“Aku minta maaf, mungkin anak kita menungguku.” Irwan berkali-kali mengusap puncak kepala sang istri.
“Tidak papa, Mas. Aku memang kesel sama kamu. Aku ngedumel, tapi sebenarnya karena merasakan sakit saja. Aku berterima kasih, akhirnya kamu bisa datang tepat waktu.” Terlihat si kecil terlelap dalam dekapan ibunya.
“Dokter Irwan, bantu istri Anda merangsang ASI agar keluar, dengan cara memijit lembut puncak putingnya seperti ini.” Dokter Rani memberikan saran.
“Setelah bayi diadzani dan dikhomati, maka suster akan membawa ke incubator setelah dibersihkan. Silakan dokter lakukan prosesnya.” Maka Irwan mengangguk dan melakukannya. Dia sedikit serak sebab menangis bahagia.
“Kami akan membawanya pergi untuk di bersihkan, Dokter.” Suster membawa bayi itu dari ruangan untuk dibersihkan.
“Suster, V
“Oke, oke.” Irwan mengacungkan jempol pada tim medis, kemudian focus dengan sang istri. Dia tidak hentinya mengucap terima kasih karena sudah menghadiahi bayi mungil yang lucu. Bayi perempuan yang sangat cantik dengan rambut lebat. Panjangnya lima puluh dua dengan berat tiga koma dua kilo. Rasa syukur tidak hentinya Irwan panjatkan.***Meyyis_GN***Bayu merebahkan diri di kamarnya setelah selesai bersih-bersih. Rasanya pinggang sudah mau lepaas hari ini. Dia mengingat waktu dulu menjadi karyawan. Rasanya biasa saja, waktu berkas setumpuk di hadapannya. Tapi sekarang, kepala berdenyut lihat setumpuk deretan berkas dalam fil, karena memang secara online. Sayup-sayup, lama-lama matanya meremang dan akhirnya terlelap.Tidak Berapa lama, Eliana datang dari rumah sakit. Dia langsung saja mandi karena merasakan tubuhnya sungguh lengket sekali dan bau. Tubuhnya yang kaku karena seharian yang tegang sebab
“Kangen denganku, nggak?” Bayu menciumi rambut yang baru dikerigkan itu. Aroma shampo khas istrinya menyeruak ke indra penciumannya, membuat dirinya ingin terus menciuminya.“Aku kira sudah tidur.” Eliana membalik tubuhnya, sehingga dapat melihat wajah suaminya yang begitu selalu dirindukan. Napas mereka saling beradu. Satu lumatan selamat datang meremas bibir kenyal sang istri. Eliana menutup matanya, tanda mengijinkan. Bayu melepaskan ciumannya dan membiarkan istrinya mempersiapkan oksigen untuk serangan ke dua.“Tadi sudah, tapi aku kebangun dengar kamu nyalain pengering rambut.” Bayu menyentuh bibir lembut yang selalu dia inginkan. Dia menyugar rambut sang istri yang terasa halus selesai keramas.“Oh, ya? Aku minta maaf kalau begitu.” Eliana membelai pipi suaminya, sehingga Bayu menyediakan lengannya untuk sang istri merebahkan kepalanya.
Hari ini Bayu nampak buru-buru datang ke kantor. Dia bahkan tidak mencium kening sang putra yang ada di taman belakang sedang bermain ayunan. Dia hanya pamit dengan sang istri dan mencium keningnya sekilas. Dia tidak bersama supir hari ini karena Pak yanto juga belum datang. Masih terlalu pagi memang, sebab Bayu harus mengurus dua perusahaan sekaligus. Dia belum percaya dengan orang lain sepenuhnya. Kejadian dengan Stefan membuat dia selalu waspada. Udara pagi bergerak tanpa perintah mengembuskan embun basah, sehingga rasa dingin akibat hujan semalam turut menyumbangkan kesejukan.Rupanya nasib sejuk cuaca tidak sesejuk nasibnya. Karena faktanya nasib nahas membawa dia harus menepi di sebuah jalan alternatif. Mobilnya mengalami pecah ban padahal jauh dari area perkampungan. Apalagi perbengkelan juga tidak nampak. Yang ada hanya Gedung-gedung tinggi berbaris, sepertinya area perkantoran. Dia menepikan mobilnya, kemudian meraih ponselnya untuk menghubu
“Om Pambudi?” Lelaki itu berlari karena melihat Bayu.Bayu menghampiri lelaki itu tapi melihat sosok Bayu lelaki itu langsung berdiri dan berlari menjauh.“Om, Om Pambudi!” Bayu mengikuti larinya. Pambudi nampak trerpincang-pincang, apagi tanpa sandal di kakinya. Seluruh kekayaan yang dulu melekat padanya, lenyap tanpa sisa. Semua menguap, tanpa ada bekas. Siapa saja, tidak akan menyangka, bahwa lelaki itu adalah bekas konglomerat yang memiliki kekayaan mutlak sebelumnya.Bayu masih saja mengikutinya, ke mana dia pergi. Bayu terus saja berlari menguntit Pambudi hingga lelaki itu tidak dapat mengelak lagi. Panas pagi dan keringat yang membanjiri dahi dan bajunya tidak dia hiraukan. Untung saja, dia melepas jas mahalnya tadi, karena hari ini memang tidak ada banyak ketemu dengan partner. Lelaki itu terlihat masuk gang, Bayu tidak putus asa dia te
Bayu meninggalkan Pambudi dengan uang yang diberikan. Sejujurnya dia tahu kemampuan pembudi mengelola perusahaan tapi karena sifat Pambudi sebelumnya dan putrinya maka dia tidak ingin mengulang kesalahan yang sama.Sementara itu Pambudi terbengong dengan uang satu juta yang ada di tangannya. Dia sejurus kemudian meneteskan air mata walau tidak sampai basah kuyup. Lelaki yang dia hina habis-habisan dulu, ternyata menjadi penolongnya saat ini. Jika boleh memutar waktu, bukan Stefan yang akan dia sandingkan dengan seorang Miranda. Namun ada Bayu yang sekarang sukses. Namun penyesalan tidak pernah dapat menjadi waktu berputar mundur. Penyesalan hanya akan menjadi seonggok kata yang menyesakkan dada.Taksi online yang Bayu pesan sudah sampai. Dia melambai ke arah Pambudi dan melaju ke perusahaan hari ini. Hari ini, dia akan begitu repot dengan banyak hal. Mengurus beberapa perusahaan dengan latar belakang yang berbeda memang sed
Sedang mengadakan pertemuan dengan Ajisaka yang notabennya teman SMA-nya. Bayu mendapati telepon berdering. Dia meminta waktu untuk menerima telepon tersebut.“Silakan,” ijin Ajisaka. Bayu menepi untuk mengangkat telepon.“Iya, Sayang. Ada apa?” tanya Bayu setelah mengusap tombol terima.“Kemana, Mas. Aku sama kembar ke kantor tapi kosong. Kamu rapat ke luar?” Eliana terlihat menggendong si kecil satu, yang satu digendong Mbak Asih sang pengasuh.“Aku ada di resto Alkay di depan. Kesini saja.” Eliana mengangguk walau sejujurnya tidak akan dapat dilihat oleh suaminya. Eliana mengajak pengasuh dua putranya untuk mengikutinya. Sedangkan Bayu sudah kembali ke meja makan untuk menemui tamunya.“Jadi bagaimana? Maaf, Presiden baru menelepon.” Bayu tertawa mendapati ucapannya.“Istrimu? Masih me
“Maaf, Nona Rara. Apa saya bisa mewakili bos saya, dia sedang tidak konsen. Sebaiknya Anda kirim filenya ke kami biar bisa kami pelajari.” Tidak lama Bayu bergabung kembali dengan mereka.“Maaf, ya? Sampai mana rapatnya?” Bayu menghempaskan tubuhnya di kursi, sedangkan Rara pamit ke toilet untuk buang air kecil.Saat Rara ke toilet, sekretarisnya Ajisaka juga mengikuti. Dia paham bahwa bosnya tersebut sepertinya menyukai Rara.“Nona Rara,” panggil Davina.“Nona Davina,” sapa Rara.“Sepertinya kita terlalu kaku. Bagaimana kalau kita tinggalkan sejenak ke formaan dan mencoba menjadi pribadi yang hangat.” Rara menoleh ke arah Davina.“Begitu juga boleh, apakah rapat ini akan segera diselesaikan tanpa hasil? Atau memang akan diselesaikan lain hari.” Melihat Ajisaka yang sepe
“Tidak! Aku ingin move on.” Ajisaka menyesap kopinya.“Oke, aku akan coba bantu bilang sama Pak Handoyo sebagai sang ayah, tapi kalau ketahuan kamu hanya ingin menjadikan Rara sebagai pelarian saja, aku orang pertama yang akan membunuhmu.” Ajisaka mengangguk.Bayu mencolek tangan Ajisaka ketika dua sekretaris itu terlihat berjalan mendekati meja. Dua sekretaris itu sudah kembali kemeja makan. Mereka mulai makan sambil sesekali melemparkan candaan. Kecuali Rara yang hanya diam saja. Setelah selesai makan, mereka membahas tentang proyek tersebut. Namun beberapa kali Ajisaka tidak konsentrasi sehingga Bayu menyarankan untuk menunda rapat antara mereka. Bayu menggelengkan kepalanya. “Mungkin memang Ajisaka ada rasa dengan Rara,” batin Bayu.“Oke, rapat hari ini kita sudahi, aku juga sudah Lelah. Hari ini bangak sangat yang harus diurus. Ra, kamu ‘kan satu ar
“Lihatlah Davin melongo,” bisik Rania. Apa ada yang salah? Apakah dia tahu jika belakang gaun ini terdapat banyak peneliti aku tiba-tiba tidak percaya diri.POV Davin“Ada apa?” tanyaku. Penasaran masih juga menggerayangi jiwaku. Aku tahu kekasihku itu hanya meggodaku. Ia memang membuat aku sangat gemas kepadanya. “Dilarang bertanya,” katanya. “Biar aku yang menyetir. Matamu begitu merah, kamu boleh tidur,” ucapnya. Aku tahu ia adalah kekasihku yang super pengertian. Jika tidak begitu, mana mungkin aku tergila-gila padanya. Biar aku lihat lagi, ada apa sebenarnya di matanya? Ia selalu membuatku tidak dapat berpaling darinya.“Tidak,” ucapku. Aku laki-laki, kalau hanya bertahan sebenatar sampai kantor, masa tidak bisa? Ah, Dia keras kepala. Punggungku didorong ke arah kursi penumpang di samping kemudi. Setelah itu ia segera berlari memutar untuk masuk ke ruang kemudi.“Hari ini aku yang akan menjadi sopirmu. Itu kejutan pertamanya.” Ia tersenyum sambil mengenakan sabuk pengaman. Bib
“Maafkan aku, Cinta. Ini yang aku takutkan. Aku lelaki dewasa dan membutuhkan ini.” Aku kembali membungkus tubuhnya dengan selimut walau sejujurnya aku ingin melanjutkan. “Kuharap kamu mengerti. Tolong ….” Aku pergi meninggalkannya yang meringkuk di dalam selimut.***Meyyis***POV Shasha Jam dinding berbentuk kepala kelinci sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi aku segera bersih-bersih untuk melaksanakan salat malam yang tinggal beberapa menit lagi waktunya, menuju ke subuh. Setelah salat malam dan sedikit dzikir mulai terdengar suara azan. Aku melaksanakan salat dua rakaat dan keluar dari kamar untuk sekedar olahraga pagi. Davin sudah siap di taman belakang, melakukan pemanasan tanpa banyak bicara. Aku menyusulnya dan melakukan pemanasan juga. “Mau cobain kita jogging di trek taman depan?” tanyanya.“Yuk, aku ingin membeli sarapan,” ucapku.“Pingin sarapan apa?” tanyanya. “Bubur ayam di tepian itu sepertinya enak.” Davin mengangguk.“Baiklah, sebentar aku ambil dompet dulu.” Lelakiku
“Kamu sangat … please jangan seperti ini. Aku bisa mati penasaran.” Aku menggoyangkan telunjukku tanda memberinya kode bahwa dia tidak akan mendapatkan jawabannya sekarang. Ia terlihat kesal, akan tetapi menurut. Sebenarnya, aku sedikit merasa kasihan tetapi juga merasa senang, bisa sekali-kali ngerjain dia.***Meyyis***POV DAVINSetelah pesta usai, kami tentu pulang ke Indonesia. Kami beraktifitas seperti biasanya, akan tetapi akhir-akhir ini Sasha membuatku jengkel. Apa ia sudah tidak cinta lagi? sepertinya berubah, hal itu menjadi sering uring-uringan karena takut kehilangan dia. Leboh baik aku menghindar saja, biar ia merasa. Kalau tidak merasa juga, berarti memang sudah tidak mencintaiku. Apakah ada orang lain? Tidak mungkin … ia mencintaiku. Aku menghempaskan pikiran jahat yang menguasaiku.Dia memegang tangan, aku tahu itu trik untuk mengelabuhi, lebih baik aku menghempaskan tangannya saja. Tapi aku rindu memeluk tubuhnya, harum tubuhnya terutama bibirnya yang membuatku mabuk
“Kamu mau mengatakannya atau mendapatkan hukuman dariku.” Davin akan menciumku kembali, akan tetapi aku dorong. “Tidak malam ini. Aku tidak akan mengalah padamu. Kalau kamu memberi hukuman, berarti tidak akan aku beritahu apa yang aku persiapkan.” Aku tahu ia sangat kesal. Biarkan saja.***Meyyis***POV Shasha“Kamu memang benar-benar,” tutur Davin. Ia merasa sangat kesal dengan sang keksih, tapi juga gemas.“Oke, kali ini kamu harus kalah, dan harus mengalah aku ….” Kedua lengaku, lepas dari leher Davin, dan berhasil kabur darinya. “Biarkan saja ia kesal. Makanya jadi orang jangan suka ngambil kesimpulan cepat.” Aku menutup pintu kamar dan menguncinya. Suara tutukan sepatu terdengar menjauh dari kamarku. Aku yakin lelakiku itu akan berpikir sepanjang malam dan tidak bisa tidur. Biarkan saja, aku sangat suka menggodanya seperti itu.Esok hari, telah tiba sebelum ayam berkokok. Davin sudah mengetuk pintu kamarku. Aku yang baru saja bangun tidur bahkan belum sempat mencuci wajah, m
Tepuk tangan menggema di taman itu. Setelah sesi tukar cincin, maka selanjutnya mereka berjalan turun dari pelaminan untuk menemui tamu. Aku sudah siap dengan keranjang kalau mawar untuk ditaburi sepanjang jalan. Sampai di ujung karpet, Elsa melempar buket bunga. Kami berdesakan agar mendapatkan buket itu.***Meyyis***POV ShashaSetelah pesta berlangsung aku dan Davin pulang ke Indonesia. Kami beraktifitas seperti biasanya, akan tetapi akhir-akhir ini Davin menjadi sering uring-uringan. Aku tidak tahu kenapa? Bahkan hari ini dia dua kali marah. Davin memang berbeda dengan orang lain, dia kalau marah lebih suka diam. Ditanya diam dan menghindar. Aku mengingat-ingat salah apa hari ini, tetapi tidak juga menemukan kesalahanku. Kami sudah memasuki mobil untuk pulang ke rumah. Aku bermaksud untuk mengajaknya bicara sekarang, karena kami dalam wilayah santai sehingga akan sangat mudah berbicara dengannya.Aku memegang tangannya, akan tetapi Davin menghempaskan tanganku. Aku memilih untuk t
Aku tahu papa juga terharu melihat putri pertamanya sudah melangkah ke jenjang selanjutnya. Meskipun Papa menginginkan ini, aku yakin sebagai seorang ayah lelaki itu merasa dirampok ketika putrinya akan dinikahi oleh lelaki mana pun. Bisa dibilang, hati dan cintanya akan direbut oleh lelaki lain walaupun dalam konotasi yang berbeda.***Meyyis***POV ShashaPapa adalah orang Jawa tulen. Meskipun sekarang berada di Singapura, ia menghendaki suara gamelan, alih-alih lagu romantic. Maka saat Elsa keluar, walaupun menggunakan gaun bertema internasional, akan tetapi suara gamelan mulai terdengar. Hatiku ikut merasa tersenyum mendengar suara music pentatonic itu. Betapa indahnya, sebuah musik yang menjadi ciri khas Nusantara tersebut yang telah mengakar pada budaya kita.Aku menjadi pengiring pengantin mengikuti langkah pengantin dari belakang. Setelah sampai ke pelaminan, Papa menyerahkan tangan pada Arya yang sudah berdiri di atas pelaminan dengan jas putih yang menawan. Rambutnya tertata
“Aku bawa ke rumah Davin. Di rumahnya akan banyak kesedihan jika ia melihat kamar mama.” Aku tahu karena kekasihku itu sudah bicara sebelumnya. Aku tersenyum dengan interaksi kedua orang itu. Setelah mengetahui yang dibicarakan Arya, aku memilih hengkang dari tempatku mengintip.***Meyyis***POV ShashaIni adalah pernikahan yang diimpikan oleh Elsa setelah banyak rintangan dengan Arya. Hari ini saatnya kedua sejoli itu melangkah ke jenjang selanjutnya, mengikat janji suci dalam ikatan pernikahan. Bunga-bunga bernuansa putih sudah menghiasi nuansa taman golf tersebut.Pernikahannya dilakukan di Singapura karena mama dan papa berada di sini. Wanita yang menjadi kakakku dari ibu yang berbeda itu, kini sudah mengenakan gaun putih dengan hiasan kepala yang menjuntai. Dia sangat cantik dan menawan. Lekuk tubuhnya yang indah, tinggi badannya yang menjulang dan semampai membuatnya bak model.“Kak, kamu sangat cantik.” Aku memandang lekat ke mata indah kakakku itu. “Benarkah? Aku masih tidak
Aku ke dapur untuk membuat yang kupikirkan itu. Setelah dua sendok sereal masuk ke gelas, dua sendok susu coklat masuk juga. Air panas segera meluncur untuk menyatukan keduanya. Aroma khas coklat semakin memperparah rasa laparku. Aku mulai meniup makanan itu, menyendoknya mengarahkan ke mulut. Hmmm … ini lebih nikmat. Sesuap demi suap makanan itu tandas meluncur ke perutku. Ini lebih dari cukup.***Meyyis***POV DAVINTeleponku berbunyi. Aku tersenyum saat di layar terlihat Sayangku memanggil. Langsung saja tombol terima aku usap.“Iya, Sayang.” Sapaan terakhir tidak akan pernah lupa agar wanitaku itu merasakan bahwa aku memang sangat menggilainya.“Bagaimana korbannya?” tanyanya. Aku tahu, hanya alasan saja bertanya tentang korban kecelakaan yang sedang kami urus. Akan tetapi aku paham bahwa sebenarnya ia sangat ingin bersamaku.“Kamu kangen sama aku?” Langsung saja aku tembak dengan perkataan begitu agar ia makin berbunga-bunga. Aku yakin saat ini perutnya penuh dengan taman bunga y
“Aku melihat korban penuh darah, Sha. Bagaimana keadaannya. Ia kasihan banget. Seandainya kita satu mobil saat itu, Arya akan lebih tenang memandangku. Aku yang salah.” Aku ingin tertawa rasanya. Bagaimana bisa Arya menyetir sambil memandang Elsa. Pantas saja kecelakaan.***Meyyis***POV Shasha“Kamu kok malah ketawa?” Elsa menghapus air matanya.“Maaf … aku tertawa karena itu lucu, Kak. Arya benar-benar mencintaimu. Aku akan cari tahu untukmu bagaimana keadaan dari korban.” Aku mengelus pundak Elsa. Setelahnya, menelepon Davin untuk mengetahui keadaan sang korban.“Iya, Sayang.” Suara Davin memang selalu bikin baper.“Bagaimana korbannya?” tanyaku.“Kamu kangen sama aku?” ‘Kan? Dia memang selalu begitu. Tapi … sebenarnya kangen juga, sih?“Jangan mengalihkan perhatian. Bagaimana keadaannya. Elsa masih ketakutan.” Davin terdengar tertawa sedikit.“Dia sudah ditangani. Bilang sama kakakmu tenang saja. Arya sedang diintrogasi. Tim legal dari kantornya juga sudah datang untuk membebaska