Share

Bab 5

Sudah menjadi rahasia umum kalau para konglomerat seringkali bersikap dingin dan tidak peduli dalam urusan percintaan, begitu mudah menggonta-ganti pasangan seperti sedang ganti baju. Bosnya hanya bersama dengan Bu Fiona selama tiga tahun ini, tadinya mereka mengira bosnya cukup setia. Nyatanya diputuskan begitu saja. Entah Bu Cintya bisa bertahan sampai kapan di sisi bos.

Jimmy mulai bekerja di perusahaan tiga tahun lalu, tepat saat Jack mengambil alih Grup Boganda. Jadi, dia tidak tahu banyak tentang hubungan Cintya dengan Jack.

Di dalam Grand Mal.

Fiona sedang memilih baju, tak satu pun dari yang dipilih ada hubungannya dengan gaya imut dan polos.

“Bestie, kamu ganti gaya?” tanya Susan, melihatnya memegang gaun panjang hitam yang seksi dengan tali tipis dan ada belahan tinggi di bagian bawah. Gaun itu pasti akan terlihat sangat seksi membalut tubuh Fiona yang ramping dan proposional.

Fiona memandangi dirinya di cermin, mengukur gaun itu di tubuhnya dengan ekspresi tenang dan menjawab, “Iya, ganti gaya. Menurutmu lebih bagus pakai selendang atau jaket di luar?”

Kemudian dirinya berbalik dan memperlihatkan tampilan gaunnya kepada Susan.

“Tentu saja lebih cantik pakai selendang, lebih menunjukkan lekuk tubuhmu yang indah,” saran Susan sesuai seleranya.

“Aku juga berpikir begitu.”

“Gaun ini terlalu feminim, pacarmu bakal mengijinkanmu memakai baju beginian?” tanya Susan sambil melihat pakaian olahraga kasual yang dikenakannya hari ini.

“Bukannya Jack hanya mengizinkanmu memakai pakaian gaya polos ala anak kuliahan?”

Lanjut Susan sambil menertawakannya. Ternyata selera Direktur Jack bergaya anak kampus. Padahal sudah bertahun-tahun bergelut di dunia bisnis, punya perusahaan lintas negara yang mempengaruhi ekonomi negara, tetapi masih suka dengan gaya ala anak kampus.

“Sekarang, seleranya nggak lagi penting bagiku dan nggak dalam pertimbanganku,” jawab Fiona dengan acuh tak acuh, tak memedulikannya.

Dia menyerahkan gaun itu pada seorang pegawai berpostur tubuh serupa dan menyuruhnya mencoba.

Di butik mewah seperti ini, ada petugas yang siap mencoba pakaian buat pelanggan, jadi pelanggan tidak perlu repot mencoba sendiri.

Fiona kemudian mengambil beberapa baju dengan gaya berbeda dan menyuruh pegawai mencobanya di ruang ganti, tinggal membelinya saja kalau suka.

Setelah itu, Fiona membayar menggunakan kartunya sendiri dan mengisi alamat rumah di Vila Cemara Asri untuk pengirimannya.

Setelah selesai memilih baju, mereka berdua pergi makan siang.

Karena tidak ada orang asing di sekitar, barulah Fiona menceritakan bahwa dirinya adalah pengganti kekasih Jack. Karena mantan kekasihnya sudah kembali, Fiona memutuskan untuk meninggalkan Jack.

“Dasar bajingan!” seru Susan dengan marah.

“Pelan-pelan,” ujar Fiona buru-buru menutup mulut Susan, sambil melirik sekeliling, takut ada yang mendengar dan melihat mereka.

Susan menurunkan suaranya, tetapi tetap masih kesal, dia melanjutkan, “Ternyata Jack hanya terlihat tampan di luar saja, tetapi begitu busuk dalamnya! Bisa-bisanya mencari orang untuk menggantikan mantan kekasihnya?”

“Kenapa dia nggak sekalian operasi plastik saja jadi mirip dengan kekasihnya itu? Agar setiap hari tinggal berkaca kalau merindukannya.”

“Baguslah kalau kamu putus dengannya, memang seharusnya meninggalkannya.”

“Cih, putus malah terlalu baik untuk dia, harusnya kamu menendang pria bajingan seperti dia!”

Pria bajingan, entah dari mana Susan belajar kata-kata semacam itu.

Tiba-tiba, pelayan datang membawa daging mentah dan aneka bumbu.

Fiona menolak bantuan pelayan untuk memanggang daging, memanggang sendiri rasanya lebih enak. Sambil memanggang, dia berbicara, “Masih tersisa empat bulan lagi sampai kontraknya habis, aku berencana beli rumah.”

“Untuk apa beli, tinggal saja di rumahku, masih ada kamar untukmu.”

“Aku terdaftar di kartu keluarga Jack. Karena sudah memutuskan untuk pergi, aku harus memutus semuanya sampai tuntas. Jadi, aku butuh rumah sendiri agar bisa memindahkan semua surat pribadiku ke alamat domisili sendiri.”

“Kita juga bisa tinggal bersama nanti.”

Susan berpikir, sebetulnya langsung memindahkan nama Fiona ke kartu keluarganya juga bisa, itu juga tak ada bedanya. Tapi mengingat Fiona kehilangan ingatan, dia khawatir kalau mengatakannya malah akan mengejutkannya.

Jadi, Susan mengangguk dan menjawab, “Sip, aku akan tinggal bersamamu nanti. Aku membantumu melihat rumah dulu akhir-akhir ini. Rumah yang kusewa sekarang juga lumayan bagus. Lokasi dan lingkungannya cukup nyaman. Kutanyakan pada pemiliknya nanti, mau nggak menjualnya. Hanya saja itu rumah seken.”

“Nggak masalah, selagi bersih dan bisa langsung ditinggal.” Fiona tidak banyak menuntut. Setelah keluar dari zona nyaman, dia harus mengandalkan diri sendiri untuk segalanya. Anehnya, dia malah merasa cukup puas dengan perasaan itu.

Usai makan, mereka kembali berbelanja beberapa aksesoris pelengkap baju yang ringan dan praktis.

Setelah berpisah dengan Susan, Fiona pulang ke Vila Cemara Asri.

Pakaian yang dibeli tadi sudah diantar, para pelayan sudah menyetrika dan menggantungkannya di ruang ganti.

Fiona tidak membeli banyak, hanya yang cukup untuk dipakai selama empat bulan ke depan agar tidak repot saat pindahan.

Ruang ganti wanita yang biasanya kosong, sekarang tergantung beberapa potong baju yang Fiona suka.

Setelah memiliki satu set baju santai yang baru dibelinya, Fiona bersiap mandi. Namun, tanpa sengaja dia melirik ke ruang ganti pria di sebelahnya yang penuh dengan pakaian Jack.

Fiona tidak berhenti, berjalan melewatinya dengan langkah besar.

Ponsel berdering di atas sofa, Fiona meletakkan pakaian dan mengangkatnya.

“Halo, benar dengan Bu Fiona?”

“Aku suster dari Rumah Sakit Broswal. Hasil pemeriksaan kesehatanmu sudah keluar, kapan kamu punya waktu untuk mengambilnya?”

Fiona baru teringat bahwa sebelum ke Moro, Jack membawanya untuk pemeriksaan kesehatan. Jika bukan karena panggilan ini, dirinya mungkin sudah lupa tentang itu.

“Besok pagi, aku pergi mengambilnya.”

“Baiklah, terima kasih atas informasinya.”

Keesokan harinya, di Rumah Sakit Broswal.

“Program hamil?”

“Iya, saat pemeriksaan kesehatan Pak Jack secara khusus memerintahkan. Kesehatan Bu Fiona sangat baik, masa ovulasinya juga normal, bisa mulai konsumsi asam folat, vitamin B1 dan makanan tinggi protein. Kalau hubungan intim dilakukan dengan kualitas yang baik, tak lama lagi akan mendapat kabar gembira.”

Ujar dokter dengan ramah sambil merapikan kacamata di hidungnya.

Jari-jari ramping Fiona menggenggam laporan pemeriksaan dengan erat, dadanya terasa sesak.

Dia sudah berusaha untuk tidak memikirkan Jack belakangan ini, tapi siapa sangka hasil pemeriksaan kesehatan ini malah menjadi pisau yang menusuk hatinya.

“Bu Fiona, aku akan meresepkan dua kotak asam folat dan vitamin B1, jangan lupa dikonsumsi secara teratur.”

Fiona langsung memotong dokter dengan alasan, “Terima kasih dok, aku akan beli sendiri saja di luar.”

Dokter juga tak heran, para wanita kaya seperti ini biasanya punya akses untuk membeli obat-obatan terbaik di dunia. Jadi, menolak obat dari rumah sakit bukanlah hal baru.

Fiona keluar dari gedung rumah sakit dengan pikiran kosong, baru menyadarkan diri setelah berjalan ke bawah sinar matahari.

Dia membuang laporan pemeriksaannya ke tempat sampah.

Cintya sudah kembali, jadi Jack tak akan memintanya untuk punya anak lagi. Lagipula, dirinya sendiri juga tak ingin memberinya keturunan.

Lebih baik menganggap tidak pernah tahu tujuan pemeriksaan ini.

Di taman rumah sakit, matahari musim semi terasa begitu hangat dan tidak terlalu terik. Jack terlihat mendorong kursi roda Cintya dan menemaninya berjemur.

“Jack, kamu begitu sibuk, nggak perlu sering-sering ke sini. Aku bisa sendirian,” terdengar suara Cintya yang lembut dan penuh perhatian.

“Kamu cukup fokus memulihkan kesehatan saja, nggak perlu memikirkan yang lain.”

Jack merasa sangat bersalah pada Cintya. Dia menyalahkan dirinya atas kehilangannya saat itu, merasa bahwa dirinya tidak menjaganya dengan baik, sehingga menyebabkan Cintya diculik dan menghilang.

Beberapa hari ini, Jack mencoba mencari tahu akibat hilangnya Cintya. Namun, setiap kali mengungkit hal itu, wanita itu langsung menangis tersedu-sedu. Dia tak bisa mendapatkan satu petunjuk pun.

Fiona tak menyangka akan bertemu Jack di rumah sakit, padahal Jimmy bilang kalau dia perjalanan bisnis ke luar kota.

Sudah sampai di titik ini, Jack masih saja mencari alasan untuk berbohong. Sungguh kekanak-kanakan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status