setelah menempuh waktu kurang lebih satu hari lamanya. jani telah sampai di ibu kota pagi ini. dengan berbekal alamat yang sudah ada di tangan nya.
kini dirinya sudah berdiri di depan sebuah perumahan elit dengan gerbang hitam tinggi mengulang di depan nya. "permisi " ucap jani. rumah nya terlihat sepi . "permis--" belum sempat jani menyelesaikan perkataan nya seorang bapak penjaga rumah sudah berdiri di depan nya. "ya ada apa ya mba? " tanya pak satpam yang bernama udin itu. "anu pak saya pembantu baru di rumah ini" ucap jani. "ouh pengganti mbok iyem? " ya sudah mari silahkan masuk". sebelum nya memang pemilik dari rumah ini sudah berpesan kepada udin jika akan ada pembantu baru yang akan masuk hari ini. "nggih pak" jani pun masuk setelah di bukakan gerbang oleh satpam bernama udin itu. di depan rumah sudah ada wanita separuh baya yang sudah berdiri di depan pintu. sambil membawa sebuah tas hitam besar. seperti nya ini mbok iyem yang pak satpam bilang. " neng pengganti saya di sini? " tanya mbok iyem "iya bu" ucap jani. " mari saya jelaskan dulu sebentar" jani pun masuk mengikuti langkah kaki mbok iyem. dari luar saja sudah mewah dan begitu masuk ke dalam jani berasa memasuki sebuah istana menurutnya. semua barang tertata dengan indah dengan cat berwarna keemasan. "seperti pekerjaan pada umumnya, bersih-bersih dan masak cuci ya. oh majikan kita itu nggak suka kalo kita lelet kerja nya. harus sat-set. dia paling suka masakan rumahan" ucap mbok iyem. jani juga di jelaskan cara penggunaan mesin cuci, kompor dan alat-alat lain yang di gunakan untuk bersih-bersih. semua mbok iyem jelaskan. "nah nak jani ibu pamit yah. kamu tenang saja tidak sendiri di rumah ada pak udin yang 24 jam jaga di rumah" "nggih bu. hati-hati" setelah mengantarkan kepergian mbok iyem, jani bergegas menuju kamar miliknya untuk menaruh barang-barang miliknya. kamar nya terletak di ujung lorong. dengan kamar mandi terpisah di dekat dapur. " kamarnya bagus tenan" ucap jani kagum saat melihat kamarnya. bagaimana tidak di rumahnya di kampung mana bisa sebersih dan sebagus ini. yang ada penuh rayap, debu-debu kotor dan sulaman bambu yang sudah bolong-bolong. "ih kasurnya empuk" jani yang memang tidak pernah merasakan tidur dengan kasur pun gembira sekali. bahkan dia sampai lompat-lompat di atas kasur. "asyik tenan. " lompatan nya berhenti saat dia teringat harus bersih-bersih. seperti yang mbok iyem bilang bahwa majikan nya itu sangat suka kebersihan. bergegas dia menuju ke belakang rumah untuk mengambil sapu dan peralatan lainya untuk membersihkan rumah. di mulai dari menyapu rumah bak lapangan sepak bola itu. untung nya dia majikan nya sedang berada di luar jadi dia tidak grogi. setelah menyapu jani pun melanjutkan mengepel lantai. baru saja menyapu dan mengepel jani sudah merasakan lelah "cape juga yah kerja. apa lagi rumah nya segede gaban, tapi demi ibu aku harus kuat" ucap nya menyemagati dirinya. hampir satu jam lebih jani menyapu dan mengepel. belum beberes dan mengelap semua. hingga sore pun tiba, jam kini sudah menunjukkan pukul 16.00 sore. "akhirnya selesai juga tinggal masak, masak apa yah? kata mbok iyem kan majikan nya lebih suka masakan rumah" jani pun pergi bergegas menuju dapur setelah menaruh alat-alat kebersihan di belakang rumah. " wah dingin yah kulkas nya" iya lah jan kalo nggak dingin bukan kulkas namanya. "sayuran nya banyak. ah masak tumis kangkung, telur dadar dan sambal aja enak kali yah. semoga nanti majikan nya suka" ucap jani. setelah mencuci kangkung dan memetikinya serta mengiris bawang dan mengulek sambel sebagai bumbu. cress... bunyi bawang yang ditumis seketika, harum nya sangat menguar di area dapur. setelah bawang kering jani pun lantas memasukan cabai yang sudah di ulek di atas wajan. menunggu kering lalu dimasukkan nya kangkung yang sudah dia cuci dan petiki satu-satu. setelah kangkung layu, dimasukan nya berbagai bumbu lain seperti penyedap rasa , gula, dan irisan cabe merah serta irisan tomat. setelah matang di hidangkan nya di sebuah piring panjang. lalu di goreng nya telur yang sudah dia aduk dengan bumbu sebelumnya . begitu pun dengan sambal yang sudah dia buat. "semoga enak dan cocok di lidah majikan " ucap jani. jani yang inisiatif pun membawakan makanan dan hasil masakan nya ke pak udin. dia ingin pak udin mencoba hasil kreasinya. "pak udin.. pak" panggil jani pak udin yang melihat jani lantas menghampiri perempuan itu " ya mbak ada apa? " tanya nya bingung. "ini jani tadi masak, pak udin udah makan belum? " tanya jani. "kebetulan belum. " ucap pak udin sambil cengegesan. dia senang bisa makan gratis hehe. "ini buat pak udin. sekalian aku mau pak udin testimoni apa kah masakan jani enak apa enggak? " ucap jani sambil menyerah satu piring masakan nya ke pak udin. "ouh boleh dong mbak. sini coba bapak cobain" ucap pak udin. pak udin pun menyendokan satu siap nasi beserta sayur kangkung. dikunyah nya makanan itu. pak udin merasakan kenikmatan dari masakan jani. bumbu yang pas rasa asin dan manis yang pas serta gurihnya kangkung menambah cita rasa. rasa pedas yang se dengan dan telur dadar yang lembut membuat siapa yang mencicipi nya akan ketagihan. "enak tenan mbak. wes jago lah ini. tuan pasti suka ini" ucap pak udin. "wah beneran pak makasih loh. oh ya bapak bilang tuan? memang nya bos kita itu pria ? " tanya jani penasaran, memang dia tidak tahu mengenai bos nya ini. dia dapatkan lowongan ini pun dari agensi tempatnya melamar. dia hanya di beri tahu alamat tidak dengan kepribadian majikan nya. "eh mbak baru tahu? " jani mengangguk " iya Pak" ucapnya jujur. "nanti kalo tuan udah pulang juga pasti tahu ya. sekarang tuan masih di luar kota " " ouh kerja pak? " tanya jani "iya lah. kerja nya ngasih ke adilan hehe" ucap pak udin. dia jadi tertawa sendiri membayangkan tuanya yang kadang emosi nggak jelas. pernah dia melihat saat tuan nya itu tidak sengaja menabrak tiang rumah nya sendiri. lalu bukan nya sabar malah tuan nya itu mengomel tidak jelas. pak udin yang saat itu melihat sebisa mungkin menahan tawanya, dia tidak mungkin tertawa lepas yang ada nanti dia di pecat. mungkin waktu itu pak bos nya lagi banyak masalah entah pekerjaan ataupun urusan pribadi. "ouh gitu" ucap jani yang memang bukan tipikal orang yang terlalu kepo. "sudah ya neng makasih nih makanan nya" ucap pak udin yang pamit kembali ke pos yang memang agak jauh dari rumah.pagi ini jani sudah bangun lebih awal. seperti biasa sebagai art baru yang masih berasa seperti pemilik rumah tentunya . majikan nya belum pulang entah sampai kapan majikan nya itu akan pulang. jani yang memang tidak mau pusing, dia malah senang akhirnya dia bisa kerja tanpa di tuntut ini itu selama beberapa hari ke depan. "asyik bagai di rumah sendiri, oha eee oha" jani yang tengah mengepel sambil bernyanyi itu. ada yang menarik dari seorang jani lestari, jani ini sebenarnya memiliki tubuh yang sangat bagus. pinggul yang besar dengan pinggang kecil serta dada kencang yang sangat bagus. sambil bernyanyi dia menggoyang kan kedua pantat nya" duh asyiknya kerja seperti ini " sambil terus berdendang dengan pantat bahenol nya yang naik turun. untung aja nggak ada majikan, coba kalo ada kamu bisa jadi santapan jani oh jani. saking asyiknya jani tidak sadar bahwa selama ini ada mata CCTV yang selalu mengawasinya. memang majikan nya ini memasang CCTV sebagai keamanan. " walah..
setelah mengobrol dengan eca tadi, jani jadi negatif thinking deh. masa iya sih orang tua bisa punya segede ini udah gitu nggak ada anak atau istri. sayang nya di rumah majikan nya ini tidak ada foto satu pun untuk jani mengorek informasi. tanya pak udin juga seperti nya tidak mungkin, pak udin seperti nya sangat menjaga rahasia tuan nya itu. "ah bodo amat lah. yang penting selama kerja di sini aku nggak nyuri juga" ucapnya jani yang kini tengah berada di kasur tidurnya. memang hari sudah malam, seperti biasa jani di rumah sebesar ini sendirian sudah begitu kamarnya yang berada di belakang cukup membuat nya waspada. "kangen ibu, lagi ngapain yah? " mau telfon tapi ke siapa ibu kan nggak punya HP" sedih jani. memang ibunya tidak punya saudara sama sekali di kampung . tetangga nya pun di kampung lumayan tidak peduli dengan keluarga nya. malang nya nasibnya. ponsel milik jani pun hanya ponsel biasa. jadul istilahnya hanya tombol dimana-mana. itu pun jani sudah sangat bersyuku
sudah seminggu ini jani bekerja di rumah mewah majikan nya itu. sampai saat ini dia belum bertemu sama sekali dengan sosok pria yang menjadi majikan nya itu. entah sampai kapan sosok itu akan pulang ke rumah ini. "pak udin, lagi ngapain? " tanya jani yang menghampiri pak udin yang terlihat sibuk itu. entah apa yang sedang pria setengah baya itu lakukan. "ini neng, pagar nya macet nggak bisa dorong. roda kayanya harus di ganti ini" ucap nya yang masih fokus mengutak-atik gerbang depan rumah. "oalah gitu toh. nggak panggil tukang aja pak? " tanya jani. "nanti saja tunggu bos. soal nya ini bukan sembarangan gerbang bapak takut salah" ucap pak udin. saat tengah asyik melihat pak udin, tak sengaja dia melihat eca yang tengah membawa keranjang kosong. "eca" panggil jani. sambil menghampiri eca yang sudah menghentikan langkah kakinya itu. "mau kemana ca? " tanya jani. "mau ke pasar. mau ikut? " tanya eca. kebetulan jani belum keluar rumah sama sekali, dia tidak tahu daerah sini. "b
pagi harinya jani tengah sibuk mondar-mandir di dapur. dia tengah memasak makanan spesial yaitu kesukaan majikan nya yang baru dia tahu tadi pagi sekali. setelah dia mengontak pak udin. pak udin ternyata dekat sekali dengan pak Jaksa. tapi kenapa dia juga tega tidak bilang dengan nya bahwa majikan mereka masih lah sangat muda. demi menebus rasa bersalah nya jani masak semua makanan kesukaan Aksa. ada terong balado, sambal cumi, dan sop iga. tiga masakan yang cukup rumit namun anjani mampu memasaknya. "akhirnya selesai juga semoga pak Jaksa mau makan " ucap nya setelah menghidangkan semua makanan itu di atas meja. sekarang tugasnya satu yaitu bagaimana caranya agar majikan nya itu mau memaafkan dirinya . setelah insiden pukul memukul itu. dan jangan lupa untuk balas dendam ke pada ica si biang kerok atas semua yang menimpa dirinya. "huh awas aja ca gue gibeng beneran luh" ucap nya. setelah membersihkan semua peralatan masak di dapur. jani lantas berjalan ke arah k
setelah acara maaf-maafan jani yang menang sudah selesai dengan pekerjaan dalam rumah lantas meminta izin pada pak Jaksa untuk menyapu di halaman depan rumah. sebenarnya halaman depan tidak kotor sekali. hanya perlu menyapu ringan saja dan menyiram tamanan. "rajin amat neng pagi-pagi udah nyapu" ucap pak udin yang sudah bertengger di pos satpam. sambil menyeruput segelas kopi hitam yang dibuat nya sendiri. jani menoleh dengan muka cemberut nya" iya lah nggak kayak bapak pagi" masih enak ngopi" ucapnya judes. dia kesel dengan pak udin kenapa tidak bilang pak Jaksa itu masih muda . "uhuk.. uhuk" pak ujang terbatuk saat mendengar perkataan jani. "tumben amat ning neng jani judes " ucapnya dalam hati. "kenapa neng? " tanya pak udin bingung. "pagi-pagi udah cemberut aja. " ucapnya lagi. jani lantas membawa sapu lidi nya menuju ke arah pak udin. " pak udin sih kenapa nggak bilang pak Jaksa alias majikan kita masih muda. kan jani jani salah tuduh" ucap nya sambil meng
setelah kepergian Aksa tadi pagi hingga malam ini pria itu juga belum pulang. entah kemana majikan nya itu. padahal jani sudah masak banyak untuk pria itu sebagai tanda permintaan maaf nya akibat tadi pagi. tapi seperti nya pria itu tidak akan pulang ke rumah. dari pada pusing jani lebih baik tidur saja. dia juga lelah, mau mengistirahatkan badanya yang seperti di gebukin itu. sudah hampir satu bulan lamanya dia disini. bekerja sebagai art di rumah Aksa. komunikasi dengan ibunya juga masih terbatas. ya karena sang ibu yang tak punya hp. tapi untung nya ada ujang yang bisa ia hubungi untuk mencari tahu kesehatan ibunya . bagaimana kondisi wanita itu. "ngantuk kali mata ini" ucapnya tak terasa jani pun tertidur dengan nyenyak nya. mungkin saking capenya badan . sementara itu Aksa kini tengah berkumpul dengan temanya di sebuah club ternama di jakarta. selain pengacara Aksa juga seorang pebisnis hebat di ibu kota. hanya saja tidak banyak yang mengenalnya, meski dia pem
tengah malam lebih Aksa dengan badanya yang terhuyung-huyung berusaha masuk ke dalam sebuah kamar yang berpintu cat warna putih. dengan tangan satu memegang tembok dan satu berusaha membuka handle pintu. clekk.. pintu pun terbuka dengan Aksa yang masuk kedalam. sambil melepas kan bajunya serta celana nya. dia sungguh merasakan panas dalam tubuhnya. Aksa merebahkan padanya ke ranjang sambil memiringkan badanya nya. entah kenapa rasa panasnya nya semakin membuat dia terbakar. dia mencari remot ac yang berada di nakas dan menyetel dengan suhu paling tinggi. dia sebenarnya tahu harus bagaimana agar tubuhnya tak lagi panas. namun dia malas sekali mandi malam-malam begini. tak sengaja tangan nya mendarat pada sesuatu yang sangat empuk, bulat dan seperti squishy itu. diremas-remasnya benda itu dengan kecang. entalah tekstur nya terasa mengenakan untuknya dan panas di tubuhnya sedikit demi sedikit mulai berangsur mereda sejak dia menyentuh benda itu. sementara itu A
tak terasa sinar mentari menyusup ke dalam ruang kamar yang berisi dua sejoli yang kini tengah bergelung di selimut yang sama. jani merasakan matanya silau berusaha menghalau sinar itu dengan tangan nya. "huah " jani yang menguap sambil menutup mulutnya dengan matanya. "duh udah siang aja. belum masak lagi nanti keburu pak Jaksa pulang" ucapnya dan berusaha bangun namun dia merasa ada sesuatu yang menahan di perutnya. jani lantas melihat ke bawah, "tangan? " heran nya. jani lantas menarik tangan tersebut . "aaaa" teriak jani kaget saat melihat sosok pria yang tertidur tepat di samping nya. Aksa yang tengah tertidur pun terusik. "brisik banget sih" ucap nya sambil menahan pusing di kepalanya. jani lantas mengambil bantal yang dia gunakan untuk tidur. di pukul nya pria itu dengan bantal tersebut. "kamu berani nya masuk ke kamar ku" ucap nya. Aksa yang berusaha menahan serangan itu. bangkit dan menahan dengan kedua tangan nya agar serangan bantal itu berhenti. "p-pak Aksa