All Chapters of Pengantin Tuan Haidar: Chapter 71 - Chapter 80

606 Chapters

Bab 71. Hati Yang Tersakiti

“Nggak usah dibahas,”jawab Haidar pelan, tapi tegas. Ketika Andin ingin mengatakan sesuatu pada sang suami, ada Nenek dan Kakek yang sudah berada di meja makan. Sehingga ia pun mengurungkan niatnya. Haidar menarik kursi untuk Andin, setelah Andin duduk, ia juga ikut duduk di samping istrinya. “Ar, Ayah mana?” tanya Bunda Anin yang baru datang. Lalu ia duduk di samping Andin. “Sebentar lagi katanya, Bun,” jawab Haidar dengan sopan. “Orang ganteng ada di sini,” sahut Ayah Rey dari belakang Bunda Anin. “Udah tua juga, masih aja kepedean,” sahut Bunda Anin sembari mencebikkan bibirnya. “Kenapa sih, Bun?” tanya ayah Rey sembari memegangi bahu sang istri lalu mencium pipi istrinya. “Kangen ya sama Ayah,” kata Ayah Rey setelah mencium Bunda Anin. Kemudian ia dudu
Read more

Bab 72. Melepasmu

Haidar tidak menjawab ataupun menoleh pada sang istri yang berdiri di sampingnya. “Om!” panggil Andin yang geram dengan sikap cuek sang suami. “Udahlah nggak usah dibahas lagi. Terserah kamu mau ngapain. Pada akhirnya kita juga bakal pisah,” jawab Haidar dengan tegas. Andin terkejut dengan jawaban Haidar. Sudah lama ia tidak mengungkit masalah perjanjian itu, akan tetapi hari ini, kata-kata itu terucap lagi dari bibir laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya dua bulan lalu. Andin mendekati sang suami. Lalu duduk di samping suaminya. “Kok kamu ngomongnya gitu?” “Terus aku harus gimana? Kamu juga tidak mencintai suamimu ini. Kamu lebih bahagia dekat dengan orang lain dari pada denganku,” jawab Haidar tanpa menatap sang istri. “Boo, aku belum mencintaimu bukan tidak mencintaimu,” jelas Andin pada sang
Read more

Bab 73. Statusku

“Halo, Zi, maaf tadi nggak keangkat,” sapa Andin saat sambungan teleponnya dengan Zidan terhubung. Haidar langsung terbangun dan meraih ponsel sang istri, lalu mematikan sambungan teleponnya. “Kenapa dimatiin? Aku mau bilang sama Zidan, kalau akau udah menikah,” kata Andin sambil terisak. “Dia nangis beneran apa bohongan ya?” tanya Haidar dalam hatinya. “Nggak usah telepon!” kata Haidar. “Kalau aku nggak telepon, kamu nggak bakal percaya kalau aku dan Zidan nggak ada apa-apa,” tukas Andin. Air matanya tak terasa menetes kembali. Haidar menarik Andin ke dalam pelukannya. “Kamu jangan nangis! Aku percaya sama kamu,” kata Haidar sembari mengusap-usap rambut sang istri dengan lembut. “Aku harus menjelaskan semuanya. Ini salahku karena aku nggak jujur tentang statusku. Aku takut yang dio
Read more

Bab 74. Saling Percaya

Andin melepas pelukannya. Ia menatap wajah tampan sang suami. “Tapi pertanyaan kamu kayak nuduh aku,” kata Andin. “Iya, aku minta maaf. Aku nggak bakal tanya apa-apa lagi tentang Zidan ataupun tentang statusmu di luar sana. Sepenuhnya aku percaya sama kamu. Tolong jaga kepercayaanku, Bee!” ujar Haidar panjang lebar. Andin terharu mendengar ucapan suaminya. “Aku akan menjaganya. Kamu juga harus menjaga kepercayaanku,” kata Andin. Kemudian ia memeluk suaminya dengan erat. “Aku nggak mau kehilangan kamu, Boo,” ucapnya. “Aku juga nggak mau kehilangan istriku yang cantik ini,” balasnya sembari meciumi puncak kepala sang istri. “Kamu jangan tebar pesona kalau di kantor!” tukas Andin. “Aku nggak laku di kantor. Kalau selalu tebar pesona, aku nggak akan jadi berondong alot,” sahut Haidar meyakinkan istrin
Read more

Bab 75. Ambyar ( Khusus 21+ )

Tangan kiri Haidar memegangi tengkuk Andin, tangan satunya lagi memegangi pinggang. Haidar mulai mendekatkan bibirnya pada bibir sang istri.Andin memejamkan mata saat wajah sang suami mulai mendekati wajahnya. Hanya berjarak beberapa senti saja, embusan napas Haidar sudah terasa di wajahnya.“Kenapa kamu menutup mata?” tanya Haidar pada sang istri.“Boo … itu tandanya aku udah siap,” jawab Andin sambil merengek. “Kayak di adegan film ‘kan kayak gitu, biar lebih bisa menikmati. Kamu mah begitu, jadi ambyar ‘kan mood aku,” keluh Andin sembari mengerucutkan bibirnya.“Aku suka melihat manik mata kamu yang indah,” sahut Haidar sembari tersenyum. Sorot matanya tetap fokus pada manik mata sang istri.“Tatap pipi aku dulu aja, atau bibirku,” usul Andin pada suaminya.“Pipi kamu seperti bakpao, jadi pengin aku makan,” sahut Haidar sembari tertawa pelan meledek sang istri.
Read more

Bab 76. Sumur Keramat ( khusus 21+ )

Haidar naik ke atas tempat tidur. Ia berniat menutupi tubuh sang istri, akan tetapi imannya tergoda. Jagoannya sudah senut-senut melihat paha mulus istrinya.Haidar mengelus paha istrinya yang tidak tertutup apa-apa. Baju terusan selutut berwarna ungu muda tersingkap, sehingga tubuh bagian bawahnya terlihat jelas. Hanya sumur keramat yang tertutupi oleh segi tiga berenda.Haidar menciumi paha sang istri dengan lembut, tangannya berkeliling menuju sumur keramat. Andin menggeliat karena ada sesuatu yang meraba daerah keramatnya.Andin malah membalikkan tubuhnya, ia membuka kakinya dengan lebar.“Bee,” panggil Haidar dengan mesra sambil menciumi daerah sensitif sang istri.Andin menggeliatkan tubuhnya sambil mendesah, matanya masih tertutup rapat. Ia ingin sekali membuka matanya, tapi ia sangat mengantuk.Haidar mengangkat kaki istrinya, Ia terus menciumi daerah keramat sang istri yang
Read more

Bab 77. Surga Dunia ( khusus 21+)

Haidar kembali merebahkan tubuh sang istri. “Sayang bolehkah jagoanku masuk sekarang?” tanya Haidar sembari merapikan rambut yang menghalangi wajah cantik istrinya. Andin menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. Hasratnya sudah di ujung kepala. Ia pun sudah tidak sabar ingin merasakan kenikmatan tiada tara yang disebut surga dunia para pasangan suami istri. Haidar membimbing jagoannya untuk memasuki sumur keramat sang istri. Saat kepala jagoan Haidar baru masuk sebagian Andin menyingkirkannya. “Aku kebelet ke kamar mandi dulu ya.” Andin segera turun dan berlari masuk ke kamar mandi dalam keadaan telanjang. “Sabar dulu ya, Tong!” ucap Haidar kepada jagoannya yang sudah siap untuk mengebor sumur keramat. Sudah sepuluh menit Andin di dalam kamar mandi, tapi belum keluar juga. “Lagi ngapain dia, kenapa lama banget?” gumam Haidar semba
Read more

Bab 78. Boleh Dipegang Boleh Dijilat ( khusus 21+)

Haidar sudah turun dari tempat tidur dan berdiri di tempat yang ditunjuk Andin. Dalam hatinya ia terus bertanya-tanya apa yang akan dilakukan istrinya. Kenapa juga ia mau melakukan perintah aneh sang istri. Andin beringsut ke depan Haidar. Ia duduk di pinggiran tempat tidur, kakinya menjuntai ke bawah. Wajahnya berada tepat di depan jagoan sang suami. Andin memejamkan mata. Ia berdoa dalam hati. “Nggak dosa kali ya, sama laki sendiri mah,” gumam Andin dalam hatinya setelah berdoa. Lalu ia membuka mata.  “Boleh aku pegang?” tanya Andin sambil menengadahkan wajahnya ke atas. “Boleh,” jawab Haidar. Ia sudah tidak tahan lagi, ingin menikmati kenikmatan surga dunia yang akan istrinya berikan. “Dijilat boleh?” tanya Andin lagi sambil mengusap-usap kepala sang jagoan suaminya dengan jari telunjuk. “Boleh, Sayang. Terserah kamu a
Read more

Bab 79. Nikmat Yang Sesungguhnya ( khusus 21+ )

Haidar Bangun dan berdiri. Sedangkan Andin, tidur terlentang dengan kaki yang menjuntai ke bawah. Haidar berdiri di depan sang istri yang sudah kepanasan menahan hasrat yang menggelora.Haidar segera mengarahkan jagoannya untuk masuk ke dalam sumur keramat milik Andin.“Pelan-pelan, Boo,” ucap Andin sambil mendesah. Debaran jantungnya semakin cepat, aliran darahnya semakin deras, terasa panas di sekujur tubuh.Ia takut kalau akan terasa menyakitkan jika benda milik Haidar yang besar dan panjang masuk ke dalam lubang intinya yang sempit.Namun, rasa nikmat yang ia dapatkan dari permainan laki-laki gagah yang berdiri di depannya tanpa benang sehelai pun di tubuhnya yang memperlihatkan bentuk tubuh yang kekar dan berotot membuat ia tidak sabar ingin menikmati kenikmatan surga dunia yang sesungguhnya.Haidar berusaha memasuki sumur keramat itu dengan hati-hati. “Kenapa terasa sangat sempit,” batin Haida
Read more

Bab 80. Boleh Nambah Nggak ( khusus 21+)

Haidar dan Andin masih rebahan dalam  keadaan polos tanpa benang sehelai pun di tubuh mereka. Andin bangun dan terduduk. Ia ingin segera mandi karena badannya terasa sangat lengket setelah bergelut dengan sang suami. “Aduh, kok sakit banget ya, terasa ada yang mengganjal. Apa si jagoan tertinggal di dalam?” Andin meraba daerah keramatnya. “Anuku terasa bengkak,” gumam Andin sembari meringis. “Kamu mau ke mana?” tanya Haidar pada Andin yang hendak bangun dari duduknya. “Aku mau mandi,” jawab Andin sambil meraih selimut berwarna ungu untuk menutupi tubuhnya yang polos. Haidar menarik selimut dari tangan sang istri, tapi Andin memeganginya dengan erat. “Ngapain ditutupi, aku sudah lihat, bahkan sudah aku sentuh semuanya,” kata Haidar sembari tersenyum nakal. “Astaga dia berubah jadi mesum setelah jagoannya masuk
Read more
PREV
1
...
678910
...
61
DMCA.com Protection Status