Beranda / CEO / Ojol Menantu CEO / Bab 301 - Bab 310

Semua Bab Ojol Menantu CEO: Bab 301 - Bab 310

345 Bab

Menantu

Mobil merah yang mereka tumpangi melaju ke rumah keluarga. Di tempat parkir, sudah berjejer mobil-mobil mewah lainnya. Ada milik Dokter Irwan sebagai adik ipar Bayu, milik Devan, milik keluarga dan beberapa koleksi.“Pak, tolong.” Davin melemparkan kunci mobilnya.***Meyyis***“Mereka sudah tidur?” tanya Davin yang sebenarnya bagi Shasha juga tidak memiliki jawaban.“Sepertinya begitu.” Shasha menjawab pertanyaan dari sang kekasih.“Ini sungguh kebetulan.” Davin memepetkan tubuh Shasha ke dinding. Lelaki itu mengusupkan tangannya ke leher sang kekasih. Bibirnya menyentuh bibir Shasha dengan lembut. Keduanya saling menyesap untuk memberikan kenikmatan pada pasangananya.“Dor! Dor! Dor!” Mereka berdua saling melepaskan diri karena lampu tiba-tiba menyala dan ternyata mereka memang menunggu keduanya.“Kalian memang sungguh  menarik. Berdua mojok di atap untuk mencipta
Baca selengkapnya

Merasa Egois

“Ah, apalagi kamu tinggal sendiri. Tidak, mama tidak izinkan kamu pulang. Davin, antar calon istrimu ke kamarnya.” Davin mendekat dan mengantarkan Shasha ke kamar yang memang sudah dipersiapkan untuk dirinya nanti sesudah menjadi pasangan.***Meyyis***POV Shasha.Aku tidak menyangka bagai mimpi Cinderella di sini. Semua keluarga berkumpul untuk menyambutku dan Davin. Semuanya sungguh sesuatu yang aku syukuri. Jika boleh jujur, saat ini sudah lenyap ketakutan yang datang beberapa saat sebelum hari ini. Bertahun-tahun wanita itu membenci pernikahan, kini membuka mata bahwa pernikahan tidak selamanya buruk.“Din, selamat untuk perjuanganmu.” Devan datang ke kamar Davin. Lelaki itu membawa susu rendah kalori yang sudah dipersiapkan oleh asisten rumah tangganya.“Terima kasih sudah merelakanku. Van, aku berjanji tidak akan menyia-nyiakannya.” Devan mengangguk.  Aku yang bersembunyi di balik tembok menela
Baca selengkapnya

Cinta Bisa Kuciptakan

“Tidak, Kak. Cinta tidak egois. Hmm, mau ke balkon? Kita bicara di sana.” Syafira mengajakku ke balkon kamar untuk bercengkrama. Jika diingat-ingat, sudah lama memang kami tidak bercengkrama sejak aku lulus SMA. Setelah dirinya lulus, langsung ke luar negeri belajar. Maka sejak saat itu pula lost kontak. Wanita cantik itu memang mengenalku karena perdebatan antara kakak kembarnya.***Meyyis***POV DAVIN“Vin, selamat untuk perjuanganmu.” Devan datang ke kamar Davin. Devan membawa susu rendah kalori yang sudah dipersiapkan oleh asisten rumah tangga. Aku menerima uluran tanggannya. Susu  coklat kesukaanku sedikit kuseruput.“Terima kasih sudah merelakanku. Van, aku berjanji tidak akan menyia-nyiakannya.” Devan mengangguk.  Aku tersenyum kecil. Walau tidak banyak, aku tahu masih ada sedikit rasa untuk Shasha. Tidak mungkin serela itu Devan mengahpus dengan gampang hatinya.“Harus, jika kamu berkesemp
Baca selengkapnya

Perasaan Devan

“Apa? Bukankah kamu yang tidurnya ngorok dan berliur? Sudah begitu, jorok lagi nggak gosok gigi kalau mau tidur.” Aku membela diri. Devan hanya tertawa mendengar pembelaanku. Akhirnya Devan kembali, kami kembali saling akrab. Semoga, persaudaraan kami tidak akan renggang lagi.***Meyyis***POV Devan“Vin, selamat untuk perjuanganmu.” Aku datang ke kamar Davin. Aku membawa susu rendah kalori yang sudah dipersiapkan oleh asisten rumah tangga. Bukankah sangat canggung, jika bertemu dengannya tidak membawa sesuatu. Setidaknya, itu untuk teman kami mengobrol.“Terima kasih sudah merelakanku. Van, aku berjanji tidak akan menyia-nyiakannya.” Apa yang bisa aku lakuan selain merelakannya? Aku juga sangat mencintai Shasha. Dia orang pertama yang mampu membuatku fokus hanya memandang satu wanita. Gadis itu sangat istimewa.“Harus, jika kamu berkesempatan untuk menyia-nyiakan, aku orang pertama yang akan mencarimu.&rdq
Baca selengkapnya

Penyesalan

“Apa? Bukankah kamu yang tidurnya ngorok dan berliur? Sudah begitu, jorok lagi nggak gosok gigi kalau mau tidur.” Kami selalu seperti ini saling mengolok. Hari ini, menjadi sejarah setelah sekitar lima tahun kami tidak saling bicara panjang karena terpisah. Sebelumnya, dia yang di luar negeri, sekarang tinggal aku yang selalu ke luar negeri. Aku sungguh merindukannya, semoga kebahagiaan yang kuberikan padanya bisa membuat keabadian.***Meyyis***POV AUTHORElsa dan mamanya kalang kabut karena sudah satu bulan mencari Ajisaka tidak ketemu. Sabrina seperti orang gila menangis meraung-raung. Elsa memeluknya erat, ikut menangis dan sedih. “Ma, sudahlah. Papa memang tidak mencintai mama lagi. Tolong jangan begini,” tangis Elsa.“Mas Aji hanya mencintaiku, aku tidak akan membiarkan dirinya pergi. Elsa, aku tidak akan.” Sabrina menangis tersedu-sedu.“Ya Tuhan, bagaimana bisa begini.” Elsa kepayahan menenang
Baca selengkapnya

Milikku

Terbayang kembali saat-saat menyenangkan bersama Shasha. “Kakak, bunga ini untukmu.  Selamat sudah lulus.” Saat lulus SD, Shasha kecil menyambutnya turun panggung, memberikan bunga dan mencium pipinya. Betapa saat itu mereka sangat akrab. Hanya karena hasutan dari Mama Sabrina, selama ini Elsa menjadi jahat pada Shasha. ***Meyyis*** POV Shasha. Bagai terlahir kembali. Kebahagiaan melingkupiku. Kali ini, dengan seluruh hati yang sudah dalam terpaut dengan keluarga ini, aku datang ke balkon untuk mengucapkan selamat pagi pada dunia. Ini bukan kali pertama aku harus menginap di rumah ini. Saat dulu kami masih sama-sama kecil, sellau bersama bermain, walau setelah mama dan papa papa bercerai, tidak pernah sekali pun datang ke sini. Aku mengingat semuanya, kami sering sekali  bersama dan berebut mainan. “Kenapa bengong di sini?” Davin menyusulku di balkon. “Tidak apa-apa, sepertinya, perasaan ini dulu pernah terjadi sebelumnya.” A
Baca selengkapnya

Cintaku

Ternyata, emosi memang tidak boleh. Bahagia yang terlalu juga mengganggu, apalagi sedih. Aku  berlari masuk ke dalam kamar, menjatuhkan diri. “Au!” Kepalaku terantuk headboard. Sakit banget, aku usap-usap karena terasa pusing.  Namun, hal itu tidak memudarkan senyumku. “Oh, Davin. Aku sungguh gila.”***Meyyis***POV DAVIN“Kenapa bengong di sini?” Aku mencarinya beberapa waktu, ternyata belahan jiwaku ini berada di sini dan sedang merenung. Di bawah sinar rembulan ini, wanitaku itu menjadi sangat manis dan cantik. Betapa anugerah ini tidak pernah dapat aku hindari.“Tidak apa-apa, sepertinya, perasaan ini dulu pernah terjadi sebelumnya.” Dia memandang lepas ke arah langit yang kali ini membiru. Suasana pagi ini sangat  cerah secerah hatiku yang kini  merekah karena mendapatkan barkah dari cinta yang sudah terkait.“Kamu sudah mengingatnya? Di pohon itu dulu kita sering bermai
Baca selengkapnya

Tangis Elsa

Rasa manis lumatan masih membasahi bibir ini. Kami saling melepaskan tautan, setelahnya saling mengikat lebih dalam.“Tidurlah, sudah malam. Aku takut kebablasan kalau bersamamu semalaman.” Aku mengingat kembali momen yang lain semalam, yang juga sama hebatnya ciuman kami.***Meyyis***POV AuthorElsa tidur di lantai. Tubuhnya menggigil, sedangkan Sabrina seperti orang ketakutan di pohok kamarnya. Wanita itu baru saja terbangun dari tidurnya karena suara petir yang menggelegar. Sabrina memeluk lututnya di pojokan sampai pagi menjelang.Elsa bangun sudah pukul delapan. Setelah membuka mata, wanita itu langsung memandang ke arah ponselnya. Sekretarisnya sudah meneleponnya tiga kali. Wanita itu memanggil kembali ke nomor ponsel wanita itu. “Aku tidak masuk hari ini. Kepalaku pusing. Jika ada yang penting, ke rumah saja,” ucap  Elsa.“Baik, Nona. Saya akan sampaikan pada investor bahwa Anda tidak hadir hari ini
Baca selengkapnya

Permintaan Elsa

Elsa terduduk di lantai dengan air yang membanjiri kepalanya. Sudah sekitar satu jam, Elsa berada di bawah guyuran air shower.Elsa keluar dari kamar mandi. Wanita itu mengenakan baju selutut. Bahkan, Elsa tidak lagi memoles wajahnya.***Meyyis***POV AuthorElsa akan menemui Rara untuk memohon agar papanya dibolehkan untuk bertemu sang mama sekali saja. akan tetapi, wanita itu tidak tahu di mana mereka berada. Elsa datang ke kantor Davin pagi sekali, bahkan lelaki itu belum datang ke kantor. Wanita berambut curly tersebut menunggu di lobi.Tidak berapa lama, Davin datang bersama dengan Shasha. “Sha, aku ada perlu sama kamu,” ucap Elsa.“Katakan sekarang kalau mau bicara,” ucap Davin.“Ini urusan keluarga, jadi aku mohon biarkan kami bicara berdua.” Elsa masih punya malu untuk membicarakan masalah keluarganya kepada orang lain.“Bicara di depanku, atau tidak sama sekali!” Davin eb
Baca selengkapnya

Elsa Kembali

“Aku bisa mengerti, terima kasih kamu mau membantuku. Aku benar-benar menyesal sudah pernah menyakitimu. Aku menyesal.” Elsa memeluk Shasha dengan penuh kelembutan. Shasha tahu jika suatu hari nanti ini akan terjadi, kakaknya akan kembali. Dirinya yang lembut, tidak pernah sedetik pun membenci sang kakak.***Meyyis***POV Shasha.Pagi ini terasa sangat lelah. Semalam tidurku tidak nyenyak. Aku sendiri tidak mengerti, seharusnya tidak seperti ini. Saat semua berjalan lancar, harusnya bahagia menyelimuti dan bisa tidur sangat nyenyak. Akan tetapi, nyatanya tidak. Hingga berefek letih dan lesu. “Nona Shasha, ada yang mencari Anda,” tutur salah satu satpam kepadaku.“Saya?” ulangku sambil menunjuk pada diriku sendiri.“Iya, Nona.  Siapa, Pak?” Satpam tersebut menunjukkan ke arah resepsionis, di ruang tunggu. Mataku menyapa sesosok yang sangat kukenal. “Elsa?” batinku. Kami sedikit berjala
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2930313233
...
35
DMCA.com Protection Status