan sih!” Andin menepis tangan Sisil. “Ntar lo pengin ditato kayak gini juga,” kata Andin sembari mengangkat bajunya supaya sedikit menutupi dada bagian atas. Tidak sampai di situ saja. Sisil pun meyibakkan rambut Andin yang tergerai menghalangi leher bagian sambing. “Bujug busyet!” Sisil menggelengkan kepala melihat stempel kepemilikan di leher sahabatnya. “Ternyata Bang Ar ahli membuat tato,” ucapnya sambil manggut-manggut. “Badan gue jadi bermotif kayak batik,” kata Andin
Read more

Bab 97. Ketagihan Dijilat

“Apanya yang basah?” tanya Sisil pada sahabatnya. Ia pindah tempat duduk ke tempat semula yaitu di samping Andin. Gadis mungil itu semakin penasaran dengan cerita tentang malam pertama sahabatnya. “Anu gue basah, gue inget semalam, jadi pengin lagi dianuin,” kata Andin sambil memejamkan matanya mengingat-ingat pertempuran semalam. “Kalau anu kita dijilatin, itu enak banget, Sil. Sumpah dah gue ketagihan dijilat.” Andin menyapu bibirnya dengan lidah sambil mendesah manja. Ia sengaja memanas-manasi Sisil karena dari tadi sahabatnya itu terus mendesaknya untuk menceritakan pengalaman malam pertama. “Ih si bego, kenapa juga lo ceritainnya sampai mendesah begitu. Gue ‘kan jadi pengin nyobain juga,” sergah Sisil sambil menoyor kepala Andin. Andin tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Sisil. “Tadi ‘kan lo yang maksa buat ceritain malam pert
Read more

Bab 98. Wanita Ke Tiga

Sisil terkejut mendengar ucapan sahabatnya. “Maksud lo, Aldin udah punya cewek?” tanya Sisil yang merasa patah hati saat mendengar ia hanya wanita ke tiga dalam hidup laki-laki pujaan hatinya. “Iyalah. Bunda sama gue,” jawab Andin sembari tersenyum. Ia sudah tahu kegelisahan sahabatnya itu saat mendengar ia hanya wanita ke tiga Aldin. “Eh lupa bukan yang ke tiga. Masih ada Oma, Nenek, Mami sama Mama,” lanjut Andin sembari tersenyum. Sisil menghela napas lega saat Andin menyebutkan wanita istimewa dalam hidup Aldin. Ia sudah berpikir yang tidak-tidak tentang laki-laki dingin yang menjerat hatinya. “Oh iya, hampir lupa, ada salam dari ibu,” kata Sisil. “Katanya semoga kamu cepet sembuh,” imbuh Sisil sambil tersenyum. “Ibu? Emangnya kapan lo pulang?” tanya Andin pada sahabatnya. “Tadi pagi gue pulang, teru
Read more

Bab 99. Laki-Laki Simpanan

Sisil menoleh ke belakang sambil memejamkan matanya. Ia malu karena ketahuan sedang menguping. Sisil membuka mata saat sudah berhadapan dengan orang yang memergokinya. “Bang Ar!” Sisil terkejut ternyata orang yang memergokinya adalah suami dari sahabatnya yang sedang mendesah di dalam kamar. “Lah kalau Bang Ar di sini, terus Andin nganu sama siapa?” gumam Sisil. “Nganu?” Alis Haidar bertaut saat mendengar ucapan Sisil. “Maksud kamu apa?” tanya Haidar pada sahabat istrinya itu. “Andin di dalam lagi mendesah,” ucap Sisil. “Ops.” Sisil menutup mulutnya  dengan kedua telapak tangan. Haidar langsung membuka pintu tanpa berbicara apa-apa lagi, kemudian ia menutupnya kembali dengan keras. “Mampus gue! Kenapa gue bisa keceplosan gini,” kata Sisil sambil menepuk-nepuk bibirnya. “Lagian si Andin
Read more

Bab 100. Hukuman Nikmat

Haidar mendekati Andin yang sedang duduk di sofa sambil memegang  ponselnya. Kemudian ia duduk di depan istrinya. “Kata Sisil kamu lagi mendesah. Kamu lagi ngapain? Mendesah sama siapa?” tanya Haidar pada istrinya dengan serius. Sorot matanya tanjam menatap manik mata sang istri. Andin tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan suaminya. “Jadi, dari tadi kamu mondar-mandir nggak jelas gara-gara itu? Niat hati mau jahilin Sisil kenapa kamu yang kena?” kata Andin sambil tertawa. “Kenapa kamu tertawa? Kamu kira lucu?” Haidar semakin kesal dengan istrinya. “Kamu lucu, kalau lagi cemburu,” sahut Andin sambil memegangi perutnya. Ia masih saja menertawakan suaminya. “Aku tuh mau ngeprank Sisil karena dari tadi dia kepoin malam pertama kita,” ucapnya masih dengan tawa. Andin tidak bisa berhenti tertawa karena suaminya sendiri
Read more
PREV
1
...
89101112
...
61
DMCA.com Protection Status