“Masih ngambek?” Shasha bangkit, bahkan tanpa memandangku. Tangannya aku tarik agar berada di pelukanku.
“Sepertinya memang kamu menginginkan ini.” Aku mendorongnya ke meja, mendudukkannya. Kedua kakinya, di antara pahaku sehingga dirinya tidak bisa bergerak.
“Kenapa marah? Aku tahu obatnya.” Aku menciumnya singkat.
***Meyyis***
POV Shasha
Malam ini, aku tidak pulang ke rumah Davin. Elsa membutuhkanku. Aku harus menemaninya agar lebih tenang.
“Kalian sudah makan?” tanyaku saat masuk ke dalam rumah. Sebelum sampai tadi aku meminta Davin agar mampir ke restoran sebelum sampai ke rumah. Aku yakin, Elsa pasti belum makan.
“Belum, bagaimana bisa makan. Jika mama seperti itu?” Elsa kembali menangis lagi.
“Jangan menangis lagi, Kak. Kamu harus kuat. Bagaimana mama Sabrina akan menghadapinya jika kamu saja tidak bisa menghadapinya?” Aku meletakkan bungkusan
“Kamu tahu, aku selalu iri dengan kisah hidup Mama Rara dan Papa. Tidak seindah kidah Mama Sabrina dan Papa. Mereka memiliki romantisme yang tidak terbatas,” tuturnya. Aku memandang kearah wajahnya.***Meyyis***POV DAVINMalam ini, aku sendirian berada di beranda rumah. Memandang rembulan, terasa hambar tanpa dirinya. Mengapa rindu terasa sangat menyiksa. Menikah dengannya, mungkin setelah itu kami tidak akan terpisah. Sungguh, aku mirip ABG yang jatuh cinta. Setiap wakti, hanya berpikir tentangnya.Setelah aku memutuskan sambungan, terdengar dering ponselku. Ternyata, itu kembaranku. Aku mengeser tombol jawab. “Ada apa pengantin baru?” Terdengar suara tawa dari Devan.“Keluar, yuk. Aku pingin main bilyard,” ucapnya.“Tunggu aku.” Ini kesempatan punya teman, agar tidak terlalu merindukannya. Tanganku menarik jas yang ada di gantungan, meraih kunci mobil. Kakiku berlari untuk mencapai rua
“Kamu yang lebih kenal dengan karakter wanita. Aku tidak pernah kenal dengan siapa pun kecuali Shasha dan Shafira. Coba bicarakan lagi,” tuturku. Kami saling melepas pandang ke arah barisan minuman berharga jutaan itu. Minuman yang tidak ingin sama sekali kurasakan seharum apa pun, sehebat apa pun jenisnya.***Meyyis***POV ShashaPagi ini aku merasakan lesu yang luar biasa. Akan tetapi, mau minta cuti tidak enak karena masih banyak proyek yang harus di tangani. Davin pasti kewalahan jika aku tidak ada. Maka, bersusaha baik-baik saja adalah hal yang terbaik.“Sayang, kamu pucet banget?” ucap Davin.“Tidak apa-apa, mungkin hanya sedikit kelelahan,” kataku berbohong.“Jangan dipaksakan.” Aku mengangguk. Padahal, demi Tuhan, kepalaku rasa mau pecah.Davin masuk kembali ke ruangannya. Sedangkan kepalaku tidak lagi dapat terkondisi. Kakiku melangkah kea rah foto kopian, karena harus mengganda
“Belum, nanti akan rapat dengan klien dari Medan, sekalian saja. Mereka pasti juga belum makan, karena baru tiba dari bandara.” Aku mengangguk. Akhirnya, setelah menyelesaikan makan siangku, Davin pamit untuk bertemu dengan klien. Aku memilih untuk memjamkan mata, tidur siang setelah Davin menutup pintu ruangan itu.***Meyyis***“Sayang, kamu pucet banget?” ucap Davin. Aku yakin bahwa kekasihku itu sangat stress dan juga kelelahan mengurus mama tirinya. Demi Tuhan, jika mau aku tidak akan mengizinkan. Akan tetapi saat ini aku sedang tidak ingin berdeba denganya. Dirinya pasti menolak usulanku.“Tidak apa-apa, mungkin hanya sedikit kelelahan,” katanya. Aku tahu, dirinya hanya berbohong.“Jangan dipaksakan.” Dia mengangguk. Tapi justru hal itu membuatku sangat khawatir dengannya. Akawn tetapi, aku memilih masuk kembali ke ruangan. Berulang kali aku mengintip, kali ini ia melangkah ke arah foto kopian, ka
“Belum, nanti akan rapat dengan klien dari Medan, sekalian saja. Mereka pasti juga belum makan, karena baru tiba dari bandara.” Dia mengangguk. Aku meninggalkannya sebentar, untuk mengadakan meeting dengan investor. Untung saja, mereka mau berpindah tempat di dekat rumah sakit ketika aku mengatakan alasannya. Kakiku melangkah meninggalkan kamar tersebut.***Meyyis***POV ShashaElsa datang siang ini setelah Davin pergi. Dirinya terlihat lebih baik. Bagaimana pun, dirinya adalah satu-satunya saudaranya. Maka, sudah sepantasnya jika kami akur. “Bagaimana mama?” tanyaku pada Elsa.“Aku akan bawa ke RS mungkin akhir minggu,” tuturnya. Aku meraih tangan Elsa. Pasti berat untuknya, melakukan hal itu. Akan tetapi, harus karena Mama Sabrina butuh pengobatan. Jika tidak, banyak keluarga yang akan terluka. Mungkin sebanarnya sudah lama, dirinya menderita mental. Akan tetapi, hanya kami sebagai keluarga yang tidak mengetahui
“Baiklah, baiklah … kamu makanlah dulu. Ini sudah dingin supnya. Kamu pasti suka, ini adalah sup yang bisa kita buat pertama kali dulu saat masak,” ucapnya. Walau sudah kenyang, aku tidak mau mengecewakannya. Biar satu mangkuk lagi, perutku terisi.***Meyyis***POV ShashaHari ini jadwalnya aku pulang karena sudah cukup tiga hari istirahat di rumah sakit. Davin sudah siap menjemput, demikian juga dengan Elsa. Wanita itu berkata bahwa dirinya juga baru saja ke rumah sakit jiwa untuk mengantarkan Mama Sabrina.“Kamu akan pulang ke rumah?” tanya Elsa. Aku menoleh ke arah Davin. Lelaki itu mengangguk, walau aku tahu sedikit tidak rela. Kemarin saja, kekasihku itu menelepon beberapa kali. Aku tahu, dirinya tidak semalaman tidak bisa tidur. Terbukti, saat pagi ketemu matanya merah dan kelihatan lesu sangat.“Baiklah, kamu mau ikut mobil siapa?” tanya Davin. Aku tidak enak dengan Elsa, maka hampir saja meng
“Aku dengar perutmu sudah teriak-teriak minta tolong. Makanan ini spesial untukmu dan Elsa. Aku tahu, kalian berdua sama-sama tidak pandai memasak. Makanlah!” Aku tersenyum mendengar perkataan dari Davin. Ya, lelaki yang aku cintai itu benar jika aku sama sekali tidak bisa memasak. Jika masakan sederhana, mungkin saja bisa. Tapi tidak untuk yang macam-macam.Kali ini, Davin membuat masakan yang enak. Aku tidak tahu namanya, tapi ini ikan dan kaya akan rempah. Warnanya kuning dengan sedikit berlemak. Mungkin gulai, tapi kata dia bukan gulai. Yang penting, ini sangat enak. Padahal, aku tidak bisa makan ikan. Untung saja, membawa obat alergi.***Meyyis***POV DavinHari ini Shasha pulang karena sudah cukup tiga hari istirahat di rumah sakit. Aku sengaja mengosongkan jadwal sore ini agar dapat menjemput Shasha. Ternyata Elsa sudah lebih dahulu datang. Biarlah, kakak beradik itu bicara terlebih dahulu aku akan tunggu di sini
Kali ini, kari ikan akan menjadi hidangan istimewa yang mungkin saja menjadikan cinta kami tak terpisahkan. Sampai kami mulai makan, Elsa belum datang. Mungkin, kami akan meninggalkan makan terlebih dahulu karena Shasha tidak boleh terlalu lama menahan lapar.***Meyyis***Pov DavinSepertinya, aku harus membantu penyatuan setepatnya antara Elsa dan Arya, agar bisa secepatnya Shasha kembali. Aku tidak bisa jika Shasha harus berpisah jauh terus dariku. Bisa-bisa, mata panda akan tercetak lebih banyak lagi.“Arya, bisa ke kantorku hari ini?” tanyaku saat meneleponnya. Tidak sulit mencari nomor telepon dari dirinya, karena Arya memang pegacara terkenal dan aku juga pernah menggunakan jasanya. Hanya saja, bukan untuk perusahaan. Papa sudah memiliki pegacara khusus. Mungkin nanti saat pengacara papa sudah pensiun, berpikir untuk memakai jasanya.“Jika nanti siang bagaimana, Pak Davin? Saya ada sidang pagi ini. Mungkin akan sedikit
“Kita akan diskusikan itu nanti. Kita harus meneliti kasus ini. Rapat selesai, kembali ke pekerjaan kalian.” Aku memijit pelipis setelah semua pegawai keluar. Seperti biasa, Shasha tampil menjadi penyelamatku, wanita itu memberikan kenyamanan dan memijit keningku.***Meyyis***POV ShashaAku bertemu Arya di lorong saat mau ketoilet. Keningku mengkerut, setelahnya mulai mengerti. Rupanya, diam-diam Davin akan membantu Elsa untuk mendapatkan Arya kembali. Ini bagus, dengan begitu akan ada yang menjaga kakakku.“Arya? Kamu datang ke sini?” tanyaku.“Iya, big bos memanggilku.” Arya tersenyum. Lelaki itu masih sama. Selalu menawan dan rapi. Tubuhnya yang tinggi menjulang, pantas saja Elsa tidak dapat move on.Aku mempersilakan dirinya langsung ke ruangan Davin, karena mungkin dirinya sudah menunggu jika benar mamenggil Arya. Aku masuk ke toilet setelah itu. Setelah menyelesaikan hajat, kembali ke kubikan ruanga
“Lihatlah Davin melongo,” bisik Rania. Apa ada yang salah? Apakah dia tahu jika belakang gaun ini terdapat banyak peneliti aku tiba-tiba tidak percaya diri.POV Davin“Ada apa?” tanyaku. Penasaran masih juga menggerayangi jiwaku. Aku tahu kekasihku itu hanya meggodaku. Ia memang membuat aku sangat gemas kepadanya. “Dilarang bertanya,” katanya. “Biar aku yang menyetir. Matamu begitu merah, kamu boleh tidur,” ucapnya. Aku tahu ia adalah kekasihku yang super pengertian. Jika tidak begitu, mana mungkin aku tergila-gila padanya. Biar aku lihat lagi, ada apa sebenarnya di matanya? Ia selalu membuatku tidak dapat berpaling darinya.“Tidak,” ucapku. Aku laki-laki, kalau hanya bertahan sebenatar sampai kantor, masa tidak bisa? Ah, Dia keras kepala. Punggungku didorong ke arah kursi penumpang di samping kemudi. Setelah itu ia segera berlari memutar untuk masuk ke ruang kemudi.“Hari ini aku yang akan menjadi sopirmu. Itu kejutan pertamanya.” Ia tersenyum sambil mengenakan sabuk pengaman. Bib
“Maafkan aku, Cinta. Ini yang aku takutkan. Aku lelaki dewasa dan membutuhkan ini.” Aku kembali membungkus tubuhnya dengan selimut walau sejujurnya aku ingin melanjutkan. “Kuharap kamu mengerti. Tolong ….” Aku pergi meninggalkannya yang meringkuk di dalam selimut.***Meyyis***POV Shasha Jam dinding berbentuk kepala kelinci sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi aku segera bersih-bersih untuk melaksanakan salat malam yang tinggal beberapa menit lagi waktunya, menuju ke subuh. Setelah salat malam dan sedikit dzikir mulai terdengar suara azan. Aku melaksanakan salat dua rakaat dan keluar dari kamar untuk sekedar olahraga pagi. Davin sudah siap di taman belakang, melakukan pemanasan tanpa banyak bicara. Aku menyusulnya dan melakukan pemanasan juga. “Mau cobain kita jogging di trek taman depan?” tanyanya.“Yuk, aku ingin membeli sarapan,” ucapku.“Pingin sarapan apa?” tanyanya. “Bubur ayam di tepian itu sepertinya enak.” Davin mengangguk.“Baiklah, sebentar aku ambil dompet dulu.” Lelakiku
“Kamu sangat … please jangan seperti ini. Aku bisa mati penasaran.” Aku menggoyangkan telunjukku tanda memberinya kode bahwa dia tidak akan mendapatkan jawabannya sekarang. Ia terlihat kesal, akan tetapi menurut. Sebenarnya, aku sedikit merasa kasihan tetapi juga merasa senang, bisa sekali-kali ngerjain dia.***Meyyis***POV DAVINSetelah pesta usai, kami tentu pulang ke Indonesia. Kami beraktifitas seperti biasanya, akan tetapi akhir-akhir ini Sasha membuatku jengkel. Apa ia sudah tidak cinta lagi? sepertinya berubah, hal itu menjadi sering uring-uringan karena takut kehilangan dia. Leboh baik aku menghindar saja, biar ia merasa. Kalau tidak merasa juga, berarti memang sudah tidak mencintaiku. Apakah ada orang lain? Tidak mungkin … ia mencintaiku. Aku menghempaskan pikiran jahat yang menguasaiku.Dia memegang tangan, aku tahu itu trik untuk mengelabuhi, lebih baik aku menghempaskan tangannya saja. Tapi aku rindu memeluk tubuhnya, harum tubuhnya terutama bibirnya yang membuatku mabuk
“Kamu mau mengatakannya atau mendapatkan hukuman dariku.” Davin akan menciumku kembali, akan tetapi aku dorong. “Tidak malam ini. Aku tidak akan mengalah padamu. Kalau kamu memberi hukuman, berarti tidak akan aku beritahu apa yang aku persiapkan.” Aku tahu ia sangat kesal. Biarkan saja.***Meyyis***POV Shasha“Kamu memang benar-benar,” tutur Davin. Ia merasa sangat kesal dengan sang keksih, tapi juga gemas.“Oke, kali ini kamu harus kalah, dan harus mengalah aku ….” Kedua lengaku, lepas dari leher Davin, dan berhasil kabur darinya. “Biarkan saja ia kesal. Makanya jadi orang jangan suka ngambil kesimpulan cepat.” Aku menutup pintu kamar dan menguncinya. Suara tutukan sepatu terdengar menjauh dari kamarku. Aku yakin lelakiku itu akan berpikir sepanjang malam dan tidak bisa tidur. Biarkan saja, aku sangat suka menggodanya seperti itu.Esok hari, telah tiba sebelum ayam berkokok. Davin sudah mengetuk pintu kamarku. Aku yang baru saja bangun tidur bahkan belum sempat mencuci wajah, m
Tepuk tangan menggema di taman itu. Setelah sesi tukar cincin, maka selanjutnya mereka berjalan turun dari pelaminan untuk menemui tamu. Aku sudah siap dengan keranjang kalau mawar untuk ditaburi sepanjang jalan. Sampai di ujung karpet, Elsa melempar buket bunga. Kami berdesakan agar mendapatkan buket itu.***Meyyis***POV ShashaSetelah pesta berlangsung aku dan Davin pulang ke Indonesia. Kami beraktifitas seperti biasanya, akan tetapi akhir-akhir ini Davin menjadi sering uring-uringan. Aku tidak tahu kenapa? Bahkan hari ini dia dua kali marah. Davin memang berbeda dengan orang lain, dia kalau marah lebih suka diam. Ditanya diam dan menghindar. Aku mengingat-ingat salah apa hari ini, tetapi tidak juga menemukan kesalahanku. Kami sudah memasuki mobil untuk pulang ke rumah. Aku bermaksud untuk mengajaknya bicara sekarang, karena kami dalam wilayah santai sehingga akan sangat mudah berbicara dengannya.Aku memegang tangannya, akan tetapi Davin menghempaskan tanganku. Aku memilih untuk t
Aku tahu papa juga terharu melihat putri pertamanya sudah melangkah ke jenjang selanjutnya. Meskipun Papa menginginkan ini, aku yakin sebagai seorang ayah lelaki itu merasa dirampok ketika putrinya akan dinikahi oleh lelaki mana pun. Bisa dibilang, hati dan cintanya akan direbut oleh lelaki lain walaupun dalam konotasi yang berbeda.***Meyyis***POV ShashaPapa adalah orang Jawa tulen. Meskipun sekarang berada di Singapura, ia menghendaki suara gamelan, alih-alih lagu romantic. Maka saat Elsa keluar, walaupun menggunakan gaun bertema internasional, akan tetapi suara gamelan mulai terdengar. Hatiku ikut merasa tersenyum mendengar suara music pentatonic itu. Betapa indahnya, sebuah musik yang menjadi ciri khas Nusantara tersebut yang telah mengakar pada budaya kita.Aku menjadi pengiring pengantin mengikuti langkah pengantin dari belakang. Setelah sampai ke pelaminan, Papa menyerahkan tangan pada Arya yang sudah berdiri di atas pelaminan dengan jas putih yang menawan. Rambutnya tertata
“Aku bawa ke rumah Davin. Di rumahnya akan banyak kesedihan jika ia melihat kamar mama.” Aku tahu karena kekasihku itu sudah bicara sebelumnya. Aku tersenyum dengan interaksi kedua orang itu. Setelah mengetahui yang dibicarakan Arya, aku memilih hengkang dari tempatku mengintip.***Meyyis***POV ShashaIni adalah pernikahan yang diimpikan oleh Elsa setelah banyak rintangan dengan Arya. Hari ini saatnya kedua sejoli itu melangkah ke jenjang selanjutnya, mengikat janji suci dalam ikatan pernikahan. Bunga-bunga bernuansa putih sudah menghiasi nuansa taman golf tersebut.Pernikahannya dilakukan di Singapura karena mama dan papa berada di sini. Wanita yang menjadi kakakku dari ibu yang berbeda itu, kini sudah mengenakan gaun putih dengan hiasan kepala yang menjuntai. Dia sangat cantik dan menawan. Lekuk tubuhnya yang indah, tinggi badannya yang menjulang dan semampai membuatnya bak model.“Kak, kamu sangat cantik.” Aku memandang lekat ke mata indah kakakku itu. “Benarkah? Aku masih tidak
Aku ke dapur untuk membuat yang kupikirkan itu. Setelah dua sendok sereal masuk ke gelas, dua sendok susu coklat masuk juga. Air panas segera meluncur untuk menyatukan keduanya. Aroma khas coklat semakin memperparah rasa laparku. Aku mulai meniup makanan itu, menyendoknya mengarahkan ke mulut. Hmmm … ini lebih nikmat. Sesuap demi suap makanan itu tandas meluncur ke perutku. Ini lebih dari cukup.***Meyyis***POV DAVINTeleponku berbunyi. Aku tersenyum saat di layar terlihat Sayangku memanggil. Langsung saja tombol terima aku usap.“Iya, Sayang.” Sapaan terakhir tidak akan pernah lupa agar wanitaku itu merasakan bahwa aku memang sangat menggilainya.“Bagaimana korbannya?” tanyanya. Aku tahu, hanya alasan saja bertanya tentang korban kecelakaan yang sedang kami urus. Akan tetapi aku paham bahwa sebenarnya ia sangat ingin bersamaku.“Kamu kangen sama aku?” Langsung saja aku tembak dengan perkataan begitu agar ia makin berbunga-bunga. Aku yakin saat ini perutnya penuh dengan taman bunga y
“Aku melihat korban penuh darah, Sha. Bagaimana keadaannya. Ia kasihan banget. Seandainya kita satu mobil saat itu, Arya akan lebih tenang memandangku. Aku yang salah.” Aku ingin tertawa rasanya. Bagaimana bisa Arya menyetir sambil memandang Elsa. Pantas saja kecelakaan.***Meyyis***POV Shasha“Kamu kok malah ketawa?” Elsa menghapus air matanya.“Maaf … aku tertawa karena itu lucu, Kak. Arya benar-benar mencintaimu. Aku akan cari tahu untukmu bagaimana keadaan dari korban.” Aku mengelus pundak Elsa. Setelahnya, menelepon Davin untuk mengetahui keadaan sang korban.“Iya, Sayang.” Suara Davin memang selalu bikin baper.“Bagaimana korbannya?” tanyaku.“Kamu kangen sama aku?” ‘Kan? Dia memang selalu begitu. Tapi … sebenarnya kangen juga, sih?“Jangan mengalihkan perhatian. Bagaimana keadaannya. Elsa masih ketakutan.” Davin terdengar tertawa sedikit.“Dia sudah ditangani. Bilang sama kakakmu tenang saja. Arya sedang diintrogasi. Tim legal dari kantornya juga sudah datang untuk membebaska