Elsa terduduk di lantai dengan air yang membanjiri kepalanya. Sudah sekitar satu jam, Elsa berada di bawah guyuran air shower.
Elsa keluar dari kamar mandi. Wanita itu mengenakan baju selutut. Bahkan, Elsa tidak lagi memoles wajahnya.
***Meyyis***
POV Author
Elsa akan menemui Rara untuk memohon agar papanya dibolehkan untuk bertemu sang mama sekali saja. akan tetapi, wanita itu tidak tahu di mana mereka berada. Elsa datang ke kantor Davin pagi sekali, bahkan lelaki itu belum datang ke kantor. Wanita berambut curly tersebut menunggu di lobi.
Tidak berapa lama, Davin datang bersama dengan Shasha. “Sha, aku ada perlu sama kamu,” ucap Elsa.
“Katakan sekarang kalau mau bicara,” ucap Davin.
“Ini urusan keluarga, jadi aku mohon biarkan kami bicara berdua.” Elsa masih punya malu untuk membicarakan masalah keluarganya kepada orang lain.
“Bicara di depanku, atau tidak sama sekali!” Davin eb
“Aku bisa mengerti, terima kasih kamu mau membantuku. Aku benar-benar menyesal sudah pernah menyakitimu. Aku menyesal.” Elsa memeluk Shasha dengan penuh kelembutan. Shasha tahu jika suatu hari nanti ini akan terjadi, kakaknya akan kembali. Dirinya yang lembut, tidak pernah sedetik pun membenci sang kakak.***Meyyis***POV Shasha.Pagi ini terasa sangat lelah. Semalam tidurku tidak nyenyak. Aku sendiri tidak mengerti, seharusnya tidak seperti ini. Saat semua berjalan lancar, harusnya bahagia menyelimuti dan bisa tidur sangat nyenyak. Akan tetapi, nyatanya tidak. Hingga berefek letih dan lesu. “Nona Shasha, ada yang mencari Anda,” tutur salah satu satpam kepadaku.“Saya?” ulangku sambil menunjuk pada diriku sendiri.“Iya, Nona. Siapa, Pak?” Satpam tersebut menunjukkan ke arah resepsionis, di ruang tunggu. Mataku menyapa sesosok yang sangat kukenal. “Elsa?” batinku. Kami sedikit berjala
Elsa memeluku dengan penuh kelembutan. Aku tahu, suatu hari nanti dia akan kembali. Pelukan ini yang dulu kurasakan. Pelukan ini, yang selalu kunantikan kembali. Terima kasih Tuhan, sudah membawa kakakku kembali.***Meyyis***Pov Davin.Aku tersenyum melihat kebaikan kekasihku itu. Inilah, mengapa aku tidaj bisa mengganti dirinya dengan orang lain. Terlalu lembut wanita ini untuk digantikan. Tidak berapa lama, Shasha masuk ke ruangannya. Aku memilih untuk pura-pura tidak mengetahui kejadian dirinya dan Elsa.“Kamu sudah di ruangan? Tolong bawakan berkas untuk rapat dengan pemegang saham hari ini,” titahku. Aku tidak akan bertanya apa pun, jika dirinya tidak menceritakan semuanya.“Baik,” ucapnya di sambungan telepon. Suara ketukan terdengar, hingga aku menyuruh sang pengetuk untuk masuk. Terlihat kekasihku itu membawa map hitam kemungkinan berisi berkas yang kuminta. Senyumku menyambutnya, tapi hanya segaris dirinya&nb
“Mau balapan sama aku?” tanyaku karena memang datang sendiri.“Di dalam ada Ramon. Sepertinya sepadan denganmu. Dia juga sedang kesal sepertinya.” Aku sedikit tersenyum mendengar ada seorang teman yang dapat diajak duel saat ini.Aku melangkah ke ruang ganti. Terlihat Ramon sudah berganti kostum. Kini, giliranku untuk berganti pakaian.***Meyyis***POV Shasha.Aku mengikuti Kak Elsa ke rumah. Masih sama seperti dulu, ketika kami pergi dari rumah itu. Aku memejamkan mata, mengingat betapa saat itu sangat dramatis. Aku dan mama diusir oleh papa karena perintah dari Mama Sabrina. Dadaku bergetar, tangan gemetar. Akan tetapi, saat ini Mama Sabrina di dalam sana sedang membutuhkan kami.Kami menjejaki lantai marmer, hingga sampai di kamar utama. Aku memejamkan mata sebelum akhirnya Elsa membuka pintu kamar tersbut. Mama Sabrina hanya ketakutan di pojok, membuat air mataku mengalir deras. “Ma, Shasha
“Sudah, sudah tidak apa-apa, ayo kembali. Nanti aku ceritakan.” Untung saja, Davin mau mendengarkanku. Aku menutup pintu mobil setelah Davin mau masuk ke dalam. Ia sedang emosi, biarkan kali ini aku yang menyetir. Davin masih terlihat penasaran. Biarkan saja, nanti saat sampai di kantor baru aku jelaskan. Aku hanya tersenyum melihat dirinya sudah mirip langit mendung.***Meyyis***POV Davin“Kamu di sini?” tanya Shasha. Aduh aku ketahuan, pdahal tadinya hanya ingin melihatnya dari arah jauh, untuk berjaga-jaga kalau Elsa menyakitinya.“Aku kebetulan lewat, lihat mobilmu berhenti saja. sudah selesai?” tanyaku pura-pura. Semoga saja, dirinya tidak menyadarinya.“Sudah.” Ia berusaha tersenyum, ah memang kekasihku itu pandai menyembunyikan keluhannya. Pasti Elsa sudah menganiayanya. Kapan kamu akan sedikit jahat sama kakak tirimu itu? Sbenarnya terbuat dari apa hatumu? Hingga bisa mema
“Masih ngambek?” Shasha bangkit, bahkan tanpa memandangku. Tangannya aku tarik agar berada di pelukanku.“Sepertinya memang kamu menginginkan ini.” Aku mendorongnya ke meja, mendudukkannya. Kedua kakinya, di antara pahaku sehingga dirinya tidak bisa bergerak.“Kenapa marah? Aku tahu obatnya.” Aku menciumnya singkat. ***Meyyis***POV ShashaMalam ini, aku tidak pulang ke rumah Davin. Elsa membutuhkanku. Aku harus menemaninya agar lebih tenang.“Kalian sudah makan?” tanyaku saat masuk ke dalam rumah. Sebelum sampai tadi aku meminta Davin agar mampir ke restoran sebelum sampai ke rumah. Aku yakin, Elsa pasti belum makan.“Belum, bagaimana bisa makan. Jika mama seperti itu?” Elsa kembali menangis lagi.“Jangan menangis lagi, Kak. Kamu harus kuat. Bagaimana mama Sabrina akan menghadapinya jika kamu saja tidak bisa menghadapinya?” Aku meletakkan bungkusan
“Kamu tahu, aku selalu iri dengan kisah hidup Mama Rara dan Papa. Tidak seindah kidah Mama Sabrina dan Papa. Mereka memiliki romantisme yang tidak terbatas,” tuturnya. Aku memandang kearah wajahnya.***Meyyis***POV DAVINMalam ini, aku sendirian berada di beranda rumah. Memandang rembulan, terasa hambar tanpa dirinya. Mengapa rindu terasa sangat menyiksa. Menikah dengannya, mungkin setelah itu kami tidak akan terpisah. Sungguh, aku mirip ABG yang jatuh cinta. Setiap wakti, hanya berpikir tentangnya.Setelah aku memutuskan sambungan, terdengar dering ponselku. Ternyata, itu kembaranku. Aku mengeser tombol jawab. “Ada apa pengantin baru?” Terdengar suara tawa dari Devan.“Keluar, yuk. Aku pingin main bilyard,” ucapnya.“Tunggu aku.” Ini kesempatan punya teman, agar tidak terlalu merindukannya. Tanganku menarik jas yang ada di gantungan, meraih kunci mobil. Kakiku berlari untuk mencapai rua
“Kamu yang lebih kenal dengan karakter wanita. Aku tidak pernah kenal dengan siapa pun kecuali Shasha dan Shafira. Coba bicarakan lagi,” tuturku. Kami saling melepas pandang ke arah barisan minuman berharga jutaan itu. Minuman yang tidak ingin sama sekali kurasakan seharum apa pun, sehebat apa pun jenisnya.***Meyyis***POV ShashaPagi ini aku merasakan lesu yang luar biasa. Akan tetapi, mau minta cuti tidak enak karena masih banyak proyek yang harus di tangani. Davin pasti kewalahan jika aku tidak ada. Maka, bersusaha baik-baik saja adalah hal yang terbaik.“Sayang, kamu pucet banget?” ucap Davin.“Tidak apa-apa, mungkin hanya sedikit kelelahan,” kataku berbohong.“Jangan dipaksakan.” Aku mengangguk. Padahal, demi Tuhan, kepalaku rasa mau pecah.Davin masuk kembali ke ruangannya. Sedangkan kepalaku tidak lagi dapat terkondisi. Kakiku melangkah kea rah foto kopian, karena harus mengganda
“Belum, nanti akan rapat dengan klien dari Medan, sekalian saja. Mereka pasti juga belum makan, karena baru tiba dari bandara.” Aku mengangguk. Akhirnya, setelah menyelesaikan makan siangku, Davin pamit untuk bertemu dengan klien. Aku memilih untuk memjamkan mata, tidur siang setelah Davin menutup pintu ruangan itu.***Meyyis***“Sayang, kamu pucet banget?” ucap Davin. Aku yakin bahwa kekasihku itu sangat stress dan juga kelelahan mengurus mama tirinya. Demi Tuhan, jika mau aku tidak akan mengizinkan. Akan tetapi saat ini aku sedang tidak ingin berdeba denganya. Dirinya pasti menolak usulanku.“Tidak apa-apa, mungkin hanya sedikit kelelahan,” katanya. Aku tahu, dirinya hanya berbohong.“Jangan dipaksakan.” Dia mengangguk. Tapi justru hal itu membuatku sangat khawatir dengannya. Akawn tetapi, aku memilih masuk kembali ke ruangan. Berulang kali aku mengintip, kali ini ia melangkah ke arah foto kopian, ka
“Lihatlah Davin melongo,” bisik Rania. Apa ada yang salah? Apakah dia tahu jika belakang gaun ini terdapat banyak peneliti aku tiba-tiba tidak percaya diri.POV Davin“Ada apa?” tanyaku. Penasaran masih juga menggerayangi jiwaku. Aku tahu kekasihku itu hanya meggodaku. Ia memang membuat aku sangat gemas kepadanya. “Dilarang bertanya,” katanya. “Biar aku yang menyetir. Matamu begitu merah, kamu boleh tidur,” ucapnya. Aku tahu ia adalah kekasihku yang super pengertian. Jika tidak begitu, mana mungkin aku tergila-gila padanya. Biar aku lihat lagi, ada apa sebenarnya di matanya? Ia selalu membuatku tidak dapat berpaling darinya.“Tidak,” ucapku. Aku laki-laki, kalau hanya bertahan sebenatar sampai kantor, masa tidak bisa? Ah, Dia keras kepala. Punggungku didorong ke arah kursi penumpang di samping kemudi. Setelah itu ia segera berlari memutar untuk masuk ke ruang kemudi.“Hari ini aku yang akan menjadi sopirmu. Itu kejutan pertamanya.” Ia tersenyum sambil mengenakan sabuk pengaman. Bib
“Maafkan aku, Cinta. Ini yang aku takutkan. Aku lelaki dewasa dan membutuhkan ini.” Aku kembali membungkus tubuhnya dengan selimut walau sejujurnya aku ingin melanjutkan. “Kuharap kamu mengerti. Tolong ….” Aku pergi meninggalkannya yang meringkuk di dalam selimut.***Meyyis***POV Shasha Jam dinding berbentuk kepala kelinci sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi aku segera bersih-bersih untuk melaksanakan salat malam yang tinggal beberapa menit lagi waktunya, menuju ke subuh. Setelah salat malam dan sedikit dzikir mulai terdengar suara azan. Aku melaksanakan salat dua rakaat dan keluar dari kamar untuk sekedar olahraga pagi. Davin sudah siap di taman belakang, melakukan pemanasan tanpa banyak bicara. Aku menyusulnya dan melakukan pemanasan juga. “Mau cobain kita jogging di trek taman depan?” tanyanya.“Yuk, aku ingin membeli sarapan,” ucapku.“Pingin sarapan apa?” tanyanya. “Bubur ayam di tepian itu sepertinya enak.” Davin mengangguk.“Baiklah, sebentar aku ambil dompet dulu.” Lelakiku
“Kamu sangat … please jangan seperti ini. Aku bisa mati penasaran.” Aku menggoyangkan telunjukku tanda memberinya kode bahwa dia tidak akan mendapatkan jawabannya sekarang. Ia terlihat kesal, akan tetapi menurut. Sebenarnya, aku sedikit merasa kasihan tetapi juga merasa senang, bisa sekali-kali ngerjain dia.***Meyyis***POV DAVINSetelah pesta usai, kami tentu pulang ke Indonesia. Kami beraktifitas seperti biasanya, akan tetapi akhir-akhir ini Sasha membuatku jengkel. Apa ia sudah tidak cinta lagi? sepertinya berubah, hal itu menjadi sering uring-uringan karena takut kehilangan dia. Leboh baik aku menghindar saja, biar ia merasa. Kalau tidak merasa juga, berarti memang sudah tidak mencintaiku. Apakah ada orang lain? Tidak mungkin … ia mencintaiku. Aku menghempaskan pikiran jahat yang menguasaiku.Dia memegang tangan, aku tahu itu trik untuk mengelabuhi, lebih baik aku menghempaskan tangannya saja. Tapi aku rindu memeluk tubuhnya, harum tubuhnya terutama bibirnya yang membuatku mabuk
“Kamu mau mengatakannya atau mendapatkan hukuman dariku.” Davin akan menciumku kembali, akan tetapi aku dorong. “Tidak malam ini. Aku tidak akan mengalah padamu. Kalau kamu memberi hukuman, berarti tidak akan aku beritahu apa yang aku persiapkan.” Aku tahu ia sangat kesal. Biarkan saja.***Meyyis***POV Shasha“Kamu memang benar-benar,” tutur Davin. Ia merasa sangat kesal dengan sang keksih, tapi juga gemas.“Oke, kali ini kamu harus kalah, dan harus mengalah aku ….” Kedua lengaku, lepas dari leher Davin, dan berhasil kabur darinya. “Biarkan saja ia kesal. Makanya jadi orang jangan suka ngambil kesimpulan cepat.” Aku menutup pintu kamar dan menguncinya. Suara tutukan sepatu terdengar menjauh dari kamarku. Aku yakin lelakiku itu akan berpikir sepanjang malam dan tidak bisa tidur. Biarkan saja, aku sangat suka menggodanya seperti itu.Esok hari, telah tiba sebelum ayam berkokok. Davin sudah mengetuk pintu kamarku. Aku yang baru saja bangun tidur bahkan belum sempat mencuci wajah, m
Tepuk tangan menggema di taman itu. Setelah sesi tukar cincin, maka selanjutnya mereka berjalan turun dari pelaminan untuk menemui tamu. Aku sudah siap dengan keranjang kalau mawar untuk ditaburi sepanjang jalan. Sampai di ujung karpet, Elsa melempar buket bunga. Kami berdesakan agar mendapatkan buket itu.***Meyyis***POV ShashaSetelah pesta berlangsung aku dan Davin pulang ke Indonesia. Kami beraktifitas seperti biasanya, akan tetapi akhir-akhir ini Davin menjadi sering uring-uringan. Aku tidak tahu kenapa? Bahkan hari ini dia dua kali marah. Davin memang berbeda dengan orang lain, dia kalau marah lebih suka diam. Ditanya diam dan menghindar. Aku mengingat-ingat salah apa hari ini, tetapi tidak juga menemukan kesalahanku. Kami sudah memasuki mobil untuk pulang ke rumah. Aku bermaksud untuk mengajaknya bicara sekarang, karena kami dalam wilayah santai sehingga akan sangat mudah berbicara dengannya.Aku memegang tangannya, akan tetapi Davin menghempaskan tanganku. Aku memilih untuk t
Aku tahu papa juga terharu melihat putri pertamanya sudah melangkah ke jenjang selanjutnya. Meskipun Papa menginginkan ini, aku yakin sebagai seorang ayah lelaki itu merasa dirampok ketika putrinya akan dinikahi oleh lelaki mana pun. Bisa dibilang, hati dan cintanya akan direbut oleh lelaki lain walaupun dalam konotasi yang berbeda.***Meyyis***POV ShashaPapa adalah orang Jawa tulen. Meskipun sekarang berada di Singapura, ia menghendaki suara gamelan, alih-alih lagu romantic. Maka saat Elsa keluar, walaupun menggunakan gaun bertema internasional, akan tetapi suara gamelan mulai terdengar. Hatiku ikut merasa tersenyum mendengar suara music pentatonic itu. Betapa indahnya, sebuah musik yang menjadi ciri khas Nusantara tersebut yang telah mengakar pada budaya kita.Aku menjadi pengiring pengantin mengikuti langkah pengantin dari belakang. Setelah sampai ke pelaminan, Papa menyerahkan tangan pada Arya yang sudah berdiri di atas pelaminan dengan jas putih yang menawan. Rambutnya tertata
“Aku bawa ke rumah Davin. Di rumahnya akan banyak kesedihan jika ia melihat kamar mama.” Aku tahu karena kekasihku itu sudah bicara sebelumnya. Aku tersenyum dengan interaksi kedua orang itu. Setelah mengetahui yang dibicarakan Arya, aku memilih hengkang dari tempatku mengintip.***Meyyis***POV ShashaIni adalah pernikahan yang diimpikan oleh Elsa setelah banyak rintangan dengan Arya. Hari ini saatnya kedua sejoli itu melangkah ke jenjang selanjutnya, mengikat janji suci dalam ikatan pernikahan. Bunga-bunga bernuansa putih sudah menghiasi nuansa taman golf tersebut.Pernikahannya dilakukan di Singapura karena mama dan papa berada di sini. Wanita yang menjadi kakakku dari ibu yang berbeda itu, kini sudah mengenakan gaun putih dengan hiasan kepala yang menjuntai. Dia sangat cantik dan menawan. Lekuk tubuhnya yang indah, tinggi badannya yang menjulang dan semampai membuatnya bak model.“Kak, kamu sangat cantik.” Aku memandang lekat ke mata indah kakakku itu. “Benarkah? Aku masih tidak
Aku ke dapur untuk membuat yang kupikirkan itu. Setelah dua sendok sereal masuk ke gelas, dua sendok susu coklat masuk juga. Air panas segera meluncur untuk menyatukan keduanya. Aroma khas coklat semakin memperparah rasa laparku. Aku mulai meniup makanan itu, menyendoknya mengarahkan ke mulut. Hmmm … ini lebih nikmat. Sesuap demi suap makanan itu tandas meluncur ke perutku. Ini lebih dari cukup.***Meyyis***POV DAVINTeleponku berbunyi. Aku tersenyum saat di layar terlihat Sayangku memanggil. Langsung saja tombol terima aku usap.“Iya, Sayang.” Sapaan terakhir tidak akan pernah lupa agar wanitaku itu merasakan bahwa aku memang sangat menggilainya.“Bagaimana korbannya?” tanyanya. Aku tahu, hanya alasan saja bertanya tentang korban kecelakaan yang sedang kami urus. Akan tetapi aku paham bahwa sebenarnya ia sangat ingin bersamaku.“Kamu kangen sama aku?” Langsung saja aku tembak dengan perkataan begitu agar ia makin berbunga-bunga. Aku yakin saat ini perutnya penuh dengan taman bunga y
“Aku melihat korban penuh darah, Sha. Bagaimana keadaannya. Ia kasihan banget. Seandainya kita satu mobil saat itu, Arya akan lebih tenang memandangku. Aku yang salah.” Aku ingin tertawa rasanya. Bagaimana bisa Arya menyetir sambil memandang Elsa. Pantas saja kecelakaan.***Meyyis***POV Shasha“Kamu kok malah ketawa?” Elsa menghapus air matanya.“Maaf … aku tertawa karena itu lucu, Kak. Arya benar-benar mencintaimu. Aku akan cari tahu untukmu bagaimana keadaan dari korban.” Aku mengelus pundak Elsa. Setelahnya, menelepon Davin untuk mengetahui keadaan sang korban.“Iya, Sayang.” Suara Davin memang selalu bikin baper.“Bagaimana korbannya?” tanyaku.“Kamu kangen sama aku?” ‘Kan? Dia memang selalu begitu. Tapi … sebenarnya kangen juga, sih?“Jangan mengalihkan perhatian. Bagaimana keadaannya. Elsa masih ketakutan.” Davin terdengar tertawa sedikit.“Dia sudah ditangani. Bilang sama kakakmu tenang saja. Arya sedang diintrogasi. Tim legal dari kantornya juga sudah datang untuk membebaska