Home / CEO / Ojol Menantu CEO / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Ojol Menantu CEO: Chapter 161 - Chapter 170

345 Chapters

Move On

“Maaf, Nona Rara. Apa saya bisa mewakili bos saya, dia sedang tidak konsen. Sebaiknya Anda kirim filenya ke kami biar bisa kami pelajari.” Tidak lama Bayu bergabung kembali dengan mereka. “Maaf, ya? Sampai mana rapatnya?” Bayu menghempaskan tubuhnya di kursi, sedangkan Rara pamit ke toilet untuk buang air kecil. Saat Rara ke toilet, sekretarisnya Ajisaka juga mengikuti. Dia paham bahwa bosnya tersebut sepertinya menyukai Rara.  “Nona Rara,” panggil Davina.  “Nona Davina,” sapa Rara.  “Sepertinya kita terlalu kaku. Bagaimana kalau kita tinggalkan sejenak ke formaan dan mencoba menjadi pribadi yang hangat.” Rara menoleh ke arah Davina. “Begitu juga boleh, apakah rapat ini akan segera diselesaikan tanpa hasil? Atau memang akan diselesaikan lain hari.” Melihat Ajisaka yang sepe
Read more

Gugup

“Tidak! Aku ingin move on.” Ajisaka menyesap kopinya.  “Oke, aku akan coba bantu bilang sama Pak Handoyo sebagai sang ayah, tapi kalau ketahuan kamu hanya ingin menjadikan Rara sebagai pelarian saja, aku orang pertama yang akan membunuhmu.” Ajisaka mengangguk. Bayu mencolek tangan Ajisaka ketika dua sekretaris itu terlihat berjalan mendekati meja. Dua sekretaris itu sudah kembali kemeja makan. Mereka mulai makan sambil sesekali melemparkan candaan. Kecuali Rara yang hanya diam saja. Setelah selesai makan, mereka membahas tentang proyek tersebut. Namun beberapa kali Ajisaka tidak konsentrasi sehingga Bayu menyarankan untuk menunda rapat antara mereka. Bayu menggelengkan kepalanya. “Mungkin memang Ajisaka ada rasa dengan Rara,” batin Bayu.  “Oke, rapat hari ini kita sudahi, aku juga sudah Lelah. Hari ini bangak sangat yang harus diurus. Ra, kamu ‘kan satu ar
Read more

Hampir Saja

“Tidak sama sekali, tidak merepotkan. Lagi pula kita searah, kok. Bahkan rumahku lebih jauh dari rumahmu. Tapi kita mengantarkan Davina dulu ke rumahnya nggak papa ‘kan?” Rara mengangguk tanda setuju. Walau sebenarnya penuh dnegan kegamangan. Jujur Saja Ini pertama kali setelah Bayu dia dekat dengan orang yang memiliki posisi bagus di perusahaan. Bukan dia silau, namun sangat takut di cap sebagai aji mumpung. Rara tidak punya banyak teman, dia sudah menjadi bahan gossip di semua lini di kantor. Jangan sampai kedekatannya dengan Ajisaka juga menambah daftar gossip yang dia ciptakan. Selain itu, menurut kabar burung yang diterima, para Bos itu selalu meminta lebih ketika berdekatan dengan wanita.   Mereka akhirnya bersama dalam diam. Hanya Davina yang sesekali melemparkan candaan dan dibalas oleh mereka dengan senyuman. Aji merasa sedikit kesel karena hanya menjadi obat nyamuk saat Davina dan juga Rara terlibat pembicaraan. Mereka bahkan tertawa ceria Ajisaka meli
Read more

PDKT

Hai Readers ... mana suaranya? Kok nggak kedengeran? “Awas!” Ajisaka banting stir ke kiri.  “Kan hampir saja aku jatuh dan hampir juga kita celaka. Ini bahaya, loh.”  “Oke,  aku akan menepi sebentar. Kamu pindah.” Akhirnya Ajisaka menepi, membuat Rara terpaksa turun dan berpindah ke depan mengikuti kemauan Ajisaka. Jangan ditanya, efek dari hampir kecelakaan tadi. Rara masih saja bergemuruh dadanya. Ajisaka menepikan mobilnya sehingga Rara pindah ke depan lelaki itu menyunggingkan senyumnya melihat  Rara yang duduk di sampingnya. Tangan kiri Ajisaka meraih radio tip  dan memutar lagu, mengganti lagu menjadi lagu romantis. Karena dari tadi yang berdendang adalah lagu-lagu broken heart kesukaan dari sekretarisnya, yaitu Davina. Sejujurnya Ajisaka memang kaku dan lurus. Maka dari itu kemungkinan Sabrina tidak menyukainya. Teta
Read more

Bayangan

“Tidak ada, lain kali bolehkan jika aku kenalan sama Ayah kamu?” Rara mengangguk. Tidak terasa sudah sampai rumahnya. Rara tersenyum dan berterima kasih. Sebelum dia turun, Ajisaka mencegahnya. Hai Readers, komen dong. Biar aku semangat. “Boleh kita ketemu lagi?” Lelaki itu seperti tidak rela berpisah. “Ya memang harus ketemu lagi, kita ‘kan terlibat proyek, Mas?” Ajisaka tiba-tiba merasa bodoh ada di dekat wanita itu. “Pak Bayu nganterin kamu, Nduk.” Rara melonjak ketika ayahnya Tuan Handoyo menegurnya.  “Ah, Papa. Bikin kaget aja. Bukan Pak Bayu, Pa. Tapi temennya hati-hati lho, Nduk? Sama orang-orang kaya itu.” Lelaki paruh baya itu memperingatkan anaknya.  “Iya, Pa. Ini juga kalau nggak Pak Bayu yang maksain untuk nganterin aku juga, aku nggak mau. Masa iya
Read more

Tenang Saja

Hai Readers apa kabar? Kalian baik 'kan? Komen yuk. Lain Rara lain pula Ajisaka, dia menyetir sedikit ngebut untuk bisa sampai ke rumahnya. Rasanya dia ingin ngobrol banyak dengan Bayu tentang perkembangan PDKT-nya dengan asistennya tersebut. Senyum sumringah Ajisaka luntur ketika melihat siapa yang tengah bermain dengan Putri kecilnya.  “Sudah pulang, Mas.” Ajisaka tidak merespon.  “Elsa Sudah mandi, Sayang?” Anak berumur enam tahun itu berlari dan membenturkan tubuhnya ke arah lelaki yang disebutnya papa.   “Sudah, Papa. Di dimandiin sama Mbok Darmi.” Ajisaka membuang wajahnya, untuk menyembunyikan marah.  “Sabrina, Sabrina bahkan memandikan anak saja dia tidak mau ,” batin Aji. “Ya sudah, Papa istirahat dulu, ya, Sayang. Papa masih kotor.” Ajisaka melenggang pe
Read more

Terbayang

“Jadi kamu berpikir begitu?  Oke baiklah. Aku lebih mantap menceraikanmu. Kou jangan khawatir, Kalau kau ingin rumah ini maka aku akan pergi dari sini.” Ajisaka melepaskan cekalan tangan Sabrina kemudian masuk ke dalam kamarnya. Sabrina hanya bisa tersenyum  miring karena perubahan suaminya tapi sejurus kemudian dia menyesalinya. Sepertinya Rara memang sudah masuk ke dalam pikiran Ajisaka. Lelaki itu sekarang sedang melepas jasnya dan membuang asal ke arah keranjang pakaian. Tapi sekelebat terus saja, senyum Rara menghampiri pikirannya. Setelah itu menghempaskan tubuhnya di atas ranjang nomor satu itu. ranjang yang dulu menjadi saksi pergulatannya dengan sang istri. Rancang yang menjadi madu dan malam-malam penuh keindahan bersama Sabrina. Selalu dia rindukan saat berangkat kerja, dan tidak ingin beranjak saat tubuh seksi itu ada dalam pelukannya. Tapi sekarang, tidak lagi.  Dia menepuk kepalanya sendiri karena lup
Read more

Pertemuan

“Ya nggak papa, Mas.” Sabrina yang menjawab. “Nadia? Bagaimana?” “Iya, Pa. Nggak apa-apa.” Ajisaka mencium kening Nadia kemudian melenggang pergi. Ajisaka melenggang pergi keluar rumah. Dia menaiki mobil mewahnya untuk pergi ke restoran yang ingin dikunjungi. Dengan sedikit bersiul dia memutar lagu-lagu, lagu Jatuh Cinta sebagai perwakilan dari hatinya. Setelah yakin itu restoran yang ingin dituju, maka dia memarkirkan mobilnya dan turun untuk menuju masuk ke dalam restoran itu. Sepertinya sebuah kebetulan yang cantik, di sana sudah ada Rara Dan juga ayahnya.  “Assalamualaikum,” sapa dari Ajisaka. Rara melonjak karena kaget, sedang Handoyo hanya menatap mengernyitkan dahi.   “Waalaikumsalam.” Jawab Handoyo dan Rara hampir bebarengan.  “Selamat malam, Om. Boleh saya bergabung
Read more

Rencana Licik

Esok harinya, Sabrina mulai beraksi. Dia mencari informasi sedetail-detailnya tentang wanita yang dekat dengan suaminya. Rasanya, dia ingin mencekik wanita itu. Dia mengenakan topi lebar untuk menyamarkan wajahnya. Dia duduk diam di seberang jalan, menunggu Rara untuk keluar. Dari kejauhan, Sabrina melihat Rara keluar. Dia belum beraksi, hanya masih menyelidiki saja. Terlihat Rara dengan seorang laki-laki keluar dari gedung itu. Dia mengikuti dari belakang. “Dia dengan siapa, ya? Mungkin bosnya. Kau tidak akan lolos dariku, wanita sundal. Kamu sudah membuat ATM berjalanku berpaling padamu.” Sabrina tersenyum miring. Wanita itu mengikuti mobil yang membawa serta Rara dan juga lelaki itu. Lelaki yang tampak gagah dan kaya. Sabrina tiba-tiba ingin sekali memiliki lelaki itu. Sepertinya, kalau dia melepaskan Ajisaka tidak masalah, tapi akan sebaiknya mendapatkan lelaki tinggi tegap itu. Juga sepertinya lebih kaya dari suaminya itu.
Read more

Boleh Nggak?

Ajisaka kebetulan melihat aksi dari istrinya yang sebenarnya mantan. Dia akan memberitahukan Bayu, agar sahabatnya itu tidak terkena tipu daya wanita licik itu. Memang seharusnya Bayu sudah mengenali Sabrina. Karena mereka dulu satu SMA. Namun, sepertinya Sabrina sendiri pangling dengan Bayu. “Sorry baik gue telat,” ucap Ajisaka. Dia bersalaman dengan Bayu dan juga dengan Rara. Saat bersalaman dengan Rara, pandangannya fokus tertuju ke matanya. Sepertinya ada getaran berbeda antara mereka. Beberapa detik kemudian Bayu membuyarkan pandangan. Mereka saling melepaskan diri dengan satu deheman yang di lakukan Bayu.  “Terpesonanya nanti ya, Ji? Kita kerja dulu.” Aji melepaskan tangannya, kemudian duduk di sebelah sekertarisnya, Davina. Davina memulai presentasinya sedangkan Bayu mendengarkan dengan seksama. Sepanjang presentasi, Aji selalu memandang ke arah Rara sehingga membuat wanita itu salah tingkah. Hingga akhirn
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
35
DMCA.com Protection Status