pagi ini di desa layangan terlihat sudah ada sebuah mobil yang terpalkir di salah satu rumah yang terbuat dari sulaman bambu.
hanya rumah ini lah yang masih dikatakan tidak layak di kalangan desa gadungan yang warga nya rumahnya sudah tembok. rumah ini adalah milik seorang janda yang di tinggal mati suami nya. biasanya para warga di sekitar menyebutnya sebagai mbok jum. "nduk tenan mau berangkat? " tanya mbok jum pada anak gadis satu-satunya itu. "nggih bu. kalo ndak berangkat kerja di rumah yo mau ngapain jani? " ucap perempuan yang bernama jani. "ya sudah kalo niatmu sudah kuat. ibu hanya bisa mendoakan ya semoga kerja betah . dan bos nya eman" ucap mbok jum tulus, sebagai ibu tentu dia hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk anaknya. dia tahu, memang tidak lah mudah bekerja di kota terlebih kota itu sangat keras. tapi melihat tekad besar anaknya membuat nya juga tidak tega melarang. apa lagi di desa jika tidak bertani, mereka tidak bisa makan. susahnya kerja di desa sangatlah berbeda dengan di kota yang banyak pekerjaan. sejak meninggal nya suaminya, mbok jum harus menghidupi dirinya dan juga jani. sekarang jani yang memang sudah dewasa , mungkin jiwa ingin bekerja nya sudah kuat. "jani pamit nggih bu. ibu jaga kesehatan ya. nanti kalo kangen telfon yah" ucap jani dengan air mata yang terus menetes. sedih rasanya dan tidak tega meninggalkan ibunya sendiri di kampung. tapi jika tidak merantau mau sampai kapan hidupnya akan begini. terlebih banyak sekali cibiran tetangga di desanya. yang menjelekkan dan menganggap rendah ibunya. jani juga ingin dia bisa memperbaiki rumah nya yang memang sudah tak layak itu. pagar rumah yang sudah meleyot, genteng bocor waktu hujan, dan kondisi rumah yang banyak di makan rayap. membuatnya memiliki tekad yang kuat. semoga dengan dirinya bekerja di kota dia akan bisa memperbaiki kehidupan nya di kampung. "masno aku titipkan anak ku ya. antarkan dia sampai ke tujuan" pesan mbok jum pada masno supir mobil yang akan mengantarkan jani ke ibu kota. mobil ini memang merupakan mobil travel yang mengantarkan penumpang yang berniat merantau. harga nya cukup mahal, untung nya masno ini berbaik hati mau meringankan jani agar bisa ikut berangkat dengan membayar setengah harga saja. "nggih mbok tenang saja. aku iki wes pengalaman. doa kan saja semoga selamat sampai tujuan" ucap masno sambil tersenyum. "ya wis berangkat nggih mbok" ucap masno dan menyalakan mesin mobilnya untuk berangkat. "dah mbok" ucap jani sambil menahan tangis nya dia tidak mau ibunya itu sedih dan tak rela melepaskan dirinya. tin.. tin klakson mobil pun berbunyi menandakan bahwa mereka pamit pergi. mbok jum yang melihat mobil travel berwarna silver itu meninggalkan pekarangan rumahnya. sepi . kini hanya dirinya dan rumah reod itu yang dia tempati. tak ada lagi anak gadisnya yang selalu masak di pagi hari. sementara itu di lain tempat, tepatnya di sebuah kafe terlihat satu meja yang berisi 3 orang. "jiah lo nggak bilang bini emang mau ke sini? " tanya salah satu pria berbaju hitam itu. Aksa namanya. "gue lupa bro. aduh alamat gur di kunciin di luar kamar" ucap revan temanya yang selalu takut akan istrinya itu. "cari bini baru aja lah van" ucap pria bernama doni sambil terkekeh. "lu aja sana. bukan nya lo ribut mulu sama sifa? " balas revan. "enak aja gue emang ribut sama sifa . tapi dia nggak pernah terganti apa lagi dua bolanya. nggak ada yang kaya dia" ucap doni. jangan heran mereka ini memang sudah nakal sejak di bangku sma. makanya tidak jarang dari mereka dulu suka bermain wanita. mereka hanya insaf setelah menikah, berbeda dengan Aksa yang memang masih menjomblo itu. "dih jangan lupa bolanya juga punya anak lo kali. bukan bapaknya doang" ujar aksa sambil tertawa. doni yang mendengar itu pun ikut tertawa. apa lagi saat ini memang istrinya itu tengah menyusui anaknya. hampir 24 jam istrinya itu anaknya yang menguasai. definisi membuat kloningan sendiri begini nih. "ngomong-ngomong kapan nih pak Jaksa kita nikah? " tanya revan iseng. Aksa yang mendapatkan pertanyaan itu pun sontak menghentikan tawanya" lu ah van bahasnya ke situ mulu" kesal Aksa. "lah apa yang salah? wajar kan gue tanya iya nggak don? " "iya Aksa. lo kapan membujang mulu emang nggak kasian tuh sama rudal lo yang karatan itu? " ucap doni menggoda Aksa "sembarangan.meski belum menikah gue rasain juga kali punya wanita" "nah ini, dari pada lo jajan sembarangan, terus kena penyakit mending nikah aja. " sebejat-bejat nya mereka. tentu sebagai teman mereka nggak mau salah satu temannya terus terjerus di lubang hitam . apalagi jika sudah kena penyakit nggak akan pernah bisa di sembuhkan. Aksa merenungkan hal itu. benar apa yang doni ucapkan , tapi tidak mudah untuk dirinya menikah apa lagi di saat bayangan kelam masa lalunya masih berputar dalam memorinya. di luaran sana banyak sekali perempuan yang mengilai Aksa namun tidak ada satu pun yang mampu menarik perhatian seorang Aksa. bahkan jesika teman satu pekerjaan dengan nya itu terlihat jelas menyukai dirinya namun dia merasa bahwa jesika ini bisa lebih baik mendapatkan yang lebih pantas darinya. kerap kali kedua orang tuanya menjodohkan dirinya dan berakhir kencan buta pun tetap tidak ada yang bisa menarik perhatian nya. pernah ada satu perempuan dari kencan buta itu yang berjalan lama dengan nya. tapi karena sifat Aksa yang tidak peka dan tidak pandai mengolah kata membuat wanita itu kabur . "iya gue tau, tapi nggak mudah bagi gue don. " ucap Aksa sambil menyenderkan punggung nya ke kursi. "setidaknya lo bisa berhenti buat jajan di luar. gue nggak mau lo kaya gini terus-terusan" ucap revan. "iya gue juga nggak tiap hari kok. cuma kalo stress doang " revan dan doni sudah bagai kakak bagi Aksa, memang umur mereka yang sedikit jauh dari Aksa membuat mereka tak segan menasehati layaknya abang. terlebih persahabatan yang sudah terjalin sejak mereka SMP ini dan hingga sekarang. revan dan doni memang sudah menikah, doni yang memang sudah mempunyai anak dan revan yang memang istrinya tengah mengandung. mereka selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul bersama. doni serta revan tidak mau membuat Aksa merasa ditinggalkan hanya karena mereka sudah menikah. seerat itu tali persahabatan mereka. saling dukung dan suport kunci sebagai sahabat yang sejati.setelah menempuh waktu kurang lebih satu hari lamanya. jani telah sampai di ibu kota pagi ini. dengan berbekal alamat yang sudah ada di tangan nya. kini dirinya sudah berdiri di depan sebuah perumahan elit dengan gerbang hitam tinggi mengulang di depan nya. "permisi " ucap jani. rumah nya terlihat sepi . "permis--" belum sempat jani menyelesaikan perkataan nya seorang bapak penjaga rumah sudah berdiri di depan nya. "ya ada apa ya mba? " tanya pak satpam yang bernama udin itu. "anu pak saya pembantu baru di rumah ini" ucap jani. "ouh pengganti mbok iyem? " ya sudah mari silahkan masuk".sebelum nya memang pemilik dari rumah ini sudah berpesan kepada udin jika akan ada pembantu baru yang akan masuk hari ini. "nggih pak" jani pun masuk setelah di bukakan gerbang oleh satpam bernama udin itu. di depan rumah sudah ada wanita separuh baya yang sudah berdiri di depan pintu. sambil membawa sebuah tas hitam besar. seperti nya ini mbok iyem yang pak satpam bilang. " neng pengganti saya
pagi ini jani sudah bangun lebih awal. seperti biasa sebagai art baru yang masih berasa seperti pemilik rumah tentunya . majikan nya belum pulang entah sampai kapan majikan nya itu akan pulang. jani yang memang tidak mau pusing, dia malah senang akhirnya dia bisa kerja tanpa di tuntut ini itu selama beberapa hari ke depan. "asyik bagai di rumah sendiri, oha eee oha" jani yang tengah mengepel sambil bernyanyi itu. ada yang menarik dari seorang jani lestari, jani ini sebenarnya memiliki tubuh yang sangat bagus. pinggul yang besar dengan pinggang kecil serta dada kencang yang sangat bagus. sambil bernyanyi dia menggoyang kan kedua pantat nya" duh asyiknya kerja seperti ini " sambil terus berdendang dengan pantat bahenol nya yang naik turun. untung aja nggak ada majikan, coba kalo ada kamu bisa jadi santapan jani oh jani. saking asyiknya jani tidak sadar bahwa selama ini ada mata CCTV yang selalu mengawasinya. memang majikan nya ini memasang CCTV sebagai keamanan. " walah..
setelah mengobrol dengan eca tadi, jani jadi negatif thinking deh. masa iya sih orang tua bisa punya segede ini udah gitu nggak ada anak atau istri. sayang nya di rumah majikan nya ini tidak ada foto satu pun untuk jani mengorek informasi. tanya pak udin juga seperti nya tidak mungkin, pak udin seperti nya sangat menjaga rahasia tuan nya itu. "ah bodo amat lah. yang penting selama kerja di sini aku nggak nyuri juga" ucapnya jani yang kini tengah berada di kasur tidurnya. memang hari sudah malam, seperti biasa jani di rumah sebesar ini sendirian sudah begitu kamarnya yang berada di belakang cukup membuat nya waspada. "kangen ibu, lagi ngapain yah? " mau telfon tapi ke siapa ibu kan nggak punya HP" sedih jani. memang ibunya tidak punya saudara sama sekali di kampung . tetangga nya pun di kampung lumayan tidak peduli dengan keluarga nya. malang nya nasibnya. ponsel milik jani pun hanya ponsel biasa. jadul istilahnya hanya tombol dimana-mana. itu pun jani sudah sangat bersyuku
sudah seminggu ini jani bekerja di rumah mewah majikan nya itu. sampai saat ini dia belum bertemu sama sekali dengan sosok pria yang menjadi majikan nya itu. entah sampai kapan sosok itu akan pulang ke rumah ini. "pak udin, lagi ngapain? " tanya jani yang menghampiri pak udin yang terlihat sibuk itu. entah apa yang sedang pria setengah baya itu lakukan. "ini neng, pagar nya macet nggak bisa dorong. roda kayanya harus di ganti ini" ucap nya yang masih fokus mengutak-atik gerbang depan rumah. "oalah gitu toh. nggak panggil tukang aja pak? " tanya jani. "nanti saja tunggu bos. soal nya ini bukan sembarangan gerbang bapak takut salah" ucap pak udin. saat tengah asyik melihat pak udin, tak sengaja dia melihat eca yang tengah membawa keranjang kosong. "eca" panggil jani. sambil menghampiri eca yang sudah menghentikan langkah kakinya itu. "mau kemana ca? " tanya jani. "mau ke pasar. mau ikut? " tanya eca. kebetulan jani belum keluar rumah sama sekali, dia tidak tahu daerah sini. "b
pagi harinya jani tengah sibuk mondar-mandir di dapur. dia tengah memasak makanan spesial yaitu kesukaan majikan nya yang baru dia tahu tadi pagi sekali. setelah dia mengontak pak udin. pak udin ternyata dekat sekali dengan pak Jaksa. tapi kenapa dia juga tega tidak bilang dengan nya bahwa majikan mereka masih lah sangat muda. demi menebus rasa bersalah nya jani masak semua makanan kesukaan Aksa. ada terong balado, sambal cumi, dan sop iga. tiga masakan yang cukup rumit namun anjani mampu memasaknya. "akhirnya selesai juga semoga pak Jaksa mau makan " ucap nya setelah menghidangkan semua makanan itu di atas meja. sekarang tugasnya satu yaitu bagaimana caranya agar majikan nya itu mau memaafkan dirinya . setelah insiden pukul memukul itu. dan jangan lupa untuk balas dendam ke pada ica si biang kerok atas semua yang menimpa dirinya. "huh awas aja ca gue gibeng beneran luh" ucap nya. setelah membersihkan semua peralatan masak di dapur. jani lantas berjalan ke arah k
setelah acara maaf-maafan jani yang menang sudah selesai dengan pekerjaan dalam rumah lantas meminta izin pada pak Jaksa untuk menyapu di halaman depan rumah. sebenarnya halaman depan tidak kotor sekali. hanya perlu menyapu ringan saja dan menyiram tamanan. "rajin amat neng pagi-pagi udah nyapu" ucap pak udin yang sudah bertengger di pos satpam. sambil menyeruput segelas kopi hitam yang dibuat nya sendiri. jani menoleh dengan muka cemberut nya" iya lah nggak kayak bapak pagi" masih enak ngopi" ucapnya judes. dia kesel dengan pak udin kenapa tidak bilang pak Jaksa itu masih muda . "uhuk.. uhuk" pak ujang terbatuk saat mendengar perkataan jani. "tumben amat ning neng jani judes " ucapnya dalam hati. "kenapa neng? " tanya pak udin bingung. "pagi-pagi udah cemberut aja. " ucapnya lagi. jani lantas membawa sapu lidi nya menuju ke arah pak udin. " pak udin sih kenapa nggak bilang pak Jaksa alias majikan kita masih muda. kan jani jani salah tuduh" ucap nya sambil meng
setelah kepergian Aksa tadi pagi hingga malam ini pria itu juga belum pulang. entah kemana majikan nya itu. padahal jani sudah masak banyak untuk pria itu sebagai tanda permintaan maaf nya akibat tadi pagi. tapi seperti nya pria itu tidak akan pulang ke rumah. dari pada pusing jani lebih baik tidur saja. dia juga lelah, mau mengistirahatkan badanya yang seperti di gebukin itu. sudah hampir satu bulan lamanya dia disini. bekerja sebagai art di rumah Aksa. komunikasi dengan ibunya juga masih terbatas. ya karena sang ibu yang tak punya hp. tapi untung nya ada ujang yang bisa ia hubungi untuk mencari tahu kesehatan ibunya . bagaimana kondisi wanita itu. "ngantuk kali mata ini" ucapnya tak terasa jani pun tertidur dengan nyenyak nya. mungkin saking capenya badan . sementara itu Aksa kini tengah berkumpul dengan temanya di sebuah club ternama di jakarta. selain pengacara Aksa juga seorang pebisnis hebat di ibu kota. hanya saja tidak banyak yang mengenalnya, meski dia pem
tengah malam lebih Aksa dengan badanya yang terhuyung-huyung berusaha masuk ke dalam sebuah kamar yang berpintu cat warna putih. dengan tangan satu memegang tembok dan satu berusaha membuka handle pintu. clekk.. pintu pun terbuka dengan Aksa yang masuk kedalam. sambil melepas kan bajunya serta celana nya. dia sungguh merasakan panas dalam tubuhnya. Aksa merebahkan padanya ke ranjang sambil memiringkan badanya nya. entah kenapa rasa panasnya nya semakin membuat dia terbakar. dia mencari remot ac yang berada di nakas dan menyetel dengan suhu paling tinggi. dia sebenarnya tahu harus bagaimana agar tubuhnya tak lagi panas. namun dia malas sekali mandi malam-malam begini. tak sengaja tangan nya mendarat pada sesuatu yang sangat empuk, bulat dan seperti squishy itu. diremas-remasnya benda itu dengan kecang. entalah tekstur nya terasa mengenakan untuknya dan panas di tubuhnya sedikit demi sedikit mulai berangsur mereda sejak dia menyentuh benda itu. sementara itu A