sudah seminggu ini jani bekerja di rumah mewah majikan nya itu. sampai saat ini dia belum bertemu sama sekali dengan sosok pria yang menjadi majikan nya itu. entah sampai kapan sosok itu akan pulang ke rumah ini.
"pak udin, lagi ngapain? " tanya jani yang menghampiri pak udin yang terlihat sibuk itu. entah apa yang sedang pria setengah baya itu lakukan. "ini neng, pagar nya macet nggak bisa dorong. roda kayanya harus di ganti ini" ucap nya yang masih fokus mengutak-atik gerbang depan rumah. "oalah gitu toh. nggak panggil tukang aja pak? " tanya jani. "nanti saja tunggu bos. soal nya ini bukan sembarangan gerbang bapak takut salah" ucap pak udin. saat tengah asyik melihat pak udin, tak sengaja dia melihat eca yang tengah membawa keranjang kosong. "eca" panggil jani. sambil menghampiri eca yang sudah menghentikan langkah kakinya itu. "mau kemana ca? " tanya jani. "mau ke pasar. mau ikut? " tanya eca. kebetulan jani belum keluar rumah sama sekali, dia tidak tahu daerah sini. "boleh deh " ucap jani. setelah berpamitan dengan pak udin jani pun ikut ke pasar dengan eca . "kita jalan kaki aja ya dekat juga tempatnya " ucap eca. jani pun mengangguk. mereka berdua menuju pasar tradisional di daerah itu ternyata bukan cuma pasar tradisional. pasar itu juga berdampingan dengan swalan besar. eca pun mengajak jani menuju pasar tradisional. kata eca di pasar tradisional harganya lebih murah dan terjangkau. kualitas nya juga hampir sama dengan yang berada di swalan. eca pun menghentikan langkahnya di salah satu pedagang bumbu-bumbu tradisional. dia membeli berbagai aneka bumbu masak. mulai dari cabe, bawang, hingga perkunyitan. "kamu nggak belanja? " tanya eca. "enggak, aku belum berani belanja. bos aku masih belum balik" ucap jani. eca yang mendengar itu hanya menganggukkan kepala nya. setelah selesai di perbumbuan, eca mengajak jani ke pedagang sayuran segar. hampir satu jam mereka berada di pasar. karna hari juga masih pagi, dan mereka belum sempat sarapan pun lantas menuju ke warung bakso. " kok tumben tuan pengadil belum pulang? " tanya eca setelah mereka duduk. dan menikmati semangkok bakso yang masih mengepul itu. "aku nggak tahu. mungkin kerjaan nya belum kelar" ucap jani. "eh eca emang biasa gini belanja di pasar? " tanya jani. "iya bos gue suka banget makan. sampai-sampai kalo gue belum siapin makanan bisa -bisa gue yang dimakan" ujarnya sambil terkekeh. "ngeri dong " ucap jani sambil tersenyum. mereka pun melanjutkan sarapan alias makan bakso itu dengan nikmatnya. saat mereka masih menikmati bakso itu, eca melihat sosok itu tengah menatapnya. "waduh gawat. mati gue" ucapnya dalam hati. "eh jani udah pulang yuk. keburu bos gue balik bisa di gulung gue nanti" ucap eca. jani yang bingung pun hanya bisa menuruti ucapan eca. meski banyak rasa penasaran yang terlintas di kepalanya. setelah membayar mereka bergegas pulang. bahkan dengan tak sabaran eca sampai menarik tangan jani. akhirnya setelah tergesa-gesa berjalan mereka sampai di rumah masing-masing. jani yang sebenarnya kepo hanya bisa diam saat melihat raut khawatir eca. "udah neng? " tanya pak udin saat jani memasuki rumah. "udah pak. nih jani punya jajanan pasar buat bapak" ucap jani sambil menyerahkan kue tradisional. memang tadi sebelum ke warung bakso jani melihat ada ibu-ibu jualan kue jadi dia beli. "wah makasih loh neng" ucap pak udin. jani hanya mengangguk. lalu masuk ke dalam rumah,untung nya dia sudah menyelesaikan pekerjaan nya saat pergi ke pasar. waktu berlalu dengan cepat matahari senja sudah terlihat. jani yang memang sudah mandi dan menyelesaikan pekerjaan nya lantas memasuki kamar. rasanya lelah , dia memang terbiasa jika sudah bekerja pasti akan menghabiskan waktu di kamar. sementara di lain tempat Aksa tengah membereskan barang-barang nya di villa tempat nya menginap. hari ini dia akan pulang ke rumah miliknya sudah seminggu lebih dia meninggalkan rumah miliknya. kasian mbok yang jaga sendirian. kini dirinya sudah berada di mobil pribadi miliknya dengan pak anton sebagai supirnya. dia sedang tidak ingin menyetir sendiri. "langsung ke rumah saya saja pak" ucap nya pada pak anton. "baik tuan" harusnya hari ini dia mampir ke rumah ibunya. tapi karena lelah sudah menghampiri , mungkin besok pagi saja dirinya akan kerumah orang tuanya. tak terasa dua jam perjalanan ditempuh . kini Aksa sudah memasuki area perumahan pelita miliknya. gerbang hitam tinggi menjulang sudah berada di depan mobilnya. pak satpam yang tahu bahwa hari ini tuan nya pulang pun bergegas membuka gerbang. dengan sedikit dorongan Ektra akhirnya gerbang tersebut terbuka. "pak" ucap pak satpam. Aksa hanya tersenyum. dia pun turun dari mobil dan memasuki rumahnya dengan membuka kunci pintu lewat kunci cadangan yang dia bawa. sepi dan gelap. itulah yang dia rasakan saat memasuki rumah . rasa haus yang menyapa membuat Aksa akhirnya melangkah kan kaki nya menuju dapur. karna hari sudah malam dia tahu bahwa mbok yang bekerja di rumah nya pasti sudah tertidur. tidak mungkin dia medodok pintu kamar mbok hanya karna sebuah air minum. di ambilnya air dari dispenser . di teguk nya air membuat tenggorokan nya yang kering kini terbasahi sempurna. sementara itu jani yang memang kebelet pipis lantas bangun dari tidurnya. menuju dapur dimana letak kamar mandi bagi art. saat di tengah jalan jani kaget setengah mati. siapa pria yang tengah berada di dapur itu. "Jangan-jangan maling. nggak mungkin pak udin gagah banget" ucapnya sedikit takut. dia mencoba mencari alat sebagai pelindung diri. untung nya ada sebuah sapu yang tak jauh dari tempatnya. di ambilnya sapu tersebut dan berjalan pelan-pelan menuju sosok itu "hiya" buk.. buk.. buk suara pukulan terdengar jelas, jani dengan brutal memukul sosok pria itu. Aksa yang kaget dirinya dipukul, berusaha mengelak. dengan sekali tarikan dia menjatuhkan jani ke lantai dan mengukungnya. "siapa kamu? " tanya mereka bebarengan. "ck.lepaskan saya. siapa kamu masuk ke rumah majikan saya? " tanya jani sambil terus meronta. berusaha melepas kan diri dari kungkungan Aksa. majikan? lah mbok iyem mana? Aksa yang menyadari dengan cepat bangun dan berdiri. "kamu ikut saya ke depan" ucap Aksa dan melangkah kan kainya menuju ke ruang tamu. jani yang bingung hanya menurut saja. dia pun mendudukan dirinya saat Aksa menyuruhnya duduk. "mbok iyem mana? " tanya Aksa to the point. "apa urusan nya sama kamu? " judes jani. Aksa yang mendengar itu hanya menaikan salah satu alisnya. " saya yang punya rumah ini" ucap nya jujur. apa.. dia bos gue? t-ttapi bukan kah eca bilang bos gue udah tua, ubanan, budeg, jalan nya bongkok? "masa apa buktinya? " tanya jani yang masih tidak percaya. "buktinya saya bisa masuk ke rumah ini" ucap Aksa yang sudah mulai kesal. bukan nya istirahat malah sidang lagi. "nih kunci nya , jika kamu menuduh saya maling" ucap Aksa. mati akuh jerit jani. alamak baru juga kerja seminggu udah mau di pecat aja. "bapak tapi kata eca bapak yang punya rumah udah ubanan, budeg, jalanya bongkok" ucap jani jujur. "makanya saya nggak tahu. maaf ya pak jangan pecat saya. saya benar-benar nggak tahu" ucap jani sambil memohon di depan Aksa. "hah akan saya pikirkan" ucap Aksa lalu berdiri dari duduk nya . "bapak mau kemana. saya obati ya pak" ucap jani. dia sangat merasa bersalah dengan ke jadian ini. "tidak usah" ucap Aksa lalu berlalu meninggalkan jani seorang diri . "eca awas besok pagi kamu aku bogem " ucap jani marah. bisa -bisanya dia kena tipu dan bisa nya eca tega menipunya.pagi harinya jani tengah sibuk mondar-mandir di dapur. dia tengah memasak makanan spesial yaitu kesukaan majikan nya yang baru dia tahu tadi pagi sekali. setelah dia mengontak pak udin. pak udin ternyata dekat sekali dengan pak Jaksa. tapi kenapa dia juga tega tidak bilang dengan nya bahwa majikan mereka masih lah sangat muda. demi menebus rasa bersalah nya jani masak semua makanan kesukaan Aksa. ada terong balado, sambal cumi, dan sop iga. tiga masakan yang cukup rumit namun anjani mampu memasaknya. "akhirnya selesai juga semoga pak Jaksa mau makan " ucap nya setelah menghidangkan semua makanan itu di atas meja. sekarang tugasnya satu yaitu bagaimana caranya agar majikan nya itu mau memaafkan dirinya . setelah insiden pukul memukul itu. dan jangan lupa untuk balas dendam ke pada ica si biang kerok atas semua yang menimpa dirinya. "huh awas aja ca gue gibeng beneran luh" ucap nya. setelah membersihkan semua peralatan masak di dapur. jani lantas berjalan ke arah k
setelah acara maaf-maafan jani yang menang sudah selesai dengan pekerjaan dalam rumah lantas meminta izin pada pak Jaksa untuk menyapu di halaman depan rumah. sebenarnya halaman depan tidak kotor sekali. hanya perlu menyapu ringan saja dan menyiram tamanan. "rajin amat neng pagi-pagi udah nyapu" ucap pak udin yang sudah bertengger di pos satpam. sambil menyeruput segelas kopi hitam yang dibuat nya sendiri. jani menoleh dengan muka cemberut nya" iya lah nggak kayak bapak pagi" masih enak ngopi" ucapnya judes. dia kesel dengan pak udin kenapa tidak bilang pak Jaksa itu masih muda . "uhuk.. uhuk" pak ujang terbatuk saat mendengar perkataan jani. "tumben amat ning neng jani judes " ucapnya dalam hati. "kenapa neng? " tanya pak udin bingung. "pagi-pagi udah cemberut aja. " ucapnya lagi. jani lantas membawa sapu lidi nya menuju ke arah pak udin. " pak udin sih kenapa nggak bilang pak Jaksa alias majikan kita masih muda. kan jani jani salah tuduh" ucap nya sambil meng
setelah kepergian Aksa tadi pagi hingga malam ini pria itu juga belum pulang. entah kemana majikan nya itu. padahal jani sudah masak banyak untuk pria itu sebagai tanda permintaan maaf nya akibat tadi pagi. tapi seperti nya pria itu tidak akan pulang ke rumah. dari pada pusing jani lebih baik tidur saja. dia juga lelah, mau mengistirahatkan badanya yang seperti di gebukin itu. sudah hampir satu bulan lamanya dia disini. bekerja sebagai art di rumah Aksa. komunikasi dengan ibunya juga masih terbatas. ya karena sang ibu yang tak punya hp. tapi untung nya ada ujang yang bisa ia hubungi untuk mencari tahu kesehatan ibunya . bagaimana kondisi wanita itu. "ngantuk kali mata ini" ucapnya tak terasa jani pun tertidur dengan nyenyak nya. mungkin saking capenya badan . sementara itu Aksa kini tengah berkumpul dengan temanya di sebuah club ternama di jakarta. selain pengacara Aksa juga seorang pebisnis hebat di ibu kota. hanya saja tidak banyak yang mengenalnya, meski dia pem
tengah malam lebih Aksa dengan badanya yang terhuyung-huyung berusaha masuk ke dalam sebuah kamar yang berpintu cat warna putih. dengan tangan satu memegang tembok dan satu berusaha membuka handle pintu. clekk.. pintu pun terbuka dengan Aksa yang masuk kedalam. sambil melepas kan bajunya serta celana nya. dia sungguh merasakan panas dalam tubuhnya. Aksa merebahkan padanya ke ranjang sambil memiringkan badanya nya. entah kenapa rasa panasnya nya semakin membuat dia terbakar. dia mencari remot ac yang berada di nakas dan menyetel dengan suhu paling tinggi. dia sebenarnya tahu harus bagaimana agar tubuhnya tak lagi panas. namun dia malas sekali mandi malam-malam begini. tak sengaja tangan nya mendarat pada sesuatu yang sangat empuk, bulat dan seperti squishy itu. diremas-remasnya benda itu dengan kecang. entalah tekstur nya terasa mengenakan untuknya dan panas di tubuhnya sedikit demi sedikit mulai berangsur mereda sejak dia menyentuh benda itu. sementara itu A
tak terasa sinar mentari menyusup ke dalam ruang kamar yang berisi dua sejoli yang kini tengah bergelung di selimut yang sama. jani merasakan matanya silau berusaha menghalau sinar itu dengan tangan nya. "huah " jani yang menguap sambil menutup mulutnya dengan matanya. "duh udah siang aja. belum masak lagi nanti keburu pak Jaksa pulang" ucapnya dan berusaha bangun namun dia merasa ada sesuatu yang menahan di perutnya. jani lantas melihat ke bawah, "tangan? " heran nya. jani lantas menarik tangan tersebut . "aaaa" teriak jani kaget saat melihat sosok pria yang tertidur tepat di samping nya. Aksa yang tengah tertidur pun terusik. "brisik banget sih" ucap nya sambil menahan pusing di kepalanya. jani lantas mengambil bantal yang dia gunakan untuk tidur. di pukul nya pria itu dengan bantal tersebut. "kamu berani nya masuk ke kamar ku" ucap nya. Aksa yang berusaha menahan serangan itu. bangkit dan menahan dengan kedua tangan nya agar serangan bantal itu berhenti. "p-pak Aksa
saat ini Aksa tengah menunggu jani yang tengah di rias. setelah perdebatan alot antara keduanya . akhir nya jani setuju jika mereka harus menikah. kali ini Aksa akan mengajak jani mengunjungi kedua orang tua Aksa. yang berada di daerah bandung. ya mereka memang tidak tinggal di daerah ibukota. alasan nya mereka lebih suka hidup di daerah pedesaan. Aksa berdiri saat melihat jani yang sudah di rias sedemikian oleh pegawai salon"cantik" ucap Aksa . dia tidak akan gengsi lagi sekarang. jani sedikit bersemu. baru kali ini dia di puji oleh seorang pria. "ayo " ajak Aksa. kali ini dia tidak mau menyetir sendiri, dia sudah merekrut pak supir bernama yadi itu. suasana hening menyelimuti keduanya. baik anjani dan Aksa nampak diam saja. terlebih jani dia merasa ini semua seperti mimpi. bukan ini yang dia inginkan. menikah dengan orang yang tidak di cintai nya itu sungguh merepotkan hatinya. tak lama mobil pajero itu telah sampai di kediaman kedua orang tua Aksa. rumah dengan dominan c
hari ini tepatnya Aksa dan jani tengah berada di dalam mobil. dengan Aksa yang menyetir sendiri. kali ini tujuan mereka menuju ke rumah kecil milik jani di kampung anjanisetelah berhasil mendapatkan restu kedua orang tua Aksa. Aksa lantas mengajak jani untuk pulang menuju ke rumah nya di kampung. "kamu udah beli semua kan? " tanya Aksa yang bertanya pada jani di samping kemudi nya. "udah pak" ucap jani. dia masih malu dengan Aksa setelah kejadian itu. terlebih miliknya masih sakit sekali malam itu Aksa benar-benar hilang kendalidia hanya tidak bilang saja pada pak jaksa. dia malu lah. suasana dalam mobil kembali hening. baik Aksa dan jani mereka sama-sama dalam pikiran mereka sendiri. tak lama setelah dua jam perjalanan, mobil Aksa kini telah sampai di gapura desa layangan. kampung anjani berada. "ini kemana? " tanya Aksa bingung. dengan jalan menuju ke rumah jani. "lurus aja pak. nanti di depan ada rumah dengan pohon mangga bapak berhenti di situ" ucap jani"duh gimana ini pa
pagi ini di desa layangan terlihat sudah ada sebuah mobil yang terpalkir di salah satu rumah yang terbuat dari sulaman bambu. hanya rumah ini lah yang masih dikatakan tidak layak di kalangan desa gadungan yang warga nya rumahnya sudah tembok. rumah ini adalah milik seorang janda yang di tinggal mati suami nya. biasanya para warga di sekitar menyebutnya sebagai mbok jum. "nduk tenan mau berangkat? " tanya mbok jum pada anak gadis satu-satunya itu. "nggih bu. kalo ndak berangkat kerja di rumah yo mau ngapain jani? " ucap perempuan yang bernama jani. "ya sudah kalo niatmu sudah kuat. ibu hanya bisa mendoakan ya semoga kerja betah . dan bos nya eman" ucap mbok jum tulus, sebagai ibu tentu dia hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk anaknya. dia tahu, memang tidak lah mudah bekerja di kota terlebih kota itu sangat keras. tapi melihat tekad besar anaknya membuat nya juga tidak tega melarang. apa lagi di desa jika tidak bertani, mereka tidak bisa makan. susahnya kerja di desa sangatla