All Chapters of Pengantin Tuan Haidar: Chapter 81 - Chapter 90

606 Chapters

Bab 81. Besar Dan Panjang ( khusus 21+ )

 Haidar bangun dan berdiri. Lalu membopong sang istri menuju kamar mandi. Andin mengalungkan tangannya di leher Haidar. “Boo, apa kita akan selalu bersama seperti ini?” tanya Andin dengan serius sembari menatap wajah suaminya.“Kita akan terus bersama sampai maut memisahkan. Aku nggak mau jauh darimu,” jawab Haidar dengan tegas.“Boo, Kurasa aku mencintaimu,” ucap Andin sembari tersenyum manis.“Apa kamu serius?” tanya Haidar sembari menatap lekat manik mata sang istri. “Mungkin aku juga mencintaimu. Aku nggak tahu mencintai itu seperti apa, yang jelas aku sangat menyayangimu,” ucapnya“Apa kamu belum pernah mencintai seseorang sebelumnya?” tanya Andin pada laki-laki yang baru saja menikmati kesuciannya.“Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya. Kamulah satu-satunya wanita yang membuatku tidak bisa tidur nyenyak,” jawab Haidar sambil tertawa pelan. Lalu menurunkan sang istri
Read more

Bab 82. Bercinta Di Bathup ( khusus 21+ )

Andin terkejut mendengar suara rintihan suaminya. Ia membalikkan badannya menghadap sang suami. “Kamu kenapa?” tanya Andin.“Bee, jagoanku ngamuk karena kamu remas-remas,” jawab Haidar pelan. Tanpa berkata-kata lagi, Haidar langsung menarik tengkuk sang istri, lalu dengan bringasnya ia melahap bibir istrinya.Andin membulatkan matanya mendapatkan serangan mendadak dari sang suami. Ia sedikit membuka mulut saat Haidar menggigit pelan bibir bawahnya.Tangan kiri Haidar meremas bukit kenikmatan sang istri, sehingga tubuh Andin menggeliat karena menahan nikmat yang suaminya berikan.Haidar melepas pagutan bibirnya. “Bee, kamu bangun dulu,” titah Haidar.Andin pun menuruti perintah suaminya. Kemudian Haidar meluruskan kakinya. “Kamu duduk di sini!” Haidar menuntun sang istri agar duduk di pangkuannya. “Jagoanku masuk ya,” kata Haidar sembari mengedipkan sebelah matanya.“Gimana caranya?”
Read more

Bab 83. Disiksa Kenikmatan ( khusus 21+ )

Haidar menuntun Andin ke pancuran shower karena ia belum mencapai klimaksnya, akhirnya laki-laki gagah itu kembali memberikan kenikmatan pada  sang istri. Haidar menghimpit Andin ke dinding kamar mandi, lalu mengangkat kaki istrinya sebelah. Kemudian Haidar menghujamkan jagoannya ke dalam sumur keramat sang istri. Andin menjerit saat jagoan sang suami melesak dengan sempurna di dalam liang intinya. Haidar menggerakkan pinggulnya dengan cepat. Hasratnya sudah tidak bisa dibendung lagi. Ia sudah kecanduan ngebor sumur keramat sang istri. Andin membuka mulutnya mencoba mengatur napas. Ia terus mendesah saat sang suami menghujamkan sang jagoan di liang miliknya tanpa ampun. “Boo …. perih … tapi aku suka, ini nikmat,” racau Andin di sela desahannya. Haidar menghisap bibir sang istri dengan penuh nafsu saat mencapai puncak kenikmatann
Read more

Bab 84. Diobok-obok ( khusus 21+ )

“Jangan …!” Andin menutupi tubuhnya dengan selimut. Ia malu kalau Haidar melihat kemaluannya. “Kenapa?” tanya Haidar sembari menarik selimut yang menutupi tubuh istrinya. Ia duduk di pinggiran tempat tidur di samping sang istri. “Aku malu,” jawab Andin sambil menutup wajahnya dengan selimut. “Malu?” tanya Haidar sembari tertawa pelan. “Tadi punyamu aku obok-obok, kamu nggak bilang malu, malah bilang nikmat.” Haidar meledek sang istri. “Boo …!” teriak Andin sambil menendangkan kakinya pada sang suami. “Boo, sakit, tapi aku suka, ini nikmat, Sayang.” Haidar menirukan racauan Andin saat bercinta. “Diam!” Andin membuka selimut yang menutupi wajah. Lalu memukuli dada suaminya. Haidar memegangi tangan sang istri sembari tertawa melihat
Read more

Bab 85. Senut-Senut

“Kenapa, Boo?” Andin berusaha bangun sembari meringis merasakan perih di daerah keramatnya. “Punyamu bengkak, Bee,” jawab Haidar tanpa berkedip melihat sumur yang tadi dia masuki menjadi bengkak gara-gara jagoannya. “Pantas aja dia meringis terus dari tadi,” batin Haidar. “Terus gimana?” tanya Andin panik. Ia takut akan lama sembuhnya. “Dikompres ya. Aku ambil air hangat dulu.” Haidar bangun dan segera keluar dari kamarnya. Haidar bergegas ke dapur. Ia masak air sendiri karena jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari, para asiten rumah tangga di rumah mertuanya sudah tertidur. Setelah memasak air, ia kembali ke kamarnya. Andin sedang melihat daerah keramatnya menggunakan cermin. “Kamu lagi ngapain, Bee?” tanya Haidar ketika ia masuk ke dalam kamarnya. Andin langsung
Read more

Bab 86. Suntikan Vitamin

Haidar tampak berpikir, bagaimana caranya kalau sang istri yang senuut-senut. “Ya udahlah, kamu aja yang ngompres.” Haidar naik ke atas tempat tidur. Lalu merebahkan tubuhnya di samping sang istri. Andin memiringkan tubuhnya menghadap Haidar. “Boo, kamu tidur aja, pasti kamu capek!” titah Andin pada suaminya. Haidar juga memiringkan tubuh menghadap istrinya. Mereka tidur saling berhadapan. “Kamu aja yang tidur duluan! Aku nggak capek karena habis mengisap madu istriku ini,” ucap Haidar sambil menjawil dagu istrinya. “Setelah dapat suntikan vitamin dari kamu, aku jadi lemas,” kata Andin. “Boo, tolong celupkan lagi ke air hangat, anuku sakit kalo bangun.” Andin menyerahkan handuk kecil yang dia ambil dari selangkangannya. Haidar bangun untuk merendam kembali handuk kecil itu. Setelah memerasnya, ia memberikan handuk itu pa
Read more

Bab 87. Berakhir Di Ranjang

“Nggak usah ganggu mereka. Mungkin mereka habis bikin adonan, makanya belum bangun,” kata Ayah Rey sambil tertawa pelan. “Kita ‘kan dulu gitu, kalau abis berantem pasti berakhir di ranjang,” imbuhnya sembari mengedipkan satu matanya ke arah sang istri. “Ayah sama Bunda, kebiasaan deh,” protes Aldin pada kedua orang tuanya. “Ayo, Sil, kita berangkat! Aku antar kamu pulang.” Aldin menarik tangan Sisil yang masih duduk di meja makan. Sisil pun bangun dari duduknya. Setelah berpamitan dengan Ayah dan Bunda Aldin, mereka segera pergi. Bunda Anin duduk kembali di kursi di samping sang suami. “Ayah tahu kalau Adek sama Haidar habis berantem?” tanya Bunda pada suaminya. “Ehm …,” jawab Ayah Rey setelah nyeruput kopinya. “Kok Bunda nggak tahu mereka berantem,” kata Bunda Anin. “Cerita don
Read more

Bab 88. Bikin Adonan

“Kenapa mereka belum bangun juga?” gumam Bunda Anin saat mereka pulang dari pasar. Bunda Anin dan asisten rumah tangganya baru saja pulang dari pasar. Ia pergi ke pasar setelah menyuapi sang mama. Mereka belanja banyak ikan segar. Bunda Anin ingin memasak ikan bakar untuk menantu kesayangannya. “Bi, tolong siangin ikannya ya! Bumbunya biar saya aja yang buat, setelah itu Bibi ngerjain yang lain aja, saya mau ke kamar Mama dulu.” Bunda Anin pergi ke kamar sang mama untuk mengantarkan jajanan pasar yang mamanya pesan. “Ma … Pa … !” panggil Bunda Anin setelah berada di dalam kamar sang mama, tapi kedua orang tuanya tidak ada. “Mereka ke mana?” gumamnya. Kemudian ia keluar dari kamar orang tuanya untuk mencari mereka di tempat lain, tapi tidak ketemu juga. “Aku telepon Tyas aja kali ya, siapa tahu Mama ke sana,” gumamnya
Read more

Bab 89. Malam Panjang

Haidar mengerjapkan mata, tidurnya terusik karena suara dering ponsel yang terus berdering tanpa henti. “Siapa sih yang nelpon, ganggu aja,” gerutunya sambil mengucek mata yang terasa perih. Tangan kanannya meraba-raba nakas untuk mengambil ponsel. Sementara tangan kirinya digunakan sebagai bantalan kepala sang istri. “Siapa yang nelpon? Angkat aja, mungkin penting,” sahut Andin dengan suaranya yang parau. Matanya masih terpejam, tangannya memeluk erat tubuh sang suami. “Halo,” sapa Haidar dengan suara khas bangun tidur. “Ar!” bentak Papi Mannaf pada Haidar. “Kamu lagi di mana? Kenapa nggak ke kantor? Hari ini ada meeting penting, tapi kamu nggak ngantor tanpa bilang dulu sama Papi,” cerocos Papi Mannaf, memarahi putranya. “Aku lagi bikin cucu buat Papi,” jawab Haidar dengan santainya. Pa
Read more

Bab 90. Suami Mesum

 Setelah selesai memasak, Bunda Anin membangunkan anak dan menantunya yang belum keluar kamar sejak semalam sampai siang hari. Ia khawatir mereka kelaparan karena dari pagi belum terisi apa pun. “Dek, bangun! Ini udah siang Sayang. Kalian nggak pada laper?” teriak Bunda Anin sembari mengetuk pintu kamar anaknya. “Ar!” panggil Bunda Anin pada menantunya. “Bee, Bunda manggilin.” Haidar membelai pipi sang istri yang berisi dengan lembut. “Aku buka pintu dulu ya.” Haidar mengangkat kepala istrinya. Lalu ditaruhnya secara perlahan di bantal. Kemudian ia turun dari tempat tidur untuk membuka pintu kamarnya. “Pagi, Bun,” sapanya setelah membuka pintu, sang mertua telah berdiri di depan pintu kamarnya. “Ini udah hampir malam, Ar,” sahut Bunda Anin sembari tersenyum meledek menantunya. “Kalian cepet turun, ini udah waktunya mak
Read more
PREV
1
...
7891011
...
61
DMCA.com Protection Status