Home / Romansa / Pengantin Tuan Haidar / Bab 91. Lupa Segalanya

Share

Bab 91. Lupa Segalanya

Author: Nyi Ratu
last update Last Updated: 2021-03-21 16:32:03

“Aku lihat sebentar ya,” bujuk Haidar. Kemudian ia kembali menyingkap selimut yang menutupi tubuh bagian bawah Andin setelah mendapatkan izin dari istrinya. Ia menatap daerah keramat dengan belahan memanjang ke bawah yang menjadi candu bagi jagoannya itu.

Andin membuka kakinya lebar-lebar supaya Haidar bisa melihat dengan jelas tanpa menyentuhnya. Tapi itu malah membuat Haidar sulit menelan ludahnya.

“Jangan dibuka terlalu lebar, nanti jagoanku pengin masuk,” sahut Haidar sembari tersenyum. “Udah nggak bengkak kayak semalam, Bee. Mau dikompres lagi nggak?” tanya Haidar pada istrinya setelah melihat daerah keramat sang istri.

Andin langsug merapatkan kembali kakinya. “Jagoanmu ikat, mulai sekarang jangan sembarang masuk lubang kalau ia lagi bangun,” kata Andin yang sudah mulai posesif dengan suaminya.

“Astaga, Bee. Aku belum pernah masuk lubang lai

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 92. Bercinta Lagi ( khusus 21+ )

    “Aargh! Sakit, Boo, tapi nikmat,” ucap Andin saat mendapat serangan mendadak dari suaminya. Bukannya marah, tapi Andin malah mendesah.Haidar tertawa mendengar racauan Andin karena ia meremas-remas bukit kenikmatannya dengan gemas. Tangan Haidar terus bermain di puncak bukit sang istri. Ia memilinnya hingga ujung bukit itu mengeras. Andin menggelinjangkan tubuhnya saat merasakan kenikmatan yang luar biasa.Andin bagaikan kena sengatan listrik, terasa panas di sekujur tubuhnya. Napasnya menderu hebat sambil mengeluarkan desahan-desahan manja.“Boo, boleh aku megang si jagoan?” tanya Andin. Napasnya tersengal-sengal mendapat serangan kenikmatan dari sang suami.“Boleh, Sayang,” sahut Haidar. “Mainkan sesuka kamu biar jagoanku puas,” bisik Haidar di telinga istrinya dengan mesra.Andin berbalik badan, ia duduk menghadap suaminya. Dengan gemas Andin memainkan kepala jagoan suaminya, sesekali ia me

    Last Updated : 2021-03-21
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 93. Membuat Kacau Hatiku

    Setelah selesai bercinta, Andin dan Haidar segera membersihkan diri. “Bee, kamu bisa jalan nggak?” tanya Haidar pada istrinya.“Bisa,” jawab Andin. “Tapi, seperti ada yang mengganjal di dalam sini.” Andin menunjuk daerah keramatnya yang sudah tertutup handuk.Haidar tersenyum sambil membelai pipi Andin. Lalu ia membopong sang istri keluar dari kamar mandi.“Boo, aku juga bisa jalan kok,” kata Andin sambil merangkulkan tangannya di leher sang suami.“Supaya benihku cepat tumbuh, kamu jangan sampai kelelahan.” Haidar meyahuti ucapan istrinya sambil tersenyum.“Kalau aku hamil, perutku gendut, badanku tambah melar, apa nanti kamu masih menyukaiku?” tanya Andin dengan serius sambil menatap wajah suaminya.“Aku menyukaimu bukan hanya karena kamu cantik dan seksi, tapi aku menyukaimu kare

    Last Updated : 2021-03-22
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 94. Keceplosan

    Bunda Anin dan Bi Marni membawa makan siang untuk Andin dan Haidar karena anak dan menantunya itu tidak kunjung turun untuk makan siang.“Maaf, Bunda. Jadi merepotkan,” ucap Haidar. Ia merasa tidak enak hati karena sudah merepotkan mertuanya.“Kalau kalian sakit malah lebih merepotkan Bunda,” balas Bunda Anin. “Maaf, Bun,” ucap Haidar sembari menundukkan kepalanya.“Bunda maafkan, tapi bikin cucu yang banyak untuk Bunda dan Ayah,” sahut Bunda Anin. Lalu ia dan Bi Marni masuk sambil membawa nampan berisi makan siang untuk Andin dan Haidar. Mereka menaruhnya di meja yang ada di kamar itu.“Siap, Bunda,” jawab Haidar dengan semangat. “Kalau perlu sehari tiga kali aku bikin cucu untuk Bunda,” gumamnya dalam hati sembari menahan senyumnya.Haidar menggaruk kepala bagian belakang. &ldquo

    Last Updated : 2021-03-22
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 95. Akibat Pertempuran

    Andin menerima uluran tangan suaminya, ia turun dengan hati-hati karena bagian pusat intinya masih terasa perih. “Aku keceplosan,” sahut Andin sembari menyeringai setelah ia duduk di sofa yang ada deket jendela. Di depannya sudah tersedia banyak makanan yang bundanya bawakan.Andin dan Haidar makan dengan lahapnya. “Masakan Bunda sama enaknya dengan masakan kamu,” kata Haidar setelah mengelap mulutnya dengan tisu.Mereka seperti orang kelaparan, makanan yang dibawakan sang bunda ludes seketika. Maklum saja mereka habis bertempur dari malam sampai siang hari. Tenaga mereka sudah terkuras habis akibat pertempuran itu.“Boo, aku ngantuk,” kata Andin setelah menghabiskan semua makan siangnya.“Jangan tidur sehabis makan!” sahut Haidar pada sang istri.“Ta-Ucapan Andin terpotong saat pintu kamar terbuka tiba-t

    Last Updated : 2021-03-23
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 96. Pengalaman Malam Pertama

    Sisil mendekati Andin, ia duduk di samping sahabatnya itu. Sisil memerhatikan tubuh perempuan yang sudah seperti saudara baginya dengan teliti.“Widih … tato lo keren banget, Din,” ledek Sisil sambil menyingkap baju bagian atas sahabatnya. “Di dalam lebih banyak lagi motifnya,” kata Sisil sambil tertawa pelan.“Lo, apa-apan sih!” Andin menepis tangan Sisil. “Ntar lo pengin ditato kayak gini juga,” kata Andin sembari mengangkat bajunya supaya sedikit menutupi dada bagian atas.Tidak sampai di situ saja. Sisil pun meyibakkan rambut Andin yang tergerai menghalangi leher bagian sambing.“Bujug busyet!” Sisil menggelengkan kepala melihat stempel kepemilikan di leher sahabatnya. “Ternyata Bang Ar ahli membuat tato,” ucapnya sambil manggut-manggut.“Badan gue jadi bermotif kayak batik,” kata Andin

    Last Updated : 2021-03-23
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 97. Ketagihan Dijilat

    “Apanya yang basah?” tanya Sisil pada sahabatnya. Ia pindah tempat duduk ke tempat semula yaitu di samping Andin. Gadis mungil itu semakin penasaran dengan cerita tentang malam pertama sahabatnya.“Anu gue basah, gue inget semalam, jadi pengin lagi dianuin,” kata Andin sambil memejamkan matanya mengingat-ingat pertempuran semalam. “Kalau anu kita dijilatin, itu enak banget, Sil. Sumpah dah gue ketagihan dijilat.” Andin menyapu bibirnya dengan lidah sambil mendesah manja.Ia sengaja memanas-manasi Sisil karena dari tadi sahabatnya itu terus mendesaknya untuk menceritakan pengalaman malam pertama.“Ih si bego, kenapa juga lo ceritainnya sampai mendesah begitu. Gue ‘kan jadi pengin nyobain juga,” sergah Sisil sambil menoyor kepala Andin.Andin tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Sisil. “Tadi ‘kan lo yang maksa buat ceritain malam pert

    Last Updated : 2021-03-24
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 98. Wanita Ke Tiga

    Sisil terkejut mendengar ucapan sahabatnya. “Maksud lo, Aldin udah punya cewek?” tanya Sisil yang merasa patah hati saat mendengar ia hanya wanita ke tiga dalam hidup laki-laki pujaan hatinya.“Iyalah. Bunda sama gue,” jawab Andin sembari tersenyum. Ia sudah tahu kegelisahan sahabatnya itu saat mendengar ia hanya wanita ke tiga Aldin. “Eh lupa bukan yang ke tiga. Masih ada Oma, Nenek, Mami sama Mama,” lanjut Andin sembari tersenyum.Sisil menghela napas lega saat Andin menyebutkan wanita istimewa dalam hidup Aldin. Ia sudah berpikir yang tidak-tidak tentang laki-laki dingin yang menjerat hatinya.“Oh iya, hampir lupa, ada salam dari ibu,” kata Sisil. “Katanya semoga kamu cepet sembuh,” imbuh Sisil sambil tersenyum.“Ibu? Emangnya kapan lo pulang?” tanya Andin pada sahabatnya.“Tadi pagi gue pulang, teru

    Last Updated : 2021-03-25
  • Pengantin Tuan Haidar   Bab 99. Laki-Laki Simpanan

    Sisil menoleh ke belakang sambil memejamkan matanya. Ia malu karena ketahuan sedang menguping. Sisil membuka mata saat sudah berhadapan dengan orang yang memergokinya.“Bang Ar!” Sisil terkejut ternyata orang yang memergokinya adalah suami dari sahabatnya yang sedang mendesah di dalam kamar. “Lah kalau Bang Ar di sini, terus Andin nganu sama siapa?” gumam Sisil.“Nganu?” Alis Haidar bertaut saat mendengar ucapan Sisil. “Maksud kamu apa?” tanya Haidar pada sahabat istrinya itu.“Andin di dalam lagi mendesah,” ucap Sisil. “Ops.” Sisil menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan.Haidar langsung membuka pintu tanpa berbicara apa-apa lagi, kemudian ia menutupnya kembali dengan keras.“Mampus gue! Kenapa gue bisa keceplosan gini,” kata Sisil sambil menepuk-nepuk bibirnya. “Lagian si Andin

    Last Updated : 2021-03-25

Latest chapter

  • Pengantin Tuan Haidar   PENGUMUMAN

    Terima kasih untuk kakak-kakak cantik dan kakak-kakak ganteng yang sudah mendukung novel saya ini. Tak terasa ternyata Haidar sudah menemani kalian selama setahun. Ceritanya memang belum selesai, masih ada kelanjutannya. Bagaimana kehidupan rumah tangga Gara dan Jennie setelah mamanya tahu, dan apakah mereka bisa mempertahankan pernikahannya di saat orang-orang yang membencinya berusaha untuk memisahkan mereka. Kisah si CEO bucin akan dilanjut di buku baru ya, khusus Gara dan Jennie. Novel ini sudah terlalu panjang, takut kalian mual lihat bab yang udah ratusan, hehehe .... Pemenang GA akan diumumkan di sosmed saya, i*, efbe, w*, kalau barangnya sudah datang, wkwwkk. Silakan follow i* @nyi.ratu_gesrek, atau bisa gabung di grup w*. Penilaian akan berlangsung sampai barang datang. Terima kasih banyak kakak-kakak sekalian. Mohon maaf jika cerita saya kurang memuaskan dan membuat kakak-kakak sekalian jengkel. Saya akan terus berusaha m

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 157. I Love You, Biggie ( end )

    “Dia istri saya, kamu telah menghin orang yang saya cintai.”Jennie menatap suaminya sambil tersenyum. Ia senang mendengar Gara mengakui perasaannya di depan orang lain.“Maafkan saya, Tuan. Saya tidak tahu kalau Jennie … maksudnya saya tidak tahu kalau Nona Jennie istri anda.”Sekretaris cantik terus memohon minta ampun sambil berlinang air mata, namun Gara sudah terlanjur sakit hati.“Kalau dia bukan istri saya, apa kamu berhak menghina sesama kaummu seperti itu?”“Maafkan saya, Tuan, tolong jangan pecat saya!”“Saya tidak mau mempekerjakan orang-orang berhati busuk sepertimu.”“Sayang, berilah dia kesempatan sekali lagi, mungkin kalau aku ada di posisi dia, aku akan lebih parah dari itu.”Jennie merasa bersalah kepada sekretaris suaminya karena dirinyalah, wanita itu dipecat.“Saya tahu. Tapi, saya tidak suka melihat orang yang telah

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 156. Kamu Saya Pecat!

    “Hati-hati, Bos!”“Saya sudah jatuh, Biggie!" kesal Gara.“Ya udah ayo bangun!” Jennie membantu Gara yang tersungkur karena terkejut melihatnya masih bekerja sebagai office girl di kantornya sendiri.“Kenapa kamu ada di sini?” tanya Gara setelah bangun dan berdiri.“Aku kan masih kerja di sini, Bos,” jawab Jennie sambil tersenyum.“Tidak perlu kerja lagi, kamu tunggu saya pulang kerja saja di rumah!”“Aku bosan di rumah terus.”“Kamu bisa jalan-jalan atau belanja bersama Anisa atau Mommy. Kamu cari kegiatan lain, tapi jangan bekerja di sini!”“Kenapa? Kamu malu kalau sampai orang lain tahu kalau istri dari CEO Mannaf Group ternyata hanya seorang office girl?”“Bukan itu maksudnya. Saya hanya tidak ingin kamu kerja lagi. Kamu istirahat saja ya, biar saya yang mencari uang untuk kamu.”“Kontr

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 155. Ambyar

    "Bukan apa-apa," jawab Jennie sambil berjalan keluar dari kamar."Biggie, saya yakin ada yang kamu sembunyikan.""Nggak ada. Besok kamu udah mulai kerja lagi, pasti pulangnya malam dan capek 'kan? Mana mungkin kita bisa bercanda seperti tadi lagi.""Saya akan meluangkan banyak waktu untukmu. Kamu tenang saja, kali ini saya tidak akan pulang malam."Jennie menghentikan langkah kakinya, lalu berbalik menghadap Gara."Jangan kayak gitu. Lakukanlah kegiatanmu seperti sebelumnya. Aku nggak mau menjadi pengganggumu, lagian kita 'kan bisa menghabiskan waktu seharian di akhir pekan."Gara tersenyum menanggapi ucapan istrinya. "Saya bersyukur mempunyai istri sepertimu."Pria yang memakai kaus berwarna putih dengan dipadukan celana panjang berwarna krem menggenggam tangan istrinya, lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang makan.Mereka makan sambil suap-suapan yang membuat seisi rumah itu berbahagia melihat Tuan dan nona mudanya be

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 154. Permainan Pengantin Baru

    Jennie juga melakukan hal yang sama seperti suaminya. “Aku juga mencintaimu.”Kedua pasangan pengantin baru itu sedang berbahagia. Mereka menghabiskan waktu di dalam kamar dengan bermain kertas gunting batu. Yang kalah akan menuruti perintah yang menang.“Kamu kalah suamiku,” kata Jennie sambil tertawa.“Apa yang harus saya lakukan?”“Buatkan aku jus jeruk!” titah Jennie.“Baiklah, saya akan melakuknanya.”“Tapi haus kamu yang membutanya, jangan menyuruh Bibi.”“Iya ….” Gara turun dari tempat tidur, lalu pergi ke dapur untuk membuatkan minuman sang istri.“Kapan lagi memerintah CEO,” kata Jennie sambil tertawa setelah suaminya keluar dari kamar. “Belum tentu aku bisa bersamanya terus,” lanjutnya dengan pelan. “Aku takut Mama tahu pernikahan ini?”Beberapa menit kemudian sang suami masuk den

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 153. Benci

    Gara bangun dan berdiri. "Saya mau pakai baju dulu."Laki-laki tampan itu buru-buru masuk ke dalam kamar mandi.Jennie bangun dan terduduk sambil memerhatikan suaminya. "Katanya mau pakai baju, tapi kenapa malah masuk lagi ke dalam kamar mandi?" gumamnya."Kenapa adik saya bangun hanya karena saya menindihnya?" gumam Gara saat berada di bawah pancuran air. Berharap sang adik tenang dan kembali tertidur. "Kalau Biggie tahu, ini sangat memalukan."Setelah beberapa menit Gara keluar dari kamar mandi dan langsung pergi ke ruang ganti. Laki-laki itu menghampiri istrinya setelah berpakaian."Lehermu tidak apa-apa 'kan?" Gara duduk di samping istrinya . "Maafkan saya ya!"Jennie memiringkan duduknya menghadap sang suami. "Gara, apa kamu sadar saat tadi kamu bilang kalau kamu mencintai saya?"Bukannya menjawab laki-laki tampan itu malah menyentil kening istrinya dengan keras."Sakit, Garangan!" Jennie mengusap-usap keningnya samb

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 152. Pengakuan Gara

    "Apa kamu mencoba menukar keperawananku dengan motor ini?"“Kamu itu istri saya, kenapa kamu berbicara seperti itu kepada suamimu?”Gara tersinggung dengan ucapan istrinya karena dia menyiapkan motor itu setelah resmi menjadi suami Jennie.Ia hanya ingin memfasilitasi istrinya supaya wanita yang telah sah menjadi pendamping hidupnya itu bisa aman berkendara dengan motor barunya karena motor lamanya sudah tidak layak pakai."Bukannya kamu bilang nggak mau melakukannya kalau aku belum siap? Kalau ngomong tuh jangan asal keluar terus dilupain, kayak kentut aja.”Gara menatap istrinya dengan tatapan tajam, lalu pergi meninggalkan wanita itu. Ia kembali ke kamar dan langsung berendam air hangat untuk melemaskan otot-ototnya.“Kenapa saya selalu lupa dengan apa yang saya ucapkan padanya. Saya pasti terlihat seperti laki-laki bodoh yang plin plan,” ucapnya sambil menengadahkan kepalanya dengan tangan bersandar pa

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 151. Motor Butut

    "Bukannya kamu rindu dengan keluargamu," sahut Gara sambil berjalan menghampiri istrinya."Mereka ada di mana?" tanya Jennie tanpa mengalihkan pandangannya pada layar ponsel. Ia tersenyum bahagia saat melihat adik satu-satunya."Di rumah keluarga barunya. Ibu kamu sudah menikah lagi dan mereka hidup bahagia bersama adikmu.""Kenapa Mama nggak bilang sama aku kalau mau menikah? Kenapa Mama melupakanku?"Gara mencengkram dagu istrinya dengan lembut. "Hey, Cantik! Apa kamu memberitahu ibumu kalau kamu sudah menikah dengan saya?""Benar juga," sahutnya. "Tapi, aku punya alasan sendiri kenapa nggak bilang sama Mama." Jennie menepis tangan suaminya."Ibu kamu juga punya alasan sendiri.""Kamu tahu dari mana?""Jangan lupakan siapa suamimu ini?""Maaf, aku lupa soal itu," jawabnya sambil melirik dengan sinis suaminya."Jangan bersedih!" Gara membelai lembut rambut sang istri yang tergerai indah."Kenapa dia

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 150. Sebuah Rekaman

    “Ya saya ingin merekam suara kamu,” jawab Gara pelan sambil tersenyum.“Sejak tadi kamu udah denger ‘kan, apa yang aku katakan?” tukas Jennie yang dijawab dengan anggukkan kepala oleh suaminya. “Kamu memang menyebalkan Gara.”Jennie menggelengkan kepala sambil menggeser duduknya membelakangi sang suami. “Kena kutukan apa aku ini? Bisa-bisanya jatuh cinta kepada laki-laki seperti dia. Laki-laki narsis, dingin, angkuh, dan sangat menyebalkan."“Salah saya apa? Saya hanya ingin merekam suara kamu, itu aja. Saya ingin menyimpannya sebagai pengingat kalau saya sedang merindukanmu.”Jennie menoleh pada suaminya, lalu berkata, “Salah kamu apa? Astaga, ini CEO punya otak apa nggak sih? Tensi darahku bisa naik ini." Jennie menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. "Aku harus tetap menjaga kewarasanku," ucapnya sambil mengipasi wajah menggunakan telapak tangan."Biggie, saya ha

DMCA.com Protection Status