Fiona mencari remote untuk menyalakan lampu dan mencari alat untuk memadamkan lilin satu per satu.Mencari baju tidur di lemari dan kemudian mandi.Ketika masuk ke kamar mandi, dia secara tidak sengaja menyadari bahwa dirinya masih mengenakan cincin di jari kirinya. Dia melepasnya dan melemparkannya ke sudut lemari perhiasan.Setelah keluar dari kamar mandi, dia mengguncang semua kelopak bunga di ranjang hingga jatuh ke lantai. Menyelimuti dirinya dengan selimut hingga menutupi kepala dan tidur.Dia terbiasa tidur di sisi kiri, di mana Jack selalu memeluknya erat saat tidur. Jack selalu perlahan-lahan menggulungnya ke kiri, meninggalkan area kosong di tengah ranjang.Melihat bagian kanan yang kosong dan mengganggu, dia memindahkan tubuhnya ke tengah, melempar bantal yang berlebih ke bawah ranjang, sehingga terasa lebih nyaman.Mematikan lampu dan tidur.Selama dua hari berturut-turut, dia tidak menerima kabar dari Jack. Seharusnya dia sedang menemani Cintya di rumah sakit atau mungkin
Sudah menjadi rahasia umum kalau para konglomerat seringkali bersikap dingin dan tidak peduli dalam urusan percintaan, begitu mudah menggonta-ganti pasangan seperti sedang ganti baju. Bosnya hanya bersama dengan Bu Fiona selama tiga tahun ini, tadinya mereka mengira bosnya cukup setia. Nyatanya diputuskan begitu saja. Entah Bu Cintya bisa bertahan sampai kapan di sisi bos.Jimmy mulai bekerja di perusahaan tiga tahun lalu, tepat saat Jack mengambil alih Grup Boganda. Jadi, dia tidak tahu banyak tentang hubungan Cintya dengan Jack.Di dalam Grand Mal.Fiona sedang memilih baju, tak satu pun dari yang dipilih ada hubungannya dengan gaya imut dan polos.“Bestie, kamu ganti gaya?” tanya Susan, melihatnya memegang gaun panjang hitam yang seksi dengan tali tipis dan ada belahan tinggi di bagian bawah. Gaun itu pasti akan terlihat sangat seksi membalut tubuh Fiona yang ramping dan proposional.Fiona memandangi dirinya di cermin, mengukur gaun itu di tubuhnya dengan ekspresi tenang dan menjawa
Fiona mengambil ponsel dan mengirim pesan pada Jack.[Pulanglah ke rumah kalau ada waktu, selesaikan urusan kita. Setelah itu, kamu bisa pergi menemani kekasihmu.]Usai mengirimnya, Fiona pun bersiap meninggalkan rumah sakit.“Fiona, boleh kita bicara sebentar?” Entah bagaimana caranya, Cintya muncul di sebelah Fiona dengan kursi rodanya, tanpa ada bayangan Jack di sekitarnya.“Sepertinya kita nggak kenal.”“Fiona, aku hanya nggak berada di sisi Jack selama tiga tahun. Aku hanya mau tahu dari kamu, bagaimana kehidupan Jack selama tiga tahun ini? Apa dia baik-baik saja? Apa dia mungkin kesulitan makan dan tidur karena nggak bisa menemukanku?”Cintya yang kurus tampak sangat mengkhawatirkan Jack, tetapi ada nada sombong dalam ucapannya.“Kalau mau tahu, bisa langsung tanyakan pada Jack.”“Dia nggak akan jawab, karena takut aku khawatir.”Fiona tidak merasa ada yang perlu dibicarakan dengan Cintya. Status mereka sangat canggung, jadi dia berbalik untuk pergi.Dari belakang, tiba-tiba Cint
Fiona menggenggam dokumen itu erat-erat, api amarah membakar di dalam hatinya.Jack bersandar di kursi, dengan nada yang arogan, bibir tipis berbicara seolah sedang memberikan hadiah, “Kamu sudah bekerja keras selama tiga tahun ini. Kamu seorang yatim piatu, nggak punya keluarga dan tempat berteduh. Aku bersedia memeliharamu. Aku akan memberikan enam triliun padamu setiap tahunnya.”“Kontrak ini akan diperbarui setiap tiga tahun. Kalau kamu bisa berperilaku baik, nggak menggangguku dan Cintya, aku akan memeliharamu hingga tua.”“Kamu bisa tinggal di vila ini, tetapi jangan lagi muncul di hadapan Cintya. Mulai sekarang, aku nggak akan datang ke sini dan nggak akan menyentuhmu lagi.”“Apapun yang terjadi di rumah sakit hari ini, entah benar atau salah, aku nggak mau hal itu terulang lagi ke depannya.”Perkataannya yang dingin dan tanpa belas kasihan itu benar-benar menghina harga diri Fiona.Mendengar kata-kata itu, Fiona begitu marah hingga dadanya terasa sakit. Dari mana Jack mendapat
Pada saat yang sama, dia juga mendapat pesan pengingat tentang perjalanan ke vila tepi pantai.Jika bukan karena pengingat itu, Fiona hampir lupa bahwa dirinya telah memesan perjalanan tiga hari dua malam.Dulu, dia sangat ingin pergi ke pantai bersama Jack, tapi tidak ada waktu karena Jack sibuk dengan pekerjaannya. Setelah merengek dan bersikap manja, akhirnya jack setuju, itu pun setelah memilih lokasi wisata di wilayah lokal.Fiona bahkan sudah menyiapkan banyak barang untuk perjalanan ini, tapi barang-barang itu sudah dibuang saat membersihkan lemari. Fiona berusaha menyadarkan diri dari renungan itu.Tanpa Jack, dia tetap bisa pergi bersama Susan.Bumi tidak berhenti berputar hanya karena berkurang satu orang.“Susan, aku sudah pesan vila di tepi pantai kota ini, tiga hari dua malam, mau ikut?” tanya Fiona yang masih mengenakan baju tidur, matanya setengah mengantuk.“Liburan?”“Tentu saja, ayo pergi! Aku bolos kelas hari ini.” Susan selalu merespon dengan antusias, lalu terkeke
“Maaf nona cantik, bolehkah aku mengajakmu berdansa malam ini?” tanya seorang pria dengan sopan membungkukkan badannya sedikit sambil mengulurkan tangan, tampil rapi dengan jas formal.Di lantai bawah, Fiona kebetulan sedang diajak berdansa.Adegan ini disaksikan oleh banyak orang, seolah Fiona memang sengaja menarik perhatian pria kaya.“Bukannya itu Kak Fiona? Kenapa dia bisa … “ Cintya berpura-pura terkejut, seolah menemukan rahasia yang tak bisa diungkapkan.Bukan hanya Cintya yang melihat ini, Jack dan Diko yang berada di balkon juga menyaksikannya.Bahkan obrolan para wanita di bawah pun terdengar cukup jelas.Diko mengangkat alisnya dan tersenyum sambil menatap ke bawah, seolah menyadari sesuatu.Bukankah sebelumnya Fiona selalu meminta Jack untuk liburan bersama?Jangan-jangan ini tempat yang dia maksud? Vila Mondeta?Lalu, mereka putus dan malam ini Jack malah mengajak dirinya ke sini?Jangan-jangan?Karena penasaran, Diko bertanya tanpa peduli kehadiran Cintya di sampingnya.
"Kak Jack, Kak Diko," sapa Yogi dengan ceria. "Eh Yogi," jawab Diko.Jack mengangguk, menandakan salamnya.Fiona agak terkejut, lalu menoleh ke remaja itu. Mereka saling kenal?Diko menjelaskan, "Keluarga Saputra, Kusanda, Pangestu termasuk keluarga lama di Kota Liha, makanya kami saling kenal."Fiona mengangguk paham. Ternyata perkumpulan anak-anak keluarga kaya, pantas saja berani mengebut di parkiran dengan mobil mewah.Melihat ekspresi Fiona, Yogi sepertinya teringat insiden di parkiran dan buru-buru ingin menghentikan pikiran buruknya, suaranya terdengar merajuk,"Kakak."Panggilan kakak itu membuat semua orang di sana terdiam.Cintya yang terus terlihat seperti orang tak terlihat di pinggiran suasana, tidak terima dirinya diabaikan.Dia melangkah kecil ke depan, mendekatkan diri ke Jack, sehingga tampak seperti saat Jack menggendongnya.Dia mendongak, menatap Jack dengan penuh perasaan dan tersenyum penuh kemenangan.“Kemarin baru saja keluar dari rumah sakit, Jack khawatir aku
Sosok Jack yang tinggi berdiri dengan santai di tepi pantai, ekspresinya terlihat acuh tak acuh.Dari sudut pandang yang tak terlihat oleh Kakek Hardi, matanya tertuju pada Fiona, sedikit mengejek dan penuh ketidakpercayaan.Jack tidak berniat menjelekkan kemampuan melukis Fiona. Dirinya jarang sekali melihatnya melukis saat di vila.Jack tak ingin menghancurkan antusias Kakek Hardi.Fiona memang bisa melukis dan bersekolah di sekolah seni terbaik di Kota Liha.Namun menurut Jack, itu sama sekali bukan sebuah bakat atau keunggulan.Dia memasuki sekolah itu bukan karena kemampuannya, melainkan berkat uang yang dikeluarkan Jack.Namun, Fiona memang pandai menari, bahkan berhasil mengejutkan Jack baru saja.Namun, melukis dan menari jelas berbeda.Fiona, bukanlah seorang pelukis!Jack meyakinkan dirinya dalam hati.Tatapan Fiona bertemu dengan Jack.Jack menyipitkan matanya, terlihat sinar penuh cemoohan, seolah sedang menantikan bagaimana Fiona mempertahankan karakter pelukisnya.Tatapan