Beranda / CEO / Ojol Menantu CEO / Bab 291 - Bab 300

Semua Bab Ojol Menantu CEO: Bab 291 - Bab 300

345 Bab

Berlibur

“Baik, kalau gini bagaimana?” Aku sudah tidak tahan untuk menciumnya, terdenagr jantung Shasha sudah berdetak sangat kencang. Aku suka sekali mengganggunya seperti ini. Dia semakin menggoda dengan wajah malu seperti ini. Kakinya menjajak ingin pergi dari pangkuanku, hingga membuat tanganku memeluk lebih erat. Shasha tidak bisa mengelak lagi. Wajahku mendekat ke arahnya kembali hingga ciuman ini terjadi. Kali ini dia merespon, hingga membuatku lebih intim lagi untuk menyesap. Kami saling bertukar saliva pagi ini membuat hari ini dimulai dengan penuh gairah. ***Meyyis***POV DAVIN “Bagiamana pertemuan dengan temanmu kemarin?” tanyaku. Aku pura-pura tidak tahu walau Dian sebagai dokter psikologis sebenarnya adalah suruhanku. “Asik, kita hanya mengobrol. Tapi dia orang yang menyenangkan,” tuturnya. “Aku ikut senang. Ayo masuk, kita akan mengajak Mama Rara
Baca selengkapnya

Bertemu Papa

“Kita menyingkir, Ma. Sepertinya akan tidak sehat untuk berada di sini.” Aku ikutan bangkit. Siapa lelaki ini? Aku ingat pernah bertemu dengannya, tapi … masih belum jelas. “Kita harus pergi? Maaf, Om. Kami harus beranjak,” pamitku. Aku mengikuti mereka yang sudah lebih dulu pergi dari tempat kami duduk.***Meyyis***POV SHASHA “Bagiamana pertemuan dengan temanmu kemarin?” tanya Davin. Aku menoleh ke arahnya, setelah beberapa saat lalu fokusku sedikit berubah. “Asik, kita hanya mengobrol. Tapi dia orang yang menyenangkan,” ucapku. Memang benar kita hanya mengobrol hingga sore menjalang tidak kerasa seperti sebuah terapi. Tetapi dengan begitu, rasanya sedikit plong, juga berpikir untuk menerima Davin walau rasa takut masih sering muncul. “Aku ikut senang. Ayo masuk, kita akan mengajak Mama Rara jalan-jalan. Dia tidak pernah per
Baca selengkapnya

Penyesalan Shasha

“Kita menyingkir, Ma. Sepertinya akan tidak sehat untuk berada di sini.” Aku harus pergi dari sini. Tidak, jangan sekarang. Orang yang aku sebut papa, yang sudah melukai mama dan aku begitu dalam.“Kita harus pergi? Maaf, Om. Kami harus beranjak,” pamit Davin. Aku terus pergi menyisih tidak mempedulikan lelaki itu. Dia adalah biang kemunafikan dan biangnya sakit hati.***Meyyis*** POV DAVIN Aku belum tahu pasti siapa lelaki itu. Namun, dari lagak mereka, bahwa lelaki itu sepertinya seseorang yang telah melukai mereka. Mungkinkah dia adalah ayahnya Shasha.“Kalian mau makan ikan? Biar aku memesan,” ucapku. Shasha mengangguk. Aku segera beranjak. Seperti kataku, pergi untuk memesan ikan. Setelah pesanan aku katakana kepada sang penjual, langkah kakiku bergerak kembali. “Ma, sebisa mungkin memang harus menghindar. Dia membuat mama sakit hati. Belum lagi kalau nanti istr
Baca selengkapnya

Devan Akan Lamaran

“Pa, tidak perlu melindungiku. Walau mama sudah memberikan papa pada mereka, nyatanya mereka tetap menggangguku. Jangan tinggalkan kami lagi,” pinta Shasha sambil menangis. “Sayang, maafkan papa. Jangan menangis,” pinta Om Aji.***Meyyis*** POV AUTHOR Pertemuan itu menjadi berkah untuk keluarga Shasha. Davin memfasilitasi agar mereka dapat berkumpul. Bagaimanapun, mereka belum kembali menjadi keluarga. Maka dari itu, Davin harus memberikan tempat pada Aji. Bukan lelaki itu tidak mampu dan tidak memiliki rumah, semua rumah milik Aji sudah diketahui oleh Elsa dan mamanya. “Om sebaiknya tinggal di rumahku. Untuk perusahaan, bisa mengendalikan jarak jauh. Saya akan membantu untuk menjalankannya. Akan ada dua orang yang akan saya pekerjakan untuk membantu,” tutur Davin setelah menempatkan Papa Shasha tersebut di salah satu rumahnya. “Te
Baca selengkapnya

Pertunangan Devan

“Kamu mau aku mengejar Shasha lagi?” Davin melotot. “Mau aku pukul sampai benyek?” “Hahaha … jadi, pulanglah.” Davin memutuskan sambungannya.***Meyyis***POV AuthorMalam ini, Devan akan mengadakan acara pertunangan. Sebagai putra dari pengusaha ternama yang kini menjelma menjadi pengusaha muda, momen ini menjadi berharga. Di depan rumah, para wartawan sudah  siap untuk meliput. Mereka bahkan rela menunggu beberapa jam untuk dapat memperoleh berita eksklusif.“Kamu sudah siap?” Davin mengajak  Shasha ke butik dan juga berdandan di salon untuk mempercantik penampilannya. Malam ini akan menjadi momen untuk Davin juga memperkenalkan sang pujaan hatinya tersebut ke public.Pertanyaan dari Davin itu hanya mendapat tatapan Shasha, karena kenyataannya wanita itu merasa sangat gugup. “Aku takut mengecewakan. Ini acara besar keluargamu. Aku &hel
Baca selengkapnya

Lari Bersamamu

“Kami akan membantu, Rara sangat membantu kami saat dirinya aktif bekerja. Katakan, Nak. Apa yang bisa kami lakukan?” Mama Eliana memeluk tangan Papa Bayu yang mulai emosi.“Pa, ingat jangan emosi.”Shasha menganga mendengar perkataan dari Eliana. Dia lupa jika Bayu tidak boleh mendapatkan tekanan. ***Meyyis***POV SHASHA“Maaf, saya tidak bermaksud. Om, mama baik-baik saja,” bujukku. Sangat takut, jika gara-gara yang kukatakan Om Bayu akan masuk rumah sakit, pasti Davin akan membenciku. Padahal ruangan ini ber-AC, tapi keringatku bercucuran. “Tidak apa-apa, lebih baik papa tahu. Pa, aku akan merawatnya berikut putrinya ini, papa jangan khawatir.” Davin membelaku. “Iya, harus. Papa akan duduk dulu. Dada papa sedikit sesak.” Aku memperhatikan lelaki yang kini mengenakan jas hitam rapi, dipapah oleh istrinya yang mengenakan dres selutut
Baca selengkapnya

Semoga Diterima

“Eh, mau ke mana?” Dia tidak peduli, tetap menarikku pergi dari kerumunan itu. Kami berlari ke parkiran untuk menaiki mobil. Entahlah, dia mau mengajakku ke mana? Aku tidak lagi protes, hanya menurut saja. Hanya sekitar seperempat jam berkendara, kami tiba di sebuah gedung. Dia mengajakku berlari lagi. Kebayang ‘kan? Aku mengenakan hak tinggi, dia mengajakku berlari. Ini sungguh diluar kendaliku. Kakiku sudah mulai perih, tapi kutahan karena memang lari bersamanya membuat hatiku jauh lebih tenang.  ***Meyyis***POV Davin“Maaf, saya tidak bermaksud. Om, mama baik-baik saja,” bujukku. Kelihatannya kekasihku ini sangat takut. Padahal ruangan ini ber-AC, tapi keringatnya bercucuran. Tanganku menyeka dahinya dari belakang. Dia terlihat kaget, mungkinkah melamun?.“Tidak apa-apa, lebih baik papa tahu. Pa, aku akan merawatnya berikut putrinya ini, papa jangan khawatir.” Tentu saja aku membelanya. Lagi
Baca selengkapnya

Bintang Jatuh (Menikahlah Denganku)

“Eh, mau ke mana?” tidak peduli, tetap menariknya pergi dari kerumunan itu. Kami berlari ke parkiran untuk menaiki mobil. Baguslah dia tidak lagi protes, hanya menurut saja. Hanya sekitar seperempat jam berkendara, kami tiba di sebuah gedung. Aku mengajaknya berlari lagi. Biarlah untuk saat ini, bahagia milik kami. Jika malam ini dia menolakku, akan ada malam yang lain untuk mengajaknya menikah, Shasha aku sungguh mencintaimu. Semoga, kamu sudah dapat menghilangkan traumamu.   ***Meyyis*** POV SHASHA “Kenapa kamu mengajakku ke sini?” Aku bingung, Davin mengajakku ke sebuah atap. Kita berdiri tegak di sana. Namun, dengan begini aku merasa dapat melihat bintang di angkasa. Dalam hati bahagia tidak terperi memandang angkasa lepas yang sepertinya berada dalam genggamanku. “Untuk membuatmu bahagia. Dengarlah, kebahagiaan seperti ini yang selalu ingin aku berikan setiap saat.” Davin memelukku dengan erat. “Sekarang saja, aku sudah bahagia.
Baca selengkapnya

Hujan Meteor Saksi Kita

“Apakah, cinta itu ada yang abadi?” Shasha masih saja meragukan hal itu, padahal lutut Davin sudah terasa pegal.“Kita yang akan menciptakannya.” Shasha ikut berlutut. Wanita itu tidak mengatakan apa pun, akan tetapi memberikan ciuman di bibir Davin. Lelaki itu menganga, ini untuk pertama kalinya Shasha melakukannya.***Meyyis***POV DAVIN“Kenapa kamu mengajakku ke sini?” Shasha terlihat bingung, aku mengajaknya ke sebuah atap. Di sini, banyak bintang-bintang suasana yang sempurna untuk mengajaknya naik ke jenjang selanjutnya. Kita berdiri tegak di sana. Yang terpenting, senyumnya mengembang saat berada di ruang lepas seperti ini. Masih segar dalam ingatan, jika wanita yang kini berada dalam genggamanku itu sangat menyukai kerlip bintang malam.“Untuk membuatmu bahagia. Dengarlah, kebahagiaan seperti ini yang selalu ingin aku berikan setiap saat.” Tanganku memeluk dengan erat. Tubuh yang selalu ingin
Baca selengkapnya

Aku Wanita Paling Beruntung

“Apakah, cinta itu ada yang abadi?” Aku sudah merasa pegal, namun Shasha masih saja meragukanku. Harus bertahan.“Kita yang akan menciptakannya.” Aku terharu Shahsa ikut berlutut. Wanita itu tidak mengatakan apa pun, akan tetapi memberikan ciuman di bibir Davin. Aku menganga, ini untuk pertama kalinya Shasha melakukannya.***Meyyis***“Maafkan aku sudah membuatmu menunggu.” Shasha menempelkan keningnya ke kening Davin.“Tidak masalah. Jadi … bisa ulurkan jarimu?” Shasha tersenyum. Jarinya di ulurkan ke arah Davin. Lelaki itu langsung menyematkan cincin tersebut. Air mata keduanya menetes membasahi pipi. Tidak bisa dibayangkan hati mereka yang semakin bahagia. Seakan bunga-bunga tumbuh mekar dalam tubuh yang kini saling memeluk.“Aku sudah menantikan hari ini. Aku sangat bahagia.” Davin memeluk kekasihnya itu dengan erat.“Aku juga. Maafkan aku sempat ragu.” Davin
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2829303132
...
35
DMCA.com Protection Status