Home / CEO / Ojol Menantu CEO / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Ojol Menantu CEO: Chapter 151 - Chapter 160

345 Chapters

Rasa Sakit

“Oh, gini aja. Mama mana, mama?” Eliana nampak melongok ke dalam kamar Nilam.  “Mama ada di kamar nemenin Nilam yang sedang merintih kesakitan.” Eliana kembali ke luar.  “Ya, udah gini, ya? Mama sama Papa suruh ke sana dulu. Nanti mungkin waktu istirahat siang aku akan menyusul ke rumah sakit.”  “Bener ya?” Eliana memastikan.   “Iya nanti ya,  kalau nggak … nungguin Si Toni  datang. Dia juga nggak masuk karena  istrinya juga sakit. Mas bener-bener nggak bisa ninggalin.” Dalm kalimatnya, benar-benar Bayu meminta pengertian dan tolong kepada istri tercintanya.  “Ya udah baiklah.” Eliana menekan tombol selesai kemudian Kembali lagi ke dalam. “Hufff, aduhhh, Ma. Sakit banget,” rintih Nilam. “Sab
Read more

Mulai Mengejan

Malam ini Bayu pulang agak larut. Dia sangat lelah sekali. Sebenarnya, dia akan ke rumah sakit tapi tidak jadi. sebab hari ini Toni tidak hadir ke perusahaan. Saat siang tadi, dia sudah menghubungi istrinya yang berada di rumah sakit menunggui Nilam.  Kedua mertuanya dan ibunya juga sudah ada di sana. Saat Nilam konteraksi, maka ibunya segera dipanggil. “Ma, sakit sekali.” Nilam meringis merasakan sakit. Rasanya sampai ke ubun-ubun. Jadi seperti ini rasanya. Demikian hati Nilam berkata. Apalagi usianya juga masih dua puluh satu tahun. Walau sudah pantas untuk mengandung dan melahirkan, namun tetap saja mentalnya belum sekuat wanita dewasa. “Iya, Sayang. Mama tahu, ini sangat sakit. Tapi kamu harus kuat. Kata suster, ini sebenarnya sudah pembukaan akhir, tapi kenapa nggak keluar-keluar.” Ibunya Bayu, Mira … sangat kalut. Apalagi menantunya Irwan belum juga keluar dari ruang operasi. &nb
Read more

Melahirkan

 “Sayang, maafkan aku. Padahal HPL-nya masih kurang tiga minggu lagi.” Melihat istrinya yang sudahpucat pasi, Irwan sangat kahwatir.  “Bagaimanakan kondisinya ini, Ran. Kok dia pucet banget.” Irwn bertanya pada dokternya.  “Sudah tinggal sekali lagi mengejan, Dok.” Irwan mengangguk.Irwan Kembali focus pada istrinya dan mengelap dahi istrinya yang berkeringat. “Baiklah, Sayang.  Tarik napasmu lebih dalam … bagus …, lebih dalam lagi, Sayang … mengejan sekarang!” “Aaa ….” “Ah, napasnya nggak kuat, Dok ….” Irwan nampak khawatir.  “Kita coba lagi, Sayang. Ya bagus … tarik lagi, Sayang … biarkan bayi mengejan, jangan ditahan. Aku nggak tega, Ran … Sayang, kita Caesar saja, ya?” Nilam menggeleng
Read more

Terima Kasih Sayang

 “Aku minta maaf, mungkin anak kita menungguku.” Irwan berkali-kali mengusap puncak kepala sang istri.  “Tidak papa, Mas. Aku memang kesel sama kamu. Aku ngedumel, tapi sebenarnya karena merasakan sakit saja. Aku berterima kasih, akhirnya kamu bisa datang tepat waktu.” Terlihat si kecil terlelap dalam dekapan ibunya. “Dokter Irwan, bantu istri Anda merangsang ASI agar keluar, dengan cara memijit lembut puncak putingnya seperti ini.” Dokter Rani memberikan saran.  “Setelah bayi diadzani dan dikhomati,  maka suster akan membawa ke incubator setelah dibersihkan. Silakan dokter lakukan prosesnya.” Maka Irwan mengangguk dan melakukannya. Dia sedikit serak sebab menangis bahagia. “Kami akan membawanya pergi untuk di bersihkan, Dokter.” Suster membawa bayi itu dari ruangan untuk dibersihkan. “Suster, V
Read more

Rambut Basah

“Oke, oke.” Irwan mengacungkan jempol pada tim medis, kemudian focus dengan sang istri. Dia tidak hentinya mengucap terima kasih karena sudah menghadiahi bayi mungil yang lucu. Bayi perempuan yang sangat cantik dengan rambut lebat. Panjangnya lima puluh dua dengan berat tiga koma dua kilo. Rasa syukur tidak hentinya Irwan panjatkan. ***Meyyis_GN*** Bayu merebahkan diri di kamarnya setelah selesai bersih-bersih. Rasanya pinggang sudah mau lepaas hari ini. Dia mengingat waktu dulu menjadi karyawan. Rasanya biasa saja, waktu berkas setumpuk di hadapannya. Tapi sekarang, kepala berdenyut lihat  setumpuk deretan berkas dalam fil, karena memang secara online. Sayup-sayup, lama-lama matanya meremang dan akhirnya terlelap.  Tidak Berapa lama, Eliana datang dari rumah sakit. Dia langsung saja mandi karena merasakan tubuhnya sungguh lengket sekali dan bau. Tubuhnya yang kaku karena seharian yang tegang sebab
Read more

Kangen (21+)

 “Kangen denganku, nggak?” Bayu menciumi rambut yang baru dikerigkan itu. Aroma shampo khas istrinya menyeruak ke indra penciumannya, membuat dirinya ingin terus menciuminya.  “Aku kira sudah tidur.” Eliana membalik tubuhnya, sehingga dapat melihat wajah suaminya yang begitu selalu dirindukan. Napas mereka saling beradu. Satu lumatan selamat datang meremas bibir kenyal sang istri. Eliana menutup matanya, tanda mengijinkan. Bayu melepaskan ciumannya dan membiarkan istrinya mempersiapkan oksigen untuk serangan ke dua.  “Tadi sudah, tapi aku kebangun dengar kamu nyalain pengering rambut.” Bayu menyentuh bibir lembut yang selalu dia inginkan. Dia menyugar rambut sang istri yang terasa halus selesai keramas.  “Oh, ya? Aku minta maaf kalau begitu.” Eliana membelai pipi suaminya, sehingga Bayu menyediakan lengannya untuk sang istri merebahkan kepalanya.
Read more

Pengemis Itu?

Hari ini Bayu nampak buru-buru datang ke kantor. Dia bahkan tidak mencium kening sang putra yang ada di taman belakang sedang bermain ayunan. Dia hanya pamit dengan sang istri dan mencium keningnya sekilas. Dia tidak bersama supir hari ini karena Pak yanto juga belum datang. Masih terlalu pagi memang, sebab Bayu harus mengurus dua perusahaan sekaligus. Dia belum percaya dengan orang lain sepenuhnya. Kejadian dengan Stefan membuat dia selalu waspada. Udara pagi bergerak tanpa perintah mengembuskan embun basah, sehingga rasa dingin akibat hujan semalam turut menyumbangkan kesejukan.  Rupanya nasib sejuk cuaca tidak sesejuk nasibnya. Karena faktanya nasib nahas membawa dia harus menepi di sebuah jalan alternatif. Mobilnya mengalami pecah ban padahal jauh dari area perkampungan. Apalagi perbengkelan juga tidak nampak. Yang ada hanya Gedung-gedung tinggi berbaris, sepertinya area perkantoran.  Dia menepikan mobilnya, kemudian meraih ponselnya untuk menghubu
Read more

Pambudi

“Om Pambudi?” Lelaki itu berlari karena melihat Bayu. Bayu menghampiri lelaki itu tapi melihat sosok Bayu lelaki itu langsung berdiri dan berlari menjauh. “Om, Om Pambudi!” Bayu mengikuti larinya. Pambudi nampak trerpincang-pincang, apagi tanpa sandal di kakinya. Seluruh kekayaan yang dulu melekat padanya, lenyap tanpa sisa. Semua menguap, tanpa ada bekas. Siapa saja, tidak akan menyangka, bahwa lelaki itu adalah bekas konglomerat yang memiliki kekayaan mutlak sebelumnya.   Bayu masih saja mengikutinya, ke mana dia pergi. Bayu terus saja berlari menguntit Pambudi hingga lelaki itu tidak dapat mengelak lagi. Panas pagi dan keringat yang membanjiri dahi dan bajunya tidak dia hiraukan. Untung saja, dia melepas jas mahalnya tadi, karena hari ini memang tidak ada banyak ketemu dengan partner.    Lelaki itu terlihat masuk gang, Bayu tidak putus asa dia te
Read more

Ketemu Kawan Lama

 Bayu meninggalkan Pambudi dengan uang yang diberikan. Sejujurnya dia tahu kemampuan pembudi mengelola perusahaan tapi karena sifat Pambudi sebelumnya dan putrinya maka dia tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. Sementara itu Pambudi terbengong dengan uang satu juta yang ada di tangannya. Dia sejurus kemudian meneteskan air mata walau tidak sampai basah kuyup. Lelaki yang dia hina habis-habisan dulu, ternyata menjadi penolongnya saat ini. Jika boleh memutar waktu, bukan Stefan yang akan dia sandingkan dengan seorang Miranda. Namun ada Bayu yang sekarang sukses. Namun penyesalan tidak pernah dapat menjadi waktu berputar mundur. Penyesalan hanya akan menjadi seonggok kata yang menyesakkan dada. Taksi online yang Bayu pesan sudah sampai. Dia melambai ke arah Pambudi   dan melaju ke perusahaan hari ini. Hari ini, dia akan begitu repot dengan banyak hal. Mengurus beberapa perusahaan dengan latar belakang yang berbeda memang sed
Read more

Aji

Sedang mengadakan pertemuan dengan Ajisaka yang notabennya teman SMA-nya. Bayu mendapati telepon berdering. Dia meminta waktu untuk menerima telepon tersebut. “Silakan,” ijin Ajisaka. Bayu menepi untuk mengangkat telepon. “Iya, Sayang. Ada apa?” tanya Bayu setelah mengusap tombol terima. “Kemana, Mas. Aku sama kembar ke kantor tapi kosong. Kamu rapat ke luar?” Eliana terlihat menggendong si kecil satu, yang satu digendong Mbak Asih sang pengasuh. “Aku ada di resto Alkay di depan. Kesini saja.” Eliana mengangguk walau sejujurnya tidak akan dapat dilihat oleh suaminya. Eliana mengajak pengasuh dua putranya untuk mengikutinya. Sedangkan Bayu sudah kembali ke  meja makan untuk menemui tamunya. “Jadi bagaimana? Maaf, Presiden baru menelepon.” Bayu tertawa mendapati ucapannya. “Istrimu? Masih me
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
35
DMCA.com Protection Status