Home / CEO / Ojol Menantu CEO / Chapter 281 - Chapter 290

All Chapters of Ojol Menantu CEO: Chapter 281 - Chapter 290

345 Chapters

Aku Tidak Apa-Apa

“Kamu yakin tidak ada apa-apa? Davin pasti memiliki rasa padamu. Kalau tidak, mana mungkin?” Aku hanya tersenyum. Dia memang benar, tapi bukan sekarng harus diketahui public hubunganku. Kalau Rani sudah tahu, dia pasti akan keceplosan dan seluruh kantor pasti akan tahu. Belum saatnya mereka tahu. Lagi pula, aku tidak bisa memberi kepastian pada hubungan ini. Tidak menutup kemungkinan jika orang tuanya akan menyuruhnya menikah dengan orang lain, jika ternyata aku tidak mampu menjadi Nyonya Davin. “Yah, malah melamun. Dengar, ye? Kalau besok lagi dia berbuat begitu? Jangan tanga, aku akan meremas rambutnya.” Masih saja, Rani belum move on dari kejadian pagi tadi.  ***Meyyis*** POV DAVIN. Kenapa belum sampai? Aku tanya sendiri dalam hatiku. Langkah kaki menuju ke lobi menyusulnya. Tapi … tunggu! Bukankah itu Elsa? Apa yang dilakukannya? Dia pasti mengganggu Sh
Read more

Pulang

“Sukses. Hanya saja, aku tidak yakin papa mama menerima dari latar belakang dia.” Tanganku menepuk pundaknya untuk memberikan semangat. Aku yakin papa akan mengerti, demikian juga dengan mama. Bukankah mereka berdua memang selalu mendukung apa pun yang kami lakukan? ***Meyyis*** POV DAVIN “Kamu sendiri, bagaimana dengan Shasha?” tanya Devan. Aku menggeser tubuh sehingga bisa dekat dengannya. Kami saling berdekatan memandang jauh kea rah senja yang mulai tertutup dengan awan hitam sehingga menggelap. “Masih sama, besok mau aku jebak untuk ketemu dengan dokter. Dia sakit, Van. Harus dibawa ke ahlinya. Bicara tentang pernikahan akan membuat dia bereaksi hebat, bahkan sampai pingsan. Sepertinya, perceraikan orang tuanya mmebuat syock.” Devan tampak mengerti. Tangannya hangat menyentuh pundakku. Aku tersenyum memberikan tanda bahwa aku baik-baik saja. walau  telah
Read more

Aku Akan Membantumu

“Kamu tidak nginep?” Aku menggeleng mendengar pertanyaan dari mama. “Shasha sendirian di rumah, Ma. Kasihan.” Mama menganguk mendengar alasanku. Akhirnya, aku berjalan menuju ke arah mobil untuk pulang ke rumah. ***Meyyis*** POV Shasha Aku sampai di rumah, tapi Davin tidak ada. Kemana dia? kenapa jadi posesif? Tidak seharusnya aku kepo urusannya. Bairkan saja, lebih baik mengurus baju-bajunya. Sepertinya tukang loundri sudah menyelesaikan pekerjaannya. Baiklah, lepaskan baju, berganti dengan gaun santai. Aku bersenandug lirih sambil mendorong troli pakaian. Sudah sampai di kamar Davin. Pakaian yang dilipat kuletakkan di lemari kecil, termasuk pakaian dalam. sedangkan jas dan kemeja di lemari besar digantung. Timbul hasrat untuk berdendang sambil sedikit bergoyang. “Sudah selesai?” Terdengar sebuah suara. Kaget, hingga hampi
Read more

Membuatnya Cemburu

 “Terima kasih, aku tidak bisa melakukannya tanpamu.” Davin memajukan wajahnya, aku tahu endingnya. Tanganku mencegahnya. “Jangan sekarang,” pintaku. ***Meyyis*** POV DAVIN Pagi ini aku sudah rapi. Terlihat, sarapan sudah berada di atas meja. Kemana dia? “Sha! Kamu sudah siap?” Hening, tidak ada suara. Kemana wanita itu? Kakiku berlari menuju tangga untuk menengok kamarnya. Tangaku menekan handle untuk masuk ke kamarnya. “Sha,” panggilku. Kemana dia? Kakiku masuk dan menilik ke kamar mandi. Kosong? Dia sudah pergi? Napasku berembus menghentak. Mengapa dia pergi tanpa aku? Sepertinya harus kukerjain sekalian nanti. Mungkin saja sudah pergi. Tapi kenapa? Sepertinya dia merasa canggung. Aku seperti orang linglung bertanya sendiri, jawab sendiri. Aku segera berl
Read more

Ikut Pulang

Kami menuju ke kantin. Mereka tidak memandang aneh karena Shasha sekretarisku. Tentu saja, kami sering bersama. Karyawan yang berpapasan, memilih menganggukkan kepala untuk menghirmatiku. Aku hanya memasang senyum segaris untuk menerima hormat mereka. Meja ujung  menjadi pilihan Shasha. Cobalah, apakah dia akan cemburu jika aku menggoda wanita? Ada seseorang yang kukenal, aku manfaatkan saja momen ini untuk membuat hatinya kebat-kebit. ***Meyyis*** POV Shasha Davin kekanak-kanakan banget. Dia marah karena kemarin aku meninggalkannya. Kalau sudah begini, aku tidak bisa menghindar lagi. ya sudahlah, pasrah saja. kami sekarang ada di kantin kantor. Demi Allah aku merasakan ketidakenakan dilihat oleh banyak karyawan. Ini sudah biasa aku makan bareng. Yang tidak biasa adalah jantungku yang berdetak sangat kencang. Bagaimana ini? “Ada sesuatu di bibirmu.” Davin mengusa
Read more

Cantik Kalau Cemberut

“Halo, Sayang. Ada masalahkah, Sha?” Suara Tente Eliana menyapa merdu telinga. “Minggu ini aku pulang ke rumah Tante Rara. Mama tidak masalah ‘kan?” “Oh, benarkah? Mama ikut.” Aku menepuk jidat. Kalau gini caranya, bakalan gagal dunia persilatan. ***Meyyis***POV DAVIN Aku akan menggoda Shasha kali ini karena kemarin sudah berani meninggalkanku. Biarkan saja, aku sangat suka melihat dia ngambek atau sedikit cerewet. Membuat bibir ini rasanya ingin melumat habis benda kenyal kemerah-merahan itu. Aku akan ikut dia makan di kantin sekarang. Biarkan saja, aku menandai wilayah territorial agar tidak diganggu oleh karyawan  lain yang genit. “Ada sesuatu di bibirmu.” Aku mengusap bibirnya dengan jempol kanan. Biar saja, seluruh pasang mata melihatku. Aku sangat suka melihat pipinya memerah karena malu. 
Read more

Gara-gara Celana Dalam

“Oh, benarkah? Mama ikut.” Apa aku bilang. Tidak ada yang dapat lolos dari pindaianku. Mama mertua, aku datang. Bantu aku untuk meyakinkan putrimu agar cepat mau menikah denganku. Mama sudah rebut melulu meminta cucu. Aish … sebenarnya bukan mama. Akan tetapi hatiku sudah ribut ingin memeluk putrimu setiap malam. Berbagi keringat, melewati malam yang tenang, hangat bahkan erotis bersama. ***Meyyis*** POV SHASHA. Selepas pulang kantor, aku dan Davin langsung menuju ke rumah. Semilir angin sore ini membuat rambut yang kugerai terombang-ambing karena lelaki yang kucintai itu membuka atap mobilnya. “Aku masuk angin kalau gini caranya,” keluhku. “Ck, kamu nggak tahu kalau aku mau pamer?” Kekasihku itu menuruti keinginan menutup atap mobil. Aku tersenyum melihat dirinya menurut padaku. Setelah itu, kami hanya membisu. Aku pun tidak lagi berbic
Read more

Ketahuan

Pov DAVIN Akhir minggu aku dan Shaha akan pergi ke rumah Tante Rara. Satu acara yang tidak boleh terlewatkan adalah memasak. Shasha sangat suka belanja di apsar tradisional, karena bahannya memang amsih fresh. Aku setuju dengannya. Namun, ada beberapa bahan yang akan kubeli tidak ada di pasar tradisional. Lebih baik kubelokkan mobil ke swalayan saja. Biar keren, kubuka penutup mobil, seru kayaknya. “Aku masuk angin kalau gini caranya,” keluhnya. Aku hanya tersenyum saja. Sepertinya, bukan itu alasannya. Dia takut kalau orang lain melihatnya. Tenanglah Sayang, aku akan membuatmu nyaman dengan status sebagai istri dari Davin. Dari pada ngambek, lebih baik aku mengalah untuk menutup atap. “Ck, kamu nggak tahu kalau aku mau pamer?” Dia tidak sadar kalau aku belokkan? Kenapa tidak turun. Kubukakan pintu mobil, masih juga tidak bergerak. Ada apa dengan bidadariku ini? Pasti karena kelelahan. Sejujurnya,
Read more

Ciuman Pagi (21+)

“Lanjutkan, kami sibuk dulu. Masih banyak yang belum kami beli.” Kami meninggalkan para pegawai kantor untuk masuk ke tempat dalaman. Sesekali, Shasha menoleh ke arah para perempuan yang sedang termangu itu. Tenanglah, Sayang. Mereka tidak akan berani macam-macam. Stemple kepemilikanku telah ada di keningmu. Mereka akan memberikan informasi ke seluruh penjuru kantor, bahwa kamu hanya milikku. Besok, akan ada pertunjukan kamu menjadi tuan putri pasti. Tapi aku akan melindungimu dari wanita-wanita iri yang akan menggerusmu. ***Meyyis*** POV Shasha Pagi menjelang dengan matahari yang sudah menguning. Itu terlihat dari jendelaku yang mulai menyemburkan cahaya. Ah, kepalaku terasa berat saat semalam kurang tidur. Davin dan Tante Eliana menggoda mama dan  berbicara sampai larut. Tante Eliana langsung pulang dijemput oleh supir. Namun, Davin  menginap di rumah mama. Aku harus cepat menemui mama. Pagi ini,
Read more

Ciuman Gairah (21+)

“Baik, kalau gini bagaimana?” Davin menciumku, yang membuat jantung semakin berjingkat-jingkat ria. Anehnya,  bahkan mendorong dadanya saja tidak bisa kulakukan. Pasrah sudah menerima lumatan ringan selamat pagi. Ih, makhluk satu ini selalu mencari dan mencuri kesempatan untuk menciumku. Apakah aku terima saja? kenapa aku jatuh terlalu dalam ke lubuk cintanya, hingga tidak mampu keluar lagi. Oh, bos … tolong jangan membuatku klepek-klepek seperti ini. Akankah kamu milikku selamanya?   ***Meyyis*** POV DavinBangun pagi dan melakukan aktivitas kebugaran memang sudah menjadi gaya hidupku. Tanganku menekan handle pintu kamar Shasha. Wanita yang aku cintai itu masih meringkuk di dalam selumut. Kakiku maju untuk lebih dekat dengannya, memandang wajah yang terlihat damai tersebut. Tanganku menarikkan selimut hingga sebatas dada untuknya. Karena sebentar lagi matahari akan muncul, lebih baik kusibakkan gorde
Read more
PREV
1
...
2728293031
...
35
DMCA.com Protection Status