Home / CEO / Ojol Menantu CEO / Chapter 311 - Chapter 320

All Chapters of Ojol Menantu CEO: Chapter 311 - Chapter 320

345 Chapters

Kontrak gagal

Elsa memeluku dengan penuh kelembutan. Aku tahu, suatu hari nanti dia akan kembali. Pelukan ini yang dulu kurasakan. Pelukan ini, yang selalu kunantikan kembali. Terima kasih Tuhan, sudah membawa kakakku kembali.***Meyyis***Pov Davin.Aku tersenyum melihat kebaikan kekasihku itu. Inilah, mengapa aku tidaj bisa mengganti dirinya dengan orang lain. Terlalu lembut wanita ini untuk digantikan. Tidak berapa lama, Shasha masuk ke ruangannya. Aku memilih untuk pura-pura tidak mengetahui kejadian dirinya dan Elsa.“Kamu sudah di ruangan? Tolong bawakan berkas untuk rapat dengan pemegang saham hari ini,” titahku. Aku tidak akan bertanya apa pun, jika dirinya tidak menceritakan semuanya.“Baik,” ucapnya di sambungan telepon. Suara ketukan terdengar, hingga aku menyuruh sang pengetuk untuk masuk. Terlihat kekasihku itu membawa map hitam kemungkinan berisi berkas yang kuminta. Senyumku menyambutnya, tapi hanya  segaris dirinya&nb
Read more

Cepatlah Bangkit

“Mau balapan sama aku?” tanyaku karena memang datang sendiri.“Di dalam ada Ramon. Sepertinya sepadan denganmu. Dia juga sedang kesal sepertinya.” Aku sedikit tersenyum mendengar ada seorang teman yang dapat diajak duel saat ini.Aku melangkah ke  ruang ganti. Terlihat Ramon sudah berganti kostum. Kini, giliranku untuk berganti pakaian.***Meyyis***POV Shasha.Aku mengikuti Kak Elsa ke rumah. Masih sama seperti dulu, ketika kami pergi dari rumah itu. Aku memejamkan mata, mengingat betapa saat itu sangat  dramatis. Aku dan mama diusir oleh papa karena perintah dari Mama Sabrina. Dadaku bergetar, tangan gemetar. Akan tetapi, saat ini Mama Sabrina di dalam sana sedang membutuhkan kami.Kami menjejaki lantai marmer, hingga sampai di kamar utama. Aku memejamkan mata sebelum akhirnya Elsa membuka pintu kamar tersbut. Mama Sabrina hanya ketakutan di pojok, membuat air mataku mengalir deras.  “Ma, Shasha
Read more

Ciuman Singkat

“Sudah, sudah tidak apa-apa, ayo kembali. Nanti aku ceritakan.” Untung saja, Davin mau mendengarkanku. Aku menutup pintu mobil setelah Davin mau masuk ke dalam. Ia sedang emosi, biarkan kali ini aku yang menyetir. Davin masih terlihat penasaran. Biarkan saja, nanti saat sampai di kantor baru aku jelaskan. Aku hanya tersenyum melihat dirinya sudah mirip langit mendung.***Meyyis***POV Davin “Kamu di sini?” tanya Shasha. Aduh aku ketahuan, pdahal tadinya hanya ingin melihatnya dari arah jauh, untuk berjaga-jaga kalau Elsa menyakitinya.“Aku kebetulan lewat, lihat mobilmu berhenti saja. sudah selesai?” tanyaku pura-pura. Semoga saja, dirinya tidak menyadarinya.“Sudah.”  Ia berusaha tersenyum, ah memang kekasihku itu pandai menyembunyikan keluhannya. Pasti Elsa sudah menganiayanya. Kapan kamu akan sedikit jahat sama kakak tirimu itu? Sbenarnya terbuat dari apa hatumu? Hingga bisa mema
Read more

Mengenang Masa Lalu

“Masih ngambek?” Shasha bangkit, bahkan tanpa memandangku. Tangannya aku tarik agar berada di pelukanku.“Sepertinya memang kamu menginginkan ini.” Aku mendorongnya ke meja, mendudukkannya. Kedua kakinya, di antara pahaku sehingga dirinya tidak bisa bergerak.“Kenapa marah? Aku tahu obatnya.” Aku menciumnya singkat.  ***Meyyis***POV ShashaMalam ini, aku tidak pulang ke rumah Davin. Elsa membutuhkanku. Aku harus menemaninya agar lebih tenang.“Kalian sudah makan?” tanyaku saat masuk ke dalam rumah. Sebelum sampai tadi aku meminta Davin agar mampir ke restoran sebelum sampai ke rumah. Aku yakin, Elsa pasti belum makan.“Belum, bagaimana bisa makan. Jika mama seperti itu?” Elsa kembali menangis lagi.“Jangan menangis lagi, Kak. Kamu harus kuat. Bagaimana mama Sabrina akan menghadapinya jika kamu saja tidak bisa menghadapinya?” Aku meletakkan bungkusan
Read more

Bicarakan Lagi

“Kamu tahu, aku selalu iri dengan kisah hidup  Mama Rara dan Papa. Tidak seindah kidah Mama Sabrina dan Papa. Mereka memiliki romantisme yang tidak terbatas,” tuturnya. Aku memandang kearah wajahnya.***Meyyis***POV DAVINMalam ini, aku sendirian berada di beranda rumah. Memandang rembulan, terasa hambar tanpa dirinya. Mengapa rindu terasa sangat menyiksa. Menikah dengannya, mungkin setelah itu kami tidak akan terpisah. Sungguh, aku mirip ABG yang jatuh cinta. Setiap wakti, hanya berpikir tentangnya.Setelah aku memutuskan sambungan, terdengar dering ponselku. Ternyata, itu kembaranku. Aku mengeser tombol jawab. “Ada apa pengantin baru?” Terdengar suara tawa dari Devan.“Keluar, yuk. Aku pingin main bilyard,” ucapnya.“Tunggu aku.” Ini kesempatan punya teman, agar tidak terlalu merindukannya. Tanganku menarik jas yang ada di gantungan, meraih kunci mobil. Kakiku berlari untuk mencapai rua
Read more

Shasha Pingsan

“Kamu yang lebih kenal dengan karakter wanita. Aku tidak pernah kenal dengan siapa pun kecuali Shasha dan Shafira. Coba bicarakan lagi,” tuturku. Kami saling melepas pandang ke arah barisan minuman berharga jutaan itu. Minuman yang tidak ingin sama sekali kurasakan seharum apa pun, sehebat apa pun jenisnya.***Meyyis***POV ShashaPagi ini aku merasakan lesu yang luar biasa. Akan tetapi, mau minta cuti tidak enak karena masih banyak proyek yang harus di tangani. Davin pasti kewalahan jika aku tidak ada. Maka, bersusaha baik-baik saja adalah hal yang terbaik.“Sayang, kamu pucet banget?” ucap Davin.“Tidak apa-apa, mungkin hanya sedikit kelelahan,” kataku berbohong.“Jangan dipaksakan.” Aku mengangguk. Padahal, demi Tuhan, kepalaku rasa mau pecah.Davin masuk kembali ke ruangannya. Sedangkan kepalaku tidak lagi dapat terkondisi. Kakiku melangkah kea rah foto kopian, karena harus mengganda
Read more

Khawatir

“Belum, nanti akan rapat dengan klien dari Medan, sekalian saja. Mereka pasti juga belum makan, karena baru tiba dari bandara.” Aku mengangguk. Akhirnya, setelah menyelesaikan makan siangku, Davin pamit untuk bertemu dengan klien. Aku memilih untuk memjamkan mata, tidur siang setelah Davin menutup pintu ruangan itu.***Meyyis***“Sayang, kamu pucet banget?” ucap Davin. Aku yakin bahwa kekasihku itu sangat stress dan juga kelelahan mengurus mama tirinya. Demi Tuhan, jika mau aku tidak akan mengizinkan. Akan tetapi saat ini aku sedang tidak ingin berdeba denganya. Dirinya pasti menolak usulanku.“Tidak apa-apa, mungkin hanya sedikit kelelahan,” katanya. Aku tahu, dirinya hanya berbohong.“Jangan dipaksakan.” Dia mengangguk. Tapi justru hal itu membuatku sangat khawatir dengannya. Akawn tetapi, aku memilih masuk kembali ke ruangan. Berulang kali aku mengintip, kali ini ia  melangkah ke arah foto kopian, ka
Read more

Pembicaraan Kakak-Adik

“Belum, nanti akan rapat dengan klien dari Medan, sekalian saja. Mereka pasti juga belum makan, karena baru tiba dari bandara.” Dia mengangguk. Aku meninggalkannya sebentar, untuk mengadakan meeting dengan investor. Untung saja, mereka mau berpindah tempat di dekat rumah sakit ketika aku mengatakan alasannya. Kakiku melangkah meninggalkan kamar tersebut.***Meyyis***POV ShashaElsa datang siang ini setelah Davin pergi. Dirinya terlihat lebih baik. Bagaimana pun, dirinya adalah satu-satunya saudaranya. Maka, sudah sepantasnya jika kami akur. “Bagaimana mama?”  tanyaku pada Elsa.“Aku akan bawa ke RS mungkin akhir minggu,” tuturnya. Aku meraih tangan Elsa. Pasti berat untuknya, melakukan hal itu. Akan tetapi, harus karena Mama Sabrina butuh pengobatan. Jika tidak, banyak keluarga yang akan terluka. Mungkin sebanarnya sudah lama, dirinya menderita mental. Akan tetapi, hanya kami sebagai keluarga yang tidak mengetahui
Read more

Pulang dari Rumah Sakit

“Baiklah, baiklah … kamu makanlah dulu. Ini sudah dingin supnya. Kamu pasti suka, ini adalah sup yang bisa kita buat pertama kali dulu saat masak,” ucapnya. Walau sudah kenyang, aku tidak mau mengecewakannya. Biar satu mangkuk lagi, perutku terisi.***Meyyis***POV ShashaHari ini jadwalnya aku pulang karena sudah cukup  tiga hari istirahat di rumah sakit. Davin sudah siap menjemput, demikian juga dengan Elsa. Wanita itu berkata bahwa dirinya juga baru saja ke rumah sakit jiwa untuk mengantarkan Mama Sabrina.“Kamu akan pulang ke rumah?” tanya Elsa. Aku menoleh ke arah Davin. Lelaki itu mengangguk, walau aku tahu sedikit tidak rela. Kemarin saja, kekasihku itu menelepon beberapa kali. Aku tahu, dirinya tidak semalaman tidak bisa tidur. Terbukti, saat pagi ketemu matanya merah dan kelihatan lesu sangat.“Baiklah, kamu mau ikut mobil siapa?” tanya Davin. Aku tidak enak dengan Elsa, maka hampir saja meng
Read more

Masakan yang Enak

“Aku dengar perutmu sudah teriak-teriak minta tolong. Makanan ini spesial untukmu dan Elsa. Aku tahu, kalian berdua sama-sama tidak pandai memasak. Makanlah!” Aku tersenyum mendengar perkataan dari Davin. Ya, lelaki  yang aku cintai itu benar jika aku sama sekali tidak bisa memasak. Jika masakan sederhana, mungkin saja bisa. Tapi tidak untuk yang macam-macam.Kali ini, Davin membuat masakan yang enak. Aku tidak tahu namanya, tapi ini  ikan dan kaya akan rempah. Warnanya kuning dengan sedikit berlemak. Mungkin gulai, tapi kata dia bukan gulai. Yang penting, ini sangat enak. Padahal, aku tidak bisa makan ikan. Untung saja, membawa obat alergi.***Meyyis***POV DavinHari ini Shasha pulang karena sudah cukup  tiga hari istirahat di rumah sakit. Aku sengaja mengosongkan jadwal sore ini agar  dapat menjemput Shasha. Ternyata Elsa sudah lebih dahulu datang. Biarlah, kakak beradik itu bicara terlebih dahulu aku akan tunggu di sini
Read more
PREV
1
...
303132333435
DMCA.com Protection Status