“Eh, mau ke mana?” Dia tidak peduli, tetap menarikku pergi dari kerumunan itu. Kami berlari ke parkiran untuk menaiki mobil. Entahlah, dia mau mengajakku ke mana? Aku tidak lagi protes, hanya menurut saja. Hanya sekitar seperempat jam berkendara, kami tiba di sebuah gedung. Dia mengajakku berlari lagi. Kebayang ‘kan? Aku mengenakan hak tinggi, dia mengajakku berlari. Ini sungguh diluar kendaliku. Kakiku sudah mulai perih, tapi kutahan karena memang lari bersamanya membuat hatiku jauh lebih tenang. ***Meyyis***POV Davin“Maaf, saya tidak bermaksud. Om, mama baik-baik saja,” bujukku. Kelihatannya kekasihku ini sangat takut. Padahal ruangan ini ber-AC, tapi keringatnya bercucuran. Tanganku menyeka dahinya dari belakang. Dia terlihat kaget, mungkinkah melamun?.“Tidak apa-apa, lebih baik papa tahu. Pa, aku akan merawatnya berikut putrinya ini, papa jangan khawatir.” Tentu saja aku membelanya. Lagi
Baca selengkapnya