Jack sudah memesankan tiket pesawat untuk perjalanan pulang dan akan ada orang yang menjemput di bandara. Tempat tinggal di Vila Cemara Asri juga telah disiapkan, Fiona bisa pindah kembali ke sana.Baru saja pesan itu terkirim, layar menunjukkan tanda seru merah.Pesan sudah dikirim, tetapi ditolak oleh penerima.Jadi? Dirinya diblokir?Jack tidak marah, malah tertawa kecil.Sifat Fiona memang seperti itu.Jack pun segera menelepon Fiona dengan nomor telepon kantornya.Belum lama berdering, panggilan diangkat oleh Fiona.“Halo? Dengan siapa?’ terdengar suara sopan Fiona dari ujung telepon.“Aku sudah memesankan tiket pesawat untukmu. Ingat pulang sendiri, jangan bersama … “ dengan Yogi, aku nggak mau melihat kalian berdua bersamaan di depanku … Belum selesai Jack bicara, tiba-tiba terdengar suara lembut seorang wanita yang memotong ucapannya.“Kak Jack, masakannya harus tunggu sebentar lagi. Kamu belum makan di pesawat tadi, minum susu dulu, aku baru menghangatkannya.”Ujar Cintya sam
“Hm, rasanya enak sekali,” puji Jack.“Aku ingat dulu kamu nggak suka masak, ‘kan?” tanya jack tiba-tiba teringat.“Kak Jack, kamu sendiri yang bilang kalau itu dulu. Sejak tiga tahun tinggal di Moro, hidupku penuh ketidakpastian … seiring waktu berjalan, aku jadi belajar banyak hal!” Ujar Cintya dengan suara yang mulai serak, berusaha keras menahan air mata yang hampir jatuh.Jack teringat dengan kecerobohannya tiga tahun lalu, Cintya menghilang dan menjalani hidup keras di jalanan. Rasa bersalah memenuhi hatinya.Dengan penuh perhatian, Jack menghiburnya dan berjanji sambil mengambil dua lembar tisu, mengusap air matanya dan menenangkannya, “Jangan menangis, semua itu nggak akan terulang lagi!”Cintya menundukkan kepalanya sedikit, menampakkan air mata yang membuatnya terlihat sangat lembut dan mengundang simpati.Dengan nada tegar, dia berkata, “Aku percaya dengan Kak Jack!”“Kak Jack, kesehatanku sudah mulai pulih sekarang.”Gerakan makan Jack tiba-tiba berhenti, terlihat sedikit
Di Negara Moro.Di atas ranjang hotel.Dua tubuh bersandar bersama.Di tengah momen mesra, suara serak dan menggoda Jack terdengar, “Fion, bagaimana kalau kita punya anak bersama?”Fiona yang larut dalam suasana tanpa sadar mengiyakan.Setelah itu, saat keduanya berpelukan, Fiona baru menyadari apa yang baru saja dia katakan.“Anak?”Tatapan Fiona masih menyiratkan kehangatan momen itu.Tatapan ini membuat Jack kembali tergoda. Entah mengapa, tubuh Fiona selalu menarik baginya setiap saat.Menekan keinginannya, tiba-tiba Jack mengeluarkan cincin berlian dan menyematkannya di jari manis kiri Fiona.“Kamu sedang melamarku?”“Iya.”“Kalau begitu, bisakah kita mempunyai anak?” tanya Jack sambil tersenyum manis, dengan tatapan penuh sayang, tetapi tanpa cinta.Tatapannya seperti menembus Fiona, seolah menunggu jawaban dari sosok lain di hatinya.“Aku mau punya anak denganmu.”Fiona agak terkejut, tapi mana ada lamaran di atas ranjang. Ini sama sekali tidak romantis dan serius.Namun tak mas
Tanpa sadar, air mata menetes dan riasan matanya pun ikut luntur.Matanya tertuju pada cincin berlian di jari manis kirinya.Fiona merasakan ada firasat buruk. Wanita yang tiba-tiba muncul itu akan mengancam kebahagiaan yang sudah lama dirinya dambakan.Dirinya tidak bisa hanya menunggu di sini, dia harus mencari tahu siapa wanita itu.Setelah menenangkan diri sejenak, Fiona melangkah kembali ke hotel.Pesawat dari Negara Moro mendarat di Negara Hagoi.Di Rumah Sakit Broswal.Fiona berdiri di depan pintu ruang rawat, melipat kedua tangan di depan dada dan mencoba melihat ke dalam melalui jendela pintu.Diko Saputra, sahabat Jack yang juga kepala rumah sakit sedang melakukan pemeriksaan bersama dokter terhadap seorang wanita yang gelisah terbaring di ranjang.Wanita itu ditahan oleh dua perawat wanita.Di pesawat, wajah wanita tersebut telah dibersihkan dan dipakaikan pakaian bersih.“Cintya Fion? Bukannya dia … “ sudah menghilang tanpa jejak selama empat tahun?Ujar Diko terkejut. Dari
Taman bunga belakang rumah sakit.Malam di musim semi masih terasa sedikit dingin, angin sejuk berhembus, sangat menyejukkan.Suara mancis terdengar, dua titik cahaya menyala, asap bertiup mengikuti arah angin dan mengaburkan pandangan.“Cintya sudah kembali, bagaimana rencanamu kedepannya?” tanya Diko.Dia tidak menyebutkan Fiona, tetapi mereka berdua tahu apa yang sedang dibicarakan.Satu adalah mantan kekasih dengan kenangan indah masa kuliah, serta orang yang telah menyelamatkan Jack.Dan yang satu lagi adalah pacar yang telah bersama selama tiga tahun, melakukan berbagai hal intim dan kini sudah dilamarnya menjadi tunangan.Setelah hening sejenak.“Dia hanya seorang pengganti saja. Keberadaannya hanya untuk menggantikan Cintya, sama sekali nggak bisa dibandingkan dengan Cintya,” jawab Jack dengan dingin dan acuh tak acuh, seolah-olah orang yang melamarnya di Moro bukanlah dirinya.“Posisi Nyonya Jack nggak akan pernah jadi miliknya, hanya bisa jadi milik Cintya.”Kebetulan Fiona s
Fiona mencari remote untuk menyalakan lampu dan mencari alat untuk memadamkan lilin satu per satu.Mencari baju tidur di lemari dan kemudian mandi.Ketika masuk ke kamar mandi, dia secara tidak sengaja menyadari bahwa dirinya masih mengenakan cincin di jari kirinya. Dia melepasnya dan melemparkannya ke sudut lemari perhiasan.Setelah keluar dari kamar mandi, dia mengguncang semua kelopak bunga di ranjang hingga jatuh ke lantai. Menyelimuti dirinya dengan selimut hingga menutupi kepala dan tidur.Dia terbiasa tidur di sisi kiri, di mana Jack selalu memeluknya erat saat tidur. Jack selalu perlahan-lahan menggulungnya ke kiri, meninggalkan area kosong di tengah ranjang.Melihat bagian kanan yang kosong dan mengganggu, dia memindahkan tubuhnya ke tengah, melempar bantal yang berlebih ke bawah ranjang, sehingga terasa lebih nyaman.Mematikan lampu dan tidur.Selama dua hari berturut-turut, dia tidak menerima kabar dari Jack. Seharusnya dia sedang menemani Cintya di rumah sakit atau mungkin
Sudah menjadi rahasia umum kalau para konglomerat seringkali bersikap dingin dan tidak peduli dalam urusan percintaan, begitu mudah menggonta-ganti pasangan seperti sedang ganti baju. Bosnya hanya bersama dengan Bu Fiona selama tiga tahun ini, tadinya mereka mengira bosnya cukup setia. Nyatanya diputuskan begitu saja. Entah Bu Cintya bisa bertahan sampai kapan di sisi bos.Jimmy mulai bekerja di perusahaan tiga tahun lalu, tepat saat Jack mengambil alih Grup Boganda. Jadi, dia tidak tahu banyak tentang hubungan Cintya dengan Jack.Di dalam Grand Mal.Fiona sedang memilih baju, tak satu pun dari yang dipilih ada hubungannya dengan gaya imut dan polos.“Bestie, kamu ganti gaya?” tanya Susan, melihatnya memegang gaun panjang hitam yang seksi dengan tali tipis dan ada belahan tinggi di bagian bawah. Gaun itu pasti akan terlihat sangat seksi membalut tubuh Fiona yang ramping dan proposional.Fiona memandangi dirinya di cermin, mengukur gaun itu di tubuhnya dengan ekspresi tenang dan menjawa
Fiona mengambil ponsel dan mengirim pesan pada Jack.[Pulanglah ke rumah kalau ada waktu, selesaikan urusan kita. Setelah itu, kamu bisa pergi menemani kekasihmu.]Usai mengirimnya, Fiona pun bersiap meninggalkan rumah sakit.“Fiona, boleh kita bicara sebentar?” Entah bagaimana caranya, Cintya muncul di sebelah Fiona dengan kursi rodanya, tanpa ada bayangan Jack di sekitarnya.“Sepertinya kita nggak kenal.”“Fiona, aku hanya nggak berada di sisi Jack selama tiga tahun. Aku hanya mau tahu dari kamu, bagaimana kehidupan Jack selama tiga tahun ini? Apa dia baik-baik saja? Apa dia mungkin kesulitan makan dan tidur karena nggak bisa menemukanku?”Cintya yang kurus tampak sangat mengkhawatirkan Jack, tetapi ada nada sombong dalam ucapannya.“Kalau mau tahu, bisa langsung tanyakan pada Jack.”“Dia nggak akan jawab, karena takut aku khawatir.”Fiona tidak merasa ada yang perlu dibicarakan dengan Cintya. Status mereka sangat canggung, jadi dia berbalik untuk pergi.Dari belakang, tiba-tiba Cint