Share

Bab 3

Taman bunga belakang rumah sakit.

Malam di musim semi masih terasa sedikit dingin, angin sejuk berhembus, sangat menyejukkan.

Suara mancis terdengar, dua titik cahaya menyala, asap bertiup mengikuti arah angin dan mengaburkan pandangan.

“Cintya sudah kembali, bagaimana rencanamu kedepannya?” tanya Diko.

Dia tidak menyebutkan Fiona, tetapi mereka berdua tahu apa yang sedang dibicarakan.

Satu adalah mantan kekasih dengan kenangan indah masa kuliah, serta orang yang telah menyelamatkan Jack.

Dan yang satu lagi adalah pacar yang telah bersama selama tiga tahun, melakukan berbagai hal intim dan kini sudah dilamarnya menjadi tunangan.

Setelah hening sejenak.

“Dia hanya seorang pengganti saja. Keberadaannya hanya untuk menggantikan Cintya, sama sekali nggak bisa dibandingkan dengan Cintya,” jawab Jack dengan dingin dan acuh tak acuh, seolah-olah orang yang melamarnya di Moro bukanlah dirinya.

“Posisi Nyonya Jack nggak akan pernah jadi miliknya, hanya bisa jadi milik Cintya.”

Kebetulan Fiona sudah berinisiatif mengungkitnya di koridor tadi, jadi dirinya tidak perlu mengatakannya lagi.

Diko dan Jack adalah sahabat sejak kecil. Keduanya memiliki sifat egois khas anak-anak keluarga kaya. Namun kali ini, Diko merasa kasihan pada Fiona.

Meskipun Fiona kehilangan ingatan dan juga seorang yatim piatu yang tak punya latar belakang, dia adalah orang yang jujur. Selama tiga tahun berada di sisi Jack, kepribadian mereka saling melengkapi. Bagi Diko, mereka tampak sangat bahagia.

Dan Cintya telah menghilang selama bertahun-tahun di luar negeri, apa yang dialami Cintya tidaklah sulit untuk ditebak. Diko bukan mempermasalahkan keperawanan atau pandangan negatif terhadap wanita, tetapi sejak kuliah, dia merasa sifat Cintya kurang baik. Selama di luar negeri, Cintya sering kali tidak mendengarkan Jack dan sering pergi sendirian tanpa mengajak Jack.

Setelah lulus, teman-teman seangkatan yang akrab mengusulkan untuk mengadakan pesta kelulusan di luar negeri dan Cintya menghilang secara misterius di pesta itu.

Mereka menggunakan semua koneksi yang ada untuk mencarinya, tetapi tidak berhasil. Bahkan polisi menyarankan mereka untuk menyerah, seorang wanita muda yang menghilang di negara asing kemungkinan besar sudah mengalami sesuatu yang fatal.

Saat itu, mereka belum sepenuhnya mewarisi perusahaan, jadi mereka tidak memiliki keahlian dalam menyelesaikan masalah. Pada saat bersamaan, Jason Kusanda, ayah Jack juga mengalami kecelakaan dan meninggal dunia.

Setelah urusan pemakaman selesai, Jack disibukkan dengan prosedur mewarisi perusahaan dan menghadapi tantangan dari Joman Kusanda, pamannya yang ingin mengambil alih perusahaan.

Akhirnya, dengan bantuan kakeknya, Jack bisa menstabilkan perusahaan. Namun, mereka melewatkan waktu emas untuk mencari Cintya dan akhirnya semakin sulit untuk menemukannya.

Diko melihat semua penyesalan dan rasa bersalah yang dialami Jack saat itu.

Kemudian kemunculan Fiona yang menyelamatkan Jack.

Diko sangat berterima kasih padanya.

“Bagaimanapun juga, Fiona sudah bersamamu selama tiga tahun. Dia juga seorang yatim piatu, nggak punya keluarga. Kamu nggak merasa ini terlalu kejam padanya?” ujar Diko mencoba membela Fiona.

“Kalau begitu, aku bisa terus memeliharanya, tapi nggak mungkin untuk menikah,” jawab Jack dengan santai, seolah-olah memelihara seorang wanita bukanlah hal besar.

Dua wanita ini seolah bukan masalah yang besar baginya.

Terus memeliharanya?

Haha!

Itu artinya membiarkannya terus menjadi pacar penggantinya? Dipelihara dalam bayang-bayang tanpa diakui?

Bukankah itu selingkuhan?

Fiona tidak langsung pergi dari rumah sakit. Dia duduk di bangku taman belakang dan merasakan angin dingin.

Dia tidak menyangka akan mendengar kebenaran dengan cara seperti ini.

Ternyata, semua ini karena wajahnya yang hampir mirip dengan mantan kekasih Jack yang menghilang.

Ditambah lagi dengan ingatannya yang hilang, dirinya bisa dibentuk sesuai dengan tipe mantan kekasih yang ada dari hati Jack. Dengan menyembunyikan kebenaran dan dirinya menjadi penggantinya.

Semuanya untuk mengurangi kerinduan Jack pada mantan kekasihnya.

Perhatian dan kasih sayang yang didapatkan sebelumnya adalah milik mantan kekasihnya.

Cintya Fion.

Ternyata namanya adalah Cintya Fion.

Cintya Fion yang selalu ada di hati Jack.

Makanya Jack memberi namanya Fiona.

Bahkan saat berhubungan intim, Jack juga memanggilnya Fion.

Saat memanggil nama Fion, suaranya begitu dalam dan menggoda, hingga membuatnya terjun perlahan ke dalam kegelapan.

Ternyata, dia hanya memanggil nama wanita lain saat memandang wajahnya.

Ternyata foto di dompet Jack adalah Cintya dan dengan bodohnya, dirinya masih berpikir bahwa itu dirinya sendiri.

Sungguh konyol.

Sejak awal, Jack telah membentuknya menjadi pacar yang menggantikan mantan kekasih yang menghilang di hatinya.

Dengan polosnya, dia masih berpikir bahwa telah berhasil meraih cinta Jack.

Ternyata, dirinya hanyalah bagian dari kisah cinta mereka.

Hari ini, hati Fiona seolah jatuh dari puncak gunung ke dalam jurang. Dirinya terjebak dalam kebohongan. Kebohongan sebagai pengganti kekasih di hati Jack.

Kebohongan menjadi tunangan yang jelas-jelas menjadi selingkuhan yang tak diakui.

Dia sangat menyukainya, bahkan mencintainya, tetapi harga dirinya tidak bisa menerima kenyataan bahwa dirinya hanya pengganti bagi orang lain.

Fiona pun memutuskan untuk pergi.

Untungnya, Jack baru melamarnya dan mereka belum menikah. Perpisahan jauh lebih mudah daripada perceraian.

Fiona merasa sedikit beruntung dengan kemunculan Cintya hari ini.

“Bu Fiona, kamu di mana?” terdengar suara teriakan sopir. Setelah menunggu lama, akhirnya dia turun untuk mencarinya.

“Aku di sini,” jawab Fiona. Suasana hatinya kembali tenang dari kekacauan sebelumnya dan mengembalikan penampilan lembutnya.

“Hanya kamu sendiri? Di mana Pak Jack?” tanya sopir.

“Dia nggak pulang.”

Fiona bangkit dari bangku di taman belakang dan pergi bersama sopir menuju mobil.

Dia mengenakan gaun panjang berwarna krem yang menutupi lututnya, dengan gaya manis dan polos. Dia belajar melukis dan selalu bersedia mencoba berbagai gaya. Ini semua karena Jack menyukai gaya ini, sehingga dia selalu mengenakannya selama tiga tahun terakhir.

Angin malam yang sejuk di musim semi berhembus lembut, membuat sebagian kulit betis yang telanjang terasa dingin.

Di sisi lain dari taman, api rokok berkedip-kedip. Jack menghabiskan hisapan terakhir, memadamkannya dan membuangnya ke dalam tempat sampah.

Diko merasa sedikit canggung ketika menyadari pembicaraan mereka yang telah didengar. “Fiona belum pergi?”

Jadi, semua yang dibicarakan barusan telah didengar?

Jack membuang puntung rokok dengan santai dan tak peduli, suaranya dingin dan tanpa perasaan, “Baguslah kalau dia mendengarnya. Dia harus menyadari posisinya, agar nggak membuat hal memalukan seperti ini lagi ke depannya.”

Usai bicara, Jack berbalik dan pergi dari taman.

Dia bahkan tidak merasa canggung atau bersalah saat Fiona mendengarnya.

Fiona pulang ke Vila Cemara Asri dengan mobil.

Bibi Siti membuka pintu, tampak merindukannya setelah beberapa hari tidak bertemu. Dia menyambutnya, “Sudah pulang? Menemani Pak Jack pergi perjalanan bisnis kali ini pasti melelahkan.”

Fiona tampak lelah dan hanya mengangguk sambil menjawab, “Hm.”

“Di mana Pak Jack?” tanya Bibi Siti sambil melihat ke belakang dan mencari sosok Jack.

“Dia nggak pulang malam ini,” jawab Fiona dengan suara dingin, seolah kepulangan Jack tidak ada hubungannya dengan dirinya.

Ekspresi Bibi Siti sedikit mengecewakan, tetapi seketika berubah ceria dengan senyuman yang menyiratkan sesuatu yang hanya bisa dipahami oleh orang yang berpengalaman.

Bibi Siti mengambil koper dari tangan Fiona dan menyuruhnya segera istirahat di kamar.

Ketika Fiona masuk ke kamar, barulah dia memahami senyuman Bibi Siti tadi.

Lampu di kamar tidur dimatikan. Lantai dan meja dipenuhi dengan lilin yang disusun tidak beraturan. Ada bunga-bunga segar dan aroma terapi di samping lilin, serta sebotol sampanye yang terbuka di atas meja.

Bahkan tirai abu-abu gelap yang biasanya juga diganti dengan tirai renda yang cantik, menambah suasana romantis.

Bertebaran kelopak bunga yang tebal di atas ranjang besar.

Seluruh ruangan dihias dengan penuh kasih sayang.

Sepertinya, ini semua disiapkan oleh Jack sebelum pergi ke luar negeri.

Fiona merasa sangat lelah, tidak ada tenaga untuk membereskan semuanya. Dia juga tidak ingin mengganggu Bibi Siti di tengah malam seperti ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status