Home / Romansa / Bahasa isyarat / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Bahasa isyarat: Chapter 1 - Chapter 10

27 Chapters

Episode 1

Seorang gadis berambut hitam panjang berjalan perlahan menyusuri koridor Rumah sakit. Mata jernihnya menyusuri setiap detil bangunan kokoh bernuansa putih biru itu dengan seksama, sesekali ia menyapa setiap orang yang berpapasan dengannya. Senyum manis dengan bibir merah merona membuat siapa saja pasti akan tertular, bahkan dia sangat terkenal dengan sebutan sweet candy karena senyum manisnya.  Setiap harinya gadis bernama lengkap Elana Mahika, selalu datang ke Rumah sakit tepat pukul sepuluh pagi. Ia tidak pernah datang dengan tangan kosong, terkadang ia justru datang dengan berbagai macam barang di tangannya. Ia tidak berjalan sendiri, setiap harinya ia selalu ditemani seorang lelaki berjas hitam, berkacamata hitam, dengan raut wajah datar tanpa senyum sama sekali. Lelaki itu kebalikan dari Elana, ia tidak pernah tersenyum atau pun menyapa setiap kali ia berpapasan dengan orang lain.  Elana putri tunggal dari Erlangga Mahika, seo
Read more

Episode 2

Sebuah kamar berukuran empat meter persegi, menjadi tempat tinggal Abi selama ia bekerja menjadi salah satu ajudan di keluarga Mahika. Kamarnya terletak tidak jauh dari kamar Elana, hanya berjarak beberapa meter namun, terdapat benteng besar pembatas melintang di tengah-tengah. Kamar Elana terletak di lantai dua, sedangkan kamar yang ditempati Abi berada di lantai bawah, persis di seberang bangunan utama rumah mewah Mahika, namun ada pintu kecil yang menghubungkan bangunan utama keluarga Mahika dan kamar yang di tempati Abi.  Abi memasuki kamar yang hanya berukuran sebesar kamar mandi Elana, namun baginya itu sudah lebih dari cukup untuk menjadi tempat pelepas lelah setelah satu hari penuh ia harus selalu menemani Elana kemanapun gadis itu pergi. Satu bulan sekali Abi mendapat izin cuti selama dua hari, dan kebetulan esok adalah hari libur yang sudah ia nantikan.  Merebahkan tubuh sejenak sambil memejamkan mata, sebelum ia harus se
Read more

Episode 3

Sebuah kamar berukuran empat meter persegi, menjadi tempat tinggal Abi selama ia bekerja menjadi salah satu ajudan di keluarga Mahika. Kamarnya terletak tidak jauh dari kamar Elana, hanya berjarak beberapa meter namun, terdapat benteng besar pembatas melintang di tengah-tengah. Kamar Elana terletak di lantai dua, sedangkan kamar yang ditempati Abi berada di lantai bawah, persis di seberang bangunan utama rumah mewah Mahika, namun ada pintu kecil yang menghubungkan bangunan utama keluarga Mahika dan kamar yang di tempati Abi. Abi memasuki kamar yang hanya berukuran sebesar kamar mandi Elana, namun baginya itu sudah lebih dari cukup untuk menjadi tempat pelepas lelah setelah satu hari penuh ia harus selalu menemani Elana kemanapun gadis itu pergi. Satu bulan sekali Abi mendapat izin cuti selama dua hari, dan kebetulan esok adalah hari libur yang sudah ia nantikan. Merebahkan tubuh sejenak sambil memejamkan mata, sebelum ia harus segera pul
Read more

Episode 4

Elana menatap pantulan wajahnya di cermin, hari ini ia dan Rony akan pergi bersama menghadiri sebuah acara pernikahan salah satu Dokter yang bekerja di MMC. Elana ingin berpenampilan menarik, cantik dan berbeda dari biasanya. Ia memilih gaun terbaik yang dimilikinya, untuk urusan penampilan Elana selalu menyesuaikan dengan trend terbaru. Tentu saja karena ia tidak ingin dianggap jadul atau terlalu kolot. Dua asisten rumah tangga ikut membantunya, Ani dan Ana. Dua gadis kembar anak Bi Ijah. "Kalian kenapa dari tadi terus tersenyum? Ada yang salah dengan penampilanku?" Tanya Elana, karena kedua gadis itu sesekali tersenyum membuat Elana penasaran. "Maaf Non, kita tidak bermaksud menertawakan Non Elana." Jawab Ani."Terus kenapa kalian cekikian dari tadi?" Kedua gadis itu saling bertatapan, bahkan mereka saling menyikut satu sama lain. "Itu,,, Ani baru saj
Read more

Episode 5

Katakanlah Abi memang gila, atau ia terlalu menganggap pekerjaannya penting, atau mungkin ada sesuatu yang dianggapnya penting. Tanpa sepengetahuan Elana, Abi mengikutinya dari belakang menggunakan sepeda motor. Bahkan lelaki itu dengan setia menunggu di luar Hotel, dengan jarak cukup jauh. Abi hafal dengan baik mobil yang dikendarai Rony, meski berjarak cukup jauh, ia bisa mengenalinya. Ponselnya tiba-tiba berdering, nama Elana muncul di layar. Segera mungkin ia menekan tombol hijau, dan terdengar suara merdu Elana mengalun cepat, memintanya agar segera datang. Abi kelimpungan, bagaimana ia harus bersikap. Apakah ia harus datang secepat mungkin sentara ia tidak mengendarai mobil? Atau ia harus putar balik untuk menukar kendaraanya terlebih dahulu, tapi itu akan memakan waktu lama. Jalanan Ibu kota tidak pernah sepi, terlebih di malam minggu seperti ini. Abi kebingungan, namun begitu ia melihat sosok Elana keluar d
Read more

Episode 6

Sudah menjadi kewajibannya atau mungkin menjadi kebiasaannya, Abi selalu memandang ke arah kamar Elana. Jika lampu kamar Elana masih menyala, ia tidak akan masuk kedalam kamarnya, begitu juga sebaliknya, jika lampu kamar Elana sudah mati, barulah ia akan masuk ke kamar dan beristirahat. Ada yang berbeda malam ini, lampu kamar Elana masih menyala padahal waktu sudah menunjukan pukul satu dini hari. Bayangan Elana masih terlihat jelas dibalik tirai tipis berwarna putih, tidak ada pergerakan hanya duduk, dan diam sejak tadi. Abi ingin memastikan keadaan Elana, ponsel sudah berada di tangannya dan akan mengirim pesan. Namun jika ia mengirim Elana pesan dan bertanya, tentu saja Elana akan tau  selama ini Abi selalu memperhatikannya. Tapi jika ia tidak bertanya, rasa penasaran dan khawatir yang kini dirasakannya sungguh mengganggu. Abi berpikir, mencari cara lain agar kebiasaannya tidak disadari Elana. Ia segera mas
Read more

Episode 7

"Kamu sakit, Nak?" Tanya Erlangga pada Elana. Mereka berdua tengah menghabiskan sarapan bersama, seperti biasanya. "Nggak. Apa aku terlihat sakit?" Elana memegang wajah dengan kedua tangannya. "Kenapa semua orang mengira aku sakit, apa wajahku terlihat pucat?" Lanjutnya. "Memang siapa yang mengira kamu sakit, selain Ayah?" "Rony. Semalam dia bertanya seperti itu," "Itu tandanya dia perhatian. Secara garis besar banyak kesamaan antara Ayah dan Rony, benar bukan?" Elea hanya menggumam pelan, sambil menyantap semangkuk sereal dengan malas. Erlangga menatap Elana dengan seksama, ada yang tidak beres dengan putrinya. Biasanya Elana begitu antusias menceritakan hubungannya dengan Rony, terlebih semalam mereka menghabiskan waktu bersama. "Hubungan kalian baik-baik saja?" Selidik Erlangga."Baik," Erlangga tidak pua
Read more

Episode 8

"Kita ke Rumah sakit dulu sebentar," ajak Elana begitu mereka pulang dari kediaman Delano. Buah-buahan yang diberikan Ibu Delano sangat banyak, Elana tidak mungkin bisa menghabiskannya seorang diri. Elana menyisakan beberapa untuk dibawanya pulang, untuk dibagi dengan beberapa pekerja, dan sisanya ia akan bagi untuk anak-anak di Rumah sakit. Mobil yang mereka tumpangi melaju cepat menuju Rumah sakit, tidak butuh waktu sampai satu jam mereka sudah sampai. Dua kantong plastik besar di bawa Abi, sedangkan Elana membawa satu kantong yang berukuran terlalu besar. Elana sengaja membawa satu kantong tersebut, untuk diberikan pada Rony. Meskipun Elana masih kesal karena Rony tidak menghubunginya lagi setelah malam itu, namun Elana tetap ingin menemui Rony dan memberikan buah segar padanya. "Tunggu sebentar ya, aku mau ke ruang kerja Rony. Nanti kita bertemu anak-anak bersama." 
Read more

Episode 9

Alunan piano mengalun lembut, menjadi pengiring makan malam romantis. Pencahayaan remang-remang, dan hanya beberapa pasangan saja yang berada di tempat itu, sungguh suasana makan malam romantis yang selalu diimpikan pasangan muda. Tapi tidak dengan dua orang yang tengah menikmati hidangan makan malam mereka. Keduanya tampak asik menikmati hidangan masing-masing, tanpa bicara sedikitpun. Tidak ada obrolan ringan, ataupun canda gurau layaknya pasangan yang sedang dimabuk asmara. "El,," panggil Rony. Semenjak mereka tiba di tempat tersebut, Elana tidak bersuara sama sekali. Membuat Rony akhirnya mengakhiri kesunyian di antara mereka berdua. "Kamu kenapa? Akhir-akhir ini aneh," lanjutnya. Elana mengangkat kepalanya, sejak tadi ia hanya fokus pada sepotong daging di hadapannya."Aneh? Aneh seperti apa maksud kamu." Elana balik bertanya."Biasanya kamu banyak bicar
Read more

Episode 10

Elana merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, perlahan senyum di bibirnya mengembang begitu saja. Ia menutup wajah dengan kedua tangannya, tiba-tiba saja kedua pipinya terasa panas. Elana bangun dari tempat tidur, berjalan perlahan menghampiri jendela kamar. Dari celah kecil ia bisa melihat sosok Abi tengah duduk di bangku depan kamarnya, membuat Elana kembali tersenyum. Entah apa yang membuatnya tersenyum seperti orang gila, hanya saja kini hatinya terasa penuh dan berbunga. Bahkan ia melupakan sejenak masalahnya dengan Rony. Tapi itu tidak berlangsung lama karena dering ponsel miliknya, membuat ia kembali tersadar. Elana sempat ragu membuka pesan yang tertera di kotak masuk, ia tidak ingin melihat pesan yang dikirim Rony. Namun mengabaikan lelaki itu juga tidak akan menyelesaikan masalah. "Sudah sampai rumah? Aku minta maaf karena sikapku tadi." Elana tersenyum hambar membacany
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status