setelah acara maaf-maafan jani yang menang sudah selesai dengan pekerjaan dalam rumah lantas meminta izin pada pak Jaksa untuk menyapu di halaman depan rumah.
sebenarnya halaman depan tidak kotor sekali. hanya perlu menyapu ringan saja dan menyiram tamanan. "rajin amat neng pagi-pagi udah nyapu" ucap pak udin yang sudah bertengger di pos satpam. sambil menyeruput segelas kopi hitam yang dibuat nya sendiri. jani menoleh dengan muka cemberut nya" iya lah nggak kayak bapak pagi" masih enak ngopi" ucapnya judes. dia kesel dengan pak udin kenapa tidak bilang pak Jaksa itu masih muda . "uhuk.. uhuk" pak ujang terbatuk saat mendengar perkataan jani. "tumben amat ning neng jani judes " ucapnya dalam hati. "kenapa neng? " tanya pak udin bingung. "pagi-pagi udah cemberut aja. " ucapnya lagi. jani lantas membawa sapu lidi nya menuju ke arah pak udin. " pak udin sih kenapa nggak bilang pak Jaksa alias majikan kita masih muda. kan jani jani salah tuduh" ucap nya sambil mengingat kejadian tadi malam saat dia dengan brutal memukuli Aksa. "loh kok bapak neng? neng juga nggak bilang sih ya bapak nggak kasih tahu" ucap udin membela diri. "eh iya yah. ya udah berarti ini sal--" ucapan eca terpotong saat ada sebuah suara cempreng yang memanggilnya. "jani oh jani" ucap eca dengan semangat nya sambil berjalan dengan gembiranya. "ternyata tanpa di beri umpan.mangsa ku sudah datang dengan sendirinya" ucap jani dalam hati sambil tersenyum menyeringai. dengan sapu di tangan nya dia sudah bersiap-siap. "loh.. loh. apaan nih? " tanya eca saat jani yang menghampiri nya dengan sapu yang sudah di angkat ke atas. eca yang melihat itu lantas berlari mengelilingi pak udin. "pak tolongin pak. jani kesurupan kayanya. aaa" ucap eca sambil menarik-narik pak udin. pak udin yang bingung juga nggak tahu harus bagaimana. apa lagi saat badan nya ditarik-tarik oleh eca dengan sekuat tenaga. "udah neng istighfar " ucap mang udin. duh udah sakit badanya di ulur-ulur belum juga eca susah sekali di hentikan. "minggir pak. nih orang yang buat saya jadi salah tuduh" ucap jani yang masih menguber-guber eca dengan sapu yang sesekali dia kenakan pada tubuh eca. se emosi nya jani dia tidak mungkin sekeras itu memukul orang. dia hanya mengertak saja tidak sungguh-sungguh. "apa sih jan. gue beneran nggak tahu maksud lo apa. aaa pak udin tolongin" ucap eca sambil berusaha untuk terus menghindar. "sini lo. gara-gara lo gue jadi salah tuduh. lo yang bilang pak Jaksa tua, ubanan, tongkok jalan nya pake tongkat" ucap jani yang sudah berhenti mengejar -ejar eca karena cape. lincah juga ternyata eca ini. "hah cape" ucap jani. Aksa yang mendengar keributan di luar rumahnya lantas keluar. dia sebenarnya mendengar dari tadi hanya saja dia pikir adalah tetangga nya yang memang suka ribut dengan artnya. ternyata setelah melihat CCTV yang terkoneksi di HP itu malah art nya yang baru. dengan jas hitam dia berjalan keluar sambil menenteng tas kantornya" sini lo eca. gue gibeng loh. gue nggak Terima lo sejahat itu bohongin gue" ucap jani dengan mengebu-gebu. "maaf jan gue bercanda. ku kira tuh Jaksa nggak bakalan balik. piss ya maafin" ucap eca sambil menyatukan kedua tangan nya. pak udin yang melihat kedatangan Aksa, sebisa mungkin menyeluruh jani untuk berhenti mengejar eca. "ada apa ini? " tanya Aksa dengan suara baritonya. mampu menghentikan kedua manusia yang saling kejar-kejaran itu. "nih pak orang yang bilang bapak tua, ubanan, tongkok dan jalan nya pake tongkat" ucap jani sambil menunjuk eca. Aksa yang melihat ke arah telunjuk jani lantas menoleh. eca. sudah dia duga wanita ini selalu saja mencari gara-gara. entah apa motivasi nya,. "kalian masuk ke dalam rumah" tunjuk Aksa kepada jani dan eca. mereka berdua pun lantas masuk dengan eca yang sudah masuk terlebih dahulu. dia takut sama jani yang masih emosinya belum reda. sedangkan pak udin yang sudah dilepaskan eca lantas merasakan syukur. ternyata tenaga wanita itu lebih kuat dibanding pria. buktinya dia sampe kesakitan saat di tarik-tarik oleh eca. setelah jani dan eca masuk. mereka sudah duduk diruang tamu dengan Aksa sebagai mediator. mereka benar-benar akan di sidang ini sama pak Jaksa. "kalian kenapa bertengkar? " tanya nya dia tak habis pikir bisa-bisa nya dia harus menyidak mereka berdua. "itu salah eca pak dia tega bohongin saya soal bapak. kan jadi kemarin malam saya jadi gebukin bapak" ucap jani yang masih marah walau meski sudah tak se emosi tadi. Aksa memegang kepala nya pusing. hah dia seperti mengasuh anak kecil saja. sampai kapan sidang ini harus di adili hah. "jemput nih art lo. bikin masalah saja" ucap Aksa pada seseorang yang ditelfon nya. tak lama seseorang yang di telfon nya masuk begitu saja kedalam rumah Aksa. "eca pulang " ucap pria yang bernama Gio itu. "loh bapak dirumah. ih pak Jaksa ngapain telfon pak Gio sih" ucap eca kesal. sedangkan jani yang melihat itu tersenyum " rasain, mampus loh di omelin majikan" ucap jani dengan tegasnya. pria bernama Gio itu pun menyeret paksa eca untuk pulang. Aksa yang melihat jani yang masih mengejek eca lantas berdehem " ekhm" "eh bapak" ucap jani cengegesan. "saya cape hadepin kamu. jika kelakuan kamu terus begini saya sudah tidak bisa menampung kamu lagi disini" ucap Arga. menampung? eh dia kira gue gembel apa? "iya Pak saya paham. maaf kelakuan saya menganggu bapak" ucap jani merendah dia tidak mungkin dong mau marah-marah di depan Aksa. biarlah dia mengalah saja dulu. nanti dia lihat bagaimana ke depan nya apakah pria itu tetap akan menyalahkan nya?? "saya ke kantor" ucap Aksa begitu saja lalu pergi sambil membawa tas kerja nya. "monggo pak" ucap jani. siapa juga yang mau betah berduaan sama tuh orang. heran dia bos nya itu mukanya ganteng tidak ada lawan. sudah begitu blasteran tapi kenapa yah belum laku juga "ah bodi amat lah. gue di sini kerja ko nggak macem-macem juga" ucap jani yang sudah pasrah lah dia dirumah ini kayanya salah mulu. karna semua sudah dia kerjakan, jani jadi bingung dia mau ngapain. nanti jika dia diam saja tidak bekerja di sangka nya dia males lah, makan gaji buta lah. "ah mending nanem bunga aja lah. dia tadi melihat ada lahan kosong di dekat kolam ikan. meski tak di suruh tapi dia bisa lah memperindah kolam itu yang terlihat horor kaya yang punya saking tidak ada warna dalam kolam ikan itu. ikan pun hanya sebiji itu pun kecil. kebanyakan ikan nya ya larva nyamuk. "setelah kepergian Aksa tadi pagi hingga malam ini pria itu juga belum pulang. entah kemana majikan nya itu. padahal jani sudah masak banyak untuk pria itu sebagai tanda permintaan maaf nya akibat tadi pagi. tapi seperti nya pria itu tidak akan pulang ke rumah. dari pada pusing jani lebih baik tidur saja. dia juga lelah, mau mengistirahatkan badanya yang seperti di gebukin itu. sudah hampir satu bulan lamanya dia disini. bekerja sebagai art di rumah Aksa. komunikasi dengan ibunya juga masih terbatas. ya karena sang ibu yang tak punya hp. tapi untung nya ada ujang yang bisa ia hubungi untuk mencari tahu kesehatan ibunya . bagaimana kondisi wanita itu. "ngantuk kali mata ini" ucapnya tak terasa jani pun tertidur dengan nyenyak nya. mungkin saking capenya badan . sementara itu Aksa kini tengah berkumpul dengan temanya di sebuah club ternama di jakarta. selain pengacara Aksa juga seorang pebisnis hebat di ibu kota. hanya saja tidak banyak yang mengenalnya, meski dia pem
tengah malam lebih Aksa dengan badanya yang terhuyung-huyung berusaha masuk ke dalam sebuah kamar yang berpintu cat warna putih. dengan tangan satu memegang tembok dan satu berusaha membuka handle pintu. clekk.. pintu pun terbuka dengan Aksa yang masuk kedalam. sambil melepas kan bajunya serta celana nya. dia sungguh merasakan panas dalam tubuhnya. Aksa merebahkan padanya ke ranjang sambil memiringkan badanya nya. entah kenapa rasa panasnya nya semakin membuat dia terbakar. dia mencari remot ac yang berada di nakas dan menyetel dengan suhu paling tinggi. dia sebenarnya tahu harus bagaimana agar tubuhnya tak lagi panas. namun dia malas sekali mandi malam-malam begini. tak sengaja tangan nya mendarat pada sesuatu yang sangat empuk, bulat dan seperti squishy itu. diremas-remasnya benda itu dengan kecang. entalah tekstur nya terasa mengenakan untuknya dan panas di tubuhnya sedikit demi sedikit mulai berangsur mereda sejak dia menyentuh benda itu. sementara itu A
tak terasa sinar mentari menyusup ke dalam ruang kamar yang berisi dua sejoli yang kini tengah bergelung di selimut yang sama. jani merasakan matanya silau berusaha menghalau sinar itu dengan tangan nya. "huah " jani yang menguap sambil menutup mulutnya dengan matanya. "duh udah siang aja. belum masak lagi nanti keburu pak Jaksa pulang" ucapnya dan berusaha bangun namun dia merasa ada sesuatu yang menahan di perutnya. jani lantas melihat ke bawah, "tangan? " heran nya. jani lantas menarik tangan tersebut . "aaaa" teriak jani kaget saat melihat sosok pria yang tertidur tepat di samping nya. Aksa yang tengah tertidur pun terusik. "brisik banget sih" ucap nya sambil menahan pusing di kepalanya. jani lantas mengambil bantal yang dia gunakan untuk tidur. di pukul nya pria itu dengan bantal tersebut. "kamu berani nya masuk ke kamar ku" ucap nya. Aksa yang berusaha menahan serangan itu. bangkit dan menahan dengan kedua tangan nya agar serangan bantal itu berhenti. "p-pak Aksa
saat ini Aksa tengah menunggu jani yang tengah di rias. setelah perdebatan alot antara keduanya . akhir nya jani setuju jika mereka harus menikah. kali ini Aksa akan mengajak jani mengunjungi kedua orang tua Aksa. yang berada di daerah bandung. ya mereka memang tidak tinggal di daerah ibukota. alasan nya mereka lebih suka hidup di daerah pedesaan. Aksa berdiri saat melihat jani yang sudah di rias sedemikian oleh pegawai salon"cantik" ucap Aksa . dia tidak akan gengsi lagi sekarang. jani sedikit bersemu. baru kali ini dia di puji oleh seorang pria. "ayo " ajak Aksa. kali ini dia tidak mau menyetir sendiri, dia sudah merekrut pak supir bernama yadi itu. suasana hening menyelimuti keduanya. baik anjani dan Aksa nampak diam saja. terlebih jani dia merasa ini semua seperti mimpi. bukan ini yang dia inginkan. menikah dengan orang yang tidak di cintai nya itu sungguh merepotkan hatinya. tak lama mobil pajero itu telah sampai di kediaman kedua orang tua Aksa. rumah dengan dominan c
hari ini tepatnya Aksa dan jani tengah berada di dalam mobil. dengan Aksa yang menyetir sendiri. kali ini tujuan mereka menuju ke rumah kecil milik jani di kampung anjanisetelah berhasil mendapatkan restu kedua orang tua Aksa. Aksa lantas mengajak jani untuk pulang menuju ke rumah nya di kampung. "kamu udah beli semua kan? " tanya Aksa yang bertanya pada jani di samping kemudi nya. "udah pak" ucap jani. dia masih malu dengan Aksa setelah kejadian itu. terlebih miliknya masih sakit sekali malam itu Aksa benar-benar hilang kendalidia hanya tidak bilang saja pada pak jaksa. dia malu lah. suasana dalam mobil kembali hening. baik Aksa dan jani mereka sama-sama dalam pikiran mereka sendiri. tak lama setelah dua jam perjalanan, mobil Aksa kini telah sampai di gapura desa layangan. kampung anjani berada. "ini kemana? " tanya Aksa bingung. dengan jalan menuju ke rumah jani. "lurus aja pak. nanti di depan ada rumah dengan pohon mangga bapak berhenti di situ" ucap jani"duh gimana ini pa
pagi ini di desa layangan terlihat sudah ada sebuah mobil yang terpalkir di salah satu rumah yang terbuat dari sulaman bambu. hanya rumah ini lah yang masih dikatakan tidak layak di kalangan desa gadungan yang warga nya rumahnya sudah tembok. rumah ini adalah milik seorang janda yang di tinggal mati suami nya. biasanya para warga di sekitar menyebutnya sebagai mbok jum. "nduk tenan mau berangkat? " tanya mbok jum pada anak gadis satu-satunya itu. "nggih bu. kalo ndak berangkat kerja di rumah yo mau ngapain jani? " ucap perempuan yang bernama jani. "ya sudah kalo niatmu sudah kuat. ibu hanya bisa mendoakan ya semoga kerja betah . dan bos nya eman" ucap mbok jum tulus, sebagai ibu tentu dia hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk anaknya. dia tahu, memang tidak lah mudah bekerja di kota terlebih kota itu sangat keras. tapi melihat tekad besar anaknya membuat nya juga tidak tega melarang. apa lagi di desa jika tidak bertani, mereka tidak bisa makan. susahnya kerja di desa sangatla
setelah menempuh waktu kurang lebih satu hari lamanya. jani telah sampai di ibu kota pagi ini. dengan berbekal alamat yang sudah ada di tangan nya. kini dirinya sudah berdiri di depan sebuah perumahan elit dengan gerbang hitam tinggi mengulang di depan nya. "permisi " ucap jani. rumah nya terlihat sepi . "permis--" belum sempat jani menyelesaikan perkataan nya seorang bapak penjaga rumah sudah berdiri di depan nya. "ya ada apa ya mba? " tanya pak satpam yang bernama udin itu. "anu pak saya pembantu baru di rumah ini" ucap jani. "ouh pengganti mbok iyem? " ya sudah mari silahkan masuk".sebelum nya memang pemilik dari rumah ini sudah berpesan kepada udin jika akan ada pembantu baru yang akan masuk hari ini. "nggih pak" jani pun masuk setelah di bukakan gerbang oleh satpam bernama udin itu. di depan rumah sudah ada wanita separuh baya yang sudah berdiri di depan pintu. sambil membawa sebuah tas hitam besar. seperti nya ini mbok iyem yang pak satpam bilang. " neng pengganti saya
pagi ini jani sudah bangun lebih awal. seperti biasa sebagai art baru yang masih berasa seperti pemilik rumah tentunya . majikan nya belum pulang entah sampai kapan majikan nya itu akan pulang. jani yang memang tidak mau pusing, dia malah senang akhirnya dia bisa kerja tanpa di tuntut ini itu selama beberapa hari ke depan. "asyik bagai di rumah sendiri, oha eee oha" jani yang tengah mengepel sambil bernyanyi itu. ada yang menarik dari seorang jani lestari, jani ini sebenarnya memiliki tubuh yang sangat bagus. pinggul yang besar dengan pinggang kecil serta dada kencang yang sangat bagus. sambil bernyanyi dia menggoyang kan kedua pantat nya" duh asyiknya kerja seperti ini " sambil terus berdendang dengan pantat bahenol nya yang naik turun. untung aja nggak ada majikan, coba kalo ada kamu bisa jadi santapan jani oh jani. saking asyiknya jani tidak sadar bahwa selama ini ada mata CCTV yang selalu mengawasinya. memang majikan nya ini memasang CCTV sebagai keamanan. " walah..