Share

Miliarder Kehilangan Kontrol Setelah Putus
Miliarder Kehilangan Kontrol Setelah Putus
Penulis: Gracia

Bab 1

Di Negara Moro.

Di atas ranjang hotel.

Dua tubuh bersandar bersama.

Di tengah momen mesra, suara serak dan menggoda Jack terdengar, “Fion, bagaimana kalau kita punya anak bersama?”

Fiona yang larut dalam suasana tanpa sadar mengiyakan.

Setelah itu, saat keduanya berpelukan, Fiona baru menyadari apa yang baru saja dia katakan.

“Anak?”

Tatapan Fiona masih menyiratkan kehangatan momen itu.

Tatapan ini membuat Jack kembali tergoda. Entah mengapa, tubuh Fiona selalu menarik baginya setiap saat.

Menekan keinginannya, tiba-tiba Jack mengeluarkan cincin berlian dan menyematkannya di jari manis kiri Fiona.

“Kamu sedang melamarku?”

“Iya.”

“Kalau begitu, bisakah kita mempunyai anak?” tanya Jack sambil tersenyum manis, dengan tatapan penuh sayang, tetapi tanpa cinta.

Tatapannya seperti menembus Fiona, seolah menunggu jawaban dari sosok lain di hatinya.

“Aku mau punya anak denganmu.”

Fiona agak terkejut, tapi mana ada lamaran di atas ranjang. Ini sama sekali tidak romantis dan serius.

Namun tak masalah, dirinya sudah menunggu momen ini selama tiga tahun dan akhirnya terwujud.

Tiga tahun lalu, entah kenapa dirinya terluka di tepi pantai dan kepalanya terbentur batu karang. Saat sadarkan diri, dirinya sudah amnesia.

Jack yang telah menyelamatkannya.

Saat sadarkan diri dan membuka mata, pria itu yang pertama dilihatnya dan dirinya langsung terpesona dengan ketampanannya.

Setelah sembuh, dia baru tahu bahwa Jack yang membayar biaya rumah sakitnya.

Saat bersamaan, dirinya juga mengetahui Jack adalah direktur Grup Boganda.

Jack mengajaknya untuk menjadi kekasih kontraknya. Tanpa berpikir panjang, Fiona langsung menyetujuinya.

Mereka menandatangani kontrak dan memastikan hubungan tersebut.

Jack memberinya nama Fiona Kusanda.

Ya, semua ini hanya karena ketampanannya.

Walau hanya kekasih kontrak, hubungan mereka selama tiga tahun tidak berbeda dari sepasang kekasih.

Tahun pertama dirinya menjadi kekasih gelap, tahun kedua dirinya dibawa untuk bertemu teman-teman Jack dan diperkenalkan sebagai pacarnya.

Menjelang tahun ketiga, Jack melamarnya.

Saat masuk ke lingkaran pergaulannya, Fiona mendengar bahwa Jack punya mantan kekasih saat kuliah. Seseorang yang sangat Jack cintai, tetapi tiba-tiba wanita itu menghilang, membuat Jack terus mencarinya tanpa ada kabar.

Selama bertahun-tahun, Jack mulai hilang harapan bahwa orang itu masih hidup.

Karena itu, dia memutuskan untuk melamarnya saja.

Fiona tidak mempermasalahkan itu, semua orang punya masa lalu.

Melihat cincin di jari manis kirinya, semuanya terasa layak.

Suara air dari kamar mandi terdengar deras, Jack sedang mandi.

Setelah menenangkan diri, Fiona menarik handuk dan membungkus dirinya dengan sederhana.

Dia turun dari ranjang, memunguti pakaian mereka yang berserakan di lantai.

Tiba-tiba terdengar suara “plak”, sesuatu jatuh ke lantai.

Itu adalah dompet kartu Jack. Fiona menunduk mengambilnya dan sebuah foto terjatuh dari dalam. Foto itu terlihat agak tua, ujung-ujungnya sudah agak terkelupas, menunjukkan kalau foto itu sering dilihat.

Wanita di foto itu terlihat sangat mirip dengannya, tetapi tampak lebih muda, seperti dirinya tiga tahun yang lalu.

Fiona tidak ingat dirinya pernah mengambil foto ini tiga tahun lalu, tetapi karena dirinya amnesia, mungkin saja dirinya lupa.

Saat hendak memasukkan kartu itu kembali, sebuah tangan besar muncul dari belakangnya dan mengambil dompet itu.

Jack baru keluar dari kamar mandi, rambutnya yang baru selesai dikeramas masih basah, menutupi sebagian matanya yang penuh dengan kekesalan.

“Jangan sembarang sentuh barang-barangku,” terdengar nada suara peringatannya, seolah sosok hangat yang baru saja bersamanya di ranjang berubah menjadi orang yang berbeda.

Jack berbalik, menyimpan dompetnya di dalam tas kerja, seluruh tubuhnya memancarkan aura dingin dan waspada.

Fiona terdiam. Hanya karena dirinya melihat foto itu, Jack bersikap waspada padanya?

Dia memandang Jack dengan bingung, bukankah itu foto dirinya dulu?”

Belum sempat Fiona bertanya, Jack sepertinya menyadari sikapnya yang barusan kurang pantas.

Dia berbalik, memegang dagu Fiona dan menatapnya dengan tatapan menggoda. Jari-jarinya menyentuh memainkan bibir merahnya yang masih bengkak.

Suaranya dingin tanpa emosi, tetapi kata-katanya begitu menggoda, jelas untuk mengalihkan topik, “Sudah hampir terlambat untuk pameran lukisan. Kalau kamu nggak mau pergi, kita bisa lanjut lagi.”

Wajah Fiona memerah, dengan pelan dia mendorongnya menjauh.

Pikirannya teralihkan, membuatnya melupakan soal foto tadi.

Kedatangan Jack ke Moro kali ini untuk urusan bisnis, dia menerima undangan pameran lukisan dari pelukis Sarah dan sengaja mengajak Fiona untuk pergi setelah bekerja.

Pelukis Sarah sudah pensiun tiga tahun yang lalu dan jarang mengadakan pameran. Pameran di Moro kali ini adalah kesempatan yang langka.

Fiona buru-buru merapikan diri, sementara Jack sudah berpakaian rapi dengan setelan baru.

Pameran lukisan tidak jauh dari hotel, jadi mereka memutuskan untuk berjalan kaki.

Keduanya bergandengan di sepanjang jalan, suasananya sangat hangat. Saat Fiona merasa sangat bahagia, tiba-tiba Jack menghentikan langkahnya.

“Kenapa Jack?” tanya Fiona sambil mengikuti arah pandangannya.

Ada seorang wanita berpakaian kumal dan kotor di seberang jalan. Tak peduli akan lalu lintas, wanita itu berlari ke arah mereka.

Kemudian mendorong Fiona dan memeluk erat pinggang Jack.

Wanita itu menangis tersedu-sedu, terisak, “Jack, akhirnya aku bertemu denganmu lagi. Kamu datang mencariku, ‘kan?”

Fiona yang terkesampingkan, sinar matahari menyilaukan matanya.

Dia merasa wanita ini begitu familiar, sangat mirip dengan wanita di foto dompet Jack dan juga mirip dengan dirinya.

“Cintya? Benarkah ini kamu?” terdengar suara Jack yang bergetar, tak percaya, matanya tak berkedip menatap wanita di dalam pelukannya, takut jika dirinya mengedipkan mata, wanita itu akan menghilang lagi.

Pria yang baru saja melamarnya, sekarang malah memeluk wanita lain di jalanan dan di hadapannya.

Dengan lembut, Jack mengusap air mata wanita dalam pelukannya, gerakannya begitu hati-hati, seolah sedang memegang harta paling berharga di dunia.

“Ya, ini aku,” jawab wanita dalam pelukannya, sambil menangis dan mengangguk kuat.

Tubuh wanita itu lemah, tetapi dia memeluk Jack dengan erat.

Pria yang biasanya sangat menjaga kebersihan, saat ini memeluk wanita kotor itu dengan erat, terus menenangkan dan menghiburnya, seakan takut kalau sedikit kasar akan melukai wanita itu.

Keduanya tampak berada di dunia mereka sendiri, mengabaikan segalanya di sekitar.

Termasuk Fiona.

Jack seolah lupa keberadaan Fiona di sampingnya, dia melepas jas mahalnya untuk melindungi wanita dalam pelukannya, lalu menggendong wanita yang sudah pingsan dan berlari kembali ke hotel.

Fiona terdiam di tempat, lengannya yang baru saja didorong masih terasa sakit.

Masih terasa sisa kehangatan Jack di pinggangnya.

Padahal pria itu baru saja bermesraan dan melamar dirinya.

Kini, meninggalkannya sendirian di tengah jalan.

Demi seorang wanita yang entah dari mana asalnya, dia mengabaikan kewibawaannya dan menggendong wanita itu kembali ke hotel.

Orang-orang di sekitar penasaran dan terus membicarakannya.

Fiona hendak mengejarnya, tetapi saat melangkah, dirinya hampir terjatuh.

Dia menyandarkan tubuhnya bangunan di tepi jalan untuk menenangkan dirinya.

Saat menatap bayangannya di jendela, riasannya yang rapi terlihat begitu malang dan terluka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status