Di Negara Moro.Di atas ranjang hotel.Dua tubuh bersandar bersama.Di tengah momen mesra, suara serak dan menggoda Jack terdengar, “Fion, bagaimana kalau kita punya anak bersama?”Fiona yang larut dalam suasana tanpa sadar mengiyakan.Setelah itu, saat keduanya berpelukan, Fiona baru menyadari apa yang baru saja dia katakan.“Anak?”Tatapan Fiona masih menyiratkan kehangatan momen itu.Tatapan ini membuat Jack kembali tergoda. Entah mengapa, tubuh Fiona selalu menarik baginya setiap saat.Menekan keinginannya, tiba-tiba Jack mengeluarkan cincin berlian dan menyematkannya di jari manis kiri Fiona.“Kamu sedang melamarku?”“Iya.”“Kalau begitu, bisakah kita mempunyai anak?” tanya Jack sambil tersenyum manis, dengan tatapan penuh sayang, tetapi tanpa cinta.Tatapannya seperti menembus Fiona, seolah menunggu jawaban dari sosok lain di hatinya.“Aku mau punya anak denganmu.”Fiona agak terkejut, tapi mana ada lamaran di atas ranjang. Ini sama sekali tidak romantis dan serius.Namun tak mas
Tanpa sadar, air mata menetes dan riasan matanya pun ikut luntur.Matanya tertuju pada cincin berlian di jari manis kirinya.Fiona merasakan ada firasat buruk. Wanita yang tiba-tiba muncul itu akan mengancam kebahagiaan yang sudah lama dirinya dambakan.Dirinya tidak bisa hanya menunggu di sini, dia harus mencari tahu siapa wanita itu.Setelah menenangkan diri sejenak, Fiona melangkah kembali ke hotel.Pesawat dari Negara Moro mendarat di Negara Hagoi.Di Rumah Sakit Broswal.Fiona berdiri di depan pintu ruang rawat, melipat kedua tangan di depan dada dan mencoba melihat ke dalam melalui jendela pintu.Diko Saputra, sahabat Jack yang juga kepala rumah sakit sedang melakukan pemeriksaan bersama dokter terhadap seorang wanita yang gelisah terbaring di ranjang.Wanita itu ditahan oleh dua perawat wanita.Di pesawat, wajah wanita tersebut telah dibersihkan dan dipakaikan pakaian bersih.“Cintya Fion? Bukannya dia … “ sudah menghilang tanpa jejak selama empat tahun?Ujar Diko terkejut. Dari
Taman bunga belakang rumah sakit.Malam di musim semi masih terasa sedikit dingin, angin sejuk berhembus, sangat menyejukkan.Suara mancis terdengar, dua titik cahaya menyala, asap bertiup mengikuti arah angin dan mengaburkan pandangan.“Cintya sudah kembali, bagaimana rencanamu kedepannya?” tanya Diko.Dia tidak menyebutkan Fiona, tetapi mereka berdua tahu apa yang sedang dibicarakan.Satu adalah mantan kekasih dengan kenangan indah masa kuliah, serta orang yang telah menyelamatkan Jack.Dan yang satu lagi adalah pacar yang telah bersama selama tiga tahun, melakukan berbagai hal intim dan kini sudah dilamarnya menjadi tunangan.Setelah hening sejenak.“Dia hanya seorang pengganti saja. Keberadaannya hanya untuk menggantikan Cintya, sama sekali nggak bisa dibandingkan dengan Cintya,” jawab Jack dengan dingin dan acuh tak acuh, seolah-olah orang yang melamarnya di Moro bukanlah dirinya.“Posisi Nyonya Jack nggak akan pernah jadi miliknya, hanya bisa jadi milik Cintya.”Kebetulan Fiona s
Fiona mencari remote untuk menyalakan lampu dan mencari alat untuk memadamkan lilin satu per satu.Mencari baju tidur di lemari dan kemudian mandi.Ketika masuk ke kamar mandi, dia secara tidak sengaja menyadari bahwa dirinya masih mengenakan cincin di jari kirinya. Dia melepasnya dan melemparkannya ke sudut lemari perhiasan.Setelah keluar dari kamar mandi, dia mengguncang semua kelopak bunga di ranjang hingga jatuh ke lantai. Menyelimuti dirinya dengan selimut hingga menutupi kepala dan tidur.Dia terbiasa tidur di sisi kiri, di mana Jack selalu memeluknya erat saat tidur. Jack selalu perlahan-lahan menggulungnya ke kiri, meninggalkan area kosong di tengah ranjang.Melihat bagian kanan yang kosong dan mengganggu, dia memindahkan tubuhnya ke tengah, melempar bantal yang berlebih ke bawah ranjang, sehingga terasa lebih nyaman.Mematikan lampu dan tidur.Selama dua hari berturut-turut, dia tidak menerima kabar dari Jack. Seharusnya dia sedang menemani Cintya di rumah sakit atau mungkin
Sudah menjadi rahasia umum kalau para konglomerat seringkali bersikap dingin dan tidak peduli dalam urusan percintaan, begitu mudah menggonta-ganti pasangan seperti sedang ganti baju. Bosnya hanya bersama dengan Bu Fiona selama tiga tahun ini, tadinya mereka mengira bosnya cukup setia. Nyatanya diputuskan begitu saja. Entah Bu Cintya bisa bertahan sampai kapan di sisi bos.Jimmy mulai bekerja di perusahaan tiga tahun lalu, tepat saat Jack mengambil alih Grup Boganda. Jadi, dia tidak tahu banyak tentang hubungan Cintya dengan Jack.Di dalam Grand Mal.Fiona sedang memilih baju, tak satu pun dari yang dipilih ada hubungannya dengan gaya imut dan polos.“Bestie, kamu ganti gaya?” tanya Susan, melihatnya memegang gaun panjang hitam yang seksi dengan tali tipis dan ada belahan tinggi di bagian bawah. Gaun itu pasti akan terlihat sangat seksi membalut tubuh Fiona yang ramping dan proposional.Fiona memandangi dirinya di cermin, mengukur gaun itu di tubuhnya dengan ekspresi tenang dan menjawa
Fiona mengambil ponsel dan mengirim pesan pada Jack.[Pulanglah ke rumah kalau ada waktu, selesaikan urusan kita. Setelah itu, kamu bisa pergi menemani kekasihmu.]Usai mengirimnya, Fiona pun bersiap meninggalkan rumah sakit.“Fiona, boleh kita bicara sebentar?” Entah bagaimana caranya, Cintya muncul di sebelah Fiona dengan kursi rodanya, tanpa ada bayangan Jack di sekitarnya.“Sepertinya kita nggak kenal.”“Fiona, aku hanya nggak berada di sisi Jack selama tiga tahun. Aku hanya mau tahu dari kamu, bagaimana kehidupan Jack selama tiga tahun ini? Apa dia baik-baik saja? Apa dia mungkin kesulitan makan dan tidur karena nggak bisa menemukanku?”Cintya yang kurus tampak sangat mengkhawatirkan Jack, tetapi ada nada sombong dalam ucapannya.“Kalau mau tahu, bisa langsung tanyakan pada Jack.”“Dia nggak akan jawab, karena takut aku khawatir.”Fiona tidak merasa ada yang perlu dibicarakan dengan Cintya. Status mereka sangat canggung, jadi dia berbalik untuk pergi.Dari belakang, tiba-tiba Cint
Fiona menggenggam dokumen itu erat-erat, api amarah membakar di dalam hatinya.Jack bersandar di kursi, dengan nada yang arogan, bibir tipis berbicara seolah sedang memberikan hadiah, “Kamu sudah bekerja keras selama tiga tahun ini. Kamu seorang yatim piatu, nggak punya keluarga dan tempat berteduh. Aku bersedia memeliharamu. Aku akan memberikan enam triliun padamu setiap tahunnya.”“Kontrak ini akan diperbarui setiap tiga tahun. Kalau kamu bisa berperilaku baik, nggak menggangguku dan Cintya, aku akan memeliharamu hingga tua.”“Kamu bisa tinggal di vila ini, tetapi jangan lagi muncul di hadapan Cintya. Mulai sekarang, aku nggak akan datang ke sini dan nggak akan menyentuhmu lagi.”“Apapun yang terjadi di rumah sakit hari ini, entah benar atau salah, aku nggak mau hal itu terulang lagi ke depannya.”Perkataannya yang dingin dan tanpa belas kasihan itu benar-benar menghina harga diri Fiona.Mendengar kata-kata itu, Fiona begitu marah hingga dadanya terasa sakit. Dari mana Jack mendapat
Pada saat yang sama, dia juga mendapat pesan pengingat tentang perjalanan ke vila tepi pantai.Jika bukan karena pengingat itu, Fiona hampir lupa bahwa dirinya telah memesan perjalanan tiga hari dua malam.Dulu, dia sangat ingin pergi ke pantai bersama Jack, tapi tidak ada waktu karena Jack sibuk dengan pekerjaannya. Setelah merengek dan bersikap manja, akhirnya jack setuju, itu pun setelah memilih lokasi wisata di wilayah lokal.Fiona bahkan sudah menyiapkan banyak barang untuk perjalanan ini, tapi barang-barang itu sudah dibuang saat membersihkan lemari. Fiona berusaha menyadarkan diri dari renungan itu.Tanpa Jack, dia tetap bisa pergi bersama Susan.Bumi tidak berhenti berputar hanya karena berkurang satu orang.“Susan, aku sudah pesan vila di tepi pantai kota ini, tiga hari dua malam, mau ikut?” tanya Fiona yang masih mengenakan baju tidur, matanya setengah mengantuk.“Liburan?”“Tentu saja, ayo pergi! Aku bolos kelas hari ini.” Susan selalu merespon dengan antusias, lalu terkeke