pagi harinya jani tengah sibuk mondar-mandir di dapur. dia tengah memasak makanan spesial yaitu kesukaan majikan nya yang baru dia tahu tadi pagi sekali. setelah dia mengontak pak udin.
pak udin ternyata dekat sekali dengan pak Jaksa. tapi kenapa dia juga tega tidak bilang dengan nya bahwa majikan mereka masih lah sangat muda. demi menebus rasa bersalah nya jani masak semua makanan kesukaan Aksa. ada terong balado, sambal cumi, dan sop iga. tiga masakan yang cukup rumit namun anjani mampu memasaknya. "akhirnya selesai juga semoga pak Jaksa mau makan " ucap nya setelah menghidangkan semua makanan itu di atas meja. sekarang tugasnya satu yaitu bagaimana caranya agar majikan nya itu mau memaafkan dirinya . setelah insiden pukul memukul itu. dan jangan lupa untuk balas dendam ke pada ica si biang kerok atas semua yang menimpa dirinya. "huh awas aja ca gue gibeng beneran luh" ucap nya. setelah membersihkan semua peralatan masak di dapur. jani lantas berjalan ke arah kamar milik majikan nya. seperti biasa dia pasti selalu membersihkan kamar itu, meski selalu terlihat bersih jani tetap saja membersihkan nya. jani masuk begitu saja , sambil membawa sapu dan pel-pel lan di kedua tangan nya. begitu masuk hawa dingin serta wangi pinus sangat terasa di penciuman nya. "duh kamar kok berantakan banget. kaya kena tsunami aja" ucap jani. setelah merapikan kasur dia mulai menyapu seisi kamar. jani tak sadar saja atau dia lupa bahwa pemilik kamar ini sudah kembali?? dia tak menyadari bahwa sedari tadi di belakang nya ada seorang pria tengah berdiri di belakang nya sambil menatap jani yang asyik menggoyang bokong nya ke kanan ke kiri. saking asyiknya jani bahkan semakin mundur dan.. duk.. "loh kok mentok perasaan masih jauh? tapi kok empuk ya? " tanya jani yang pantatnya menabrak sesuatu yang menurutnya besar dan empuk itu. sedangkan Aksa yang melihat jani menggoyang kan pinggulnya tadi semakin dibuat panas. apa lagi saat pantat jani tak sengaja menyenggol miliknya. "shit" ucap nya tertahan. jani yang penasaran lantas menoleh"gluk " dengan susah payah jani meneguk ludahnya. "mbok... tolongin jani.. " jerit nya dalam hati. duh dia lupa, majikan nya kan udah pulang dan bukan aki-aki bungkuk, beruban, dan pake tongkat. dengan posisi yang masih membungkuk dan kepala yang mengarah ke perut Aksa yang kotak-kotak kaya tahu delapan biji itu. jani terdiam, dia seperti nya terpesona. apalagi Aksa yang sehabis keramas dengan rambut yang masih basah sungguh membuat jani tergoda. apa lagi saat air itu mulai mengalir ke turun dari leher ke perut Aksa yang kotaknya delapan biji itu. dengan handuk putih tersampir menutupi dari pusar hingga ke kaki itu"heheh... b-bapak" ucapnya gagap seketika. dengan pecicilan jani bangun dari posisi jongkok nya. namun karena dirinya tak berhati-hati, kakinya terpeleset . jani yang spontan berpegangan pada paha Aksa dan tak sengaja malah menarik handuk itu hingga terlepas. aksa yang kaget melihat handuknya nya melorot, langsung memerah mukanya sampai ke telinga. "Aaaaaa" teriak jani. dia syok dan kaget saat melihat perkutut milik Aksa yang polos tanpa benang. "mata gue.. mata gue" racau nya dalam hati. Aksa langsung saja menutupi perkutut nya dengan kedua tangan. "kamu lancang sekali" ucapnya dengan ngos-ngosan karna menahan marah. "ampun pak.. jani permisi" ucap jani dengan perasaan kesal terhadap dirinya. dengan langkah terburu-buru jani lantas pergi dengan membawa semua peralatan nya. saking takutnya dia bahkan terjatuh-jatuh saat melarikan diri. "benar-benar" ucap Aksa. bisa -bisa nya dia memilih art seperti itu. dia harus menginformasikan kembali ke penyalur art. Bisa-bisa nya art ceroboh macam itu bisa lolos begitu saja. jani yang sudah berada di bawah lantas berusaha menenangkan hatinya yang berdebar dengan kencang nya" duh jangan sampai di pecat " ucap jani. "duh gimana ini" ucapnya sambil mondar-mandir di ruang tamu. tak lama kemudian Aksa turun , dia melihat jani mondar-mandir di ruang tamu. "duduk " ucap Aksa begitu sampai diruang tamu. jani yang melihat Aksa datang ke ruang tamu dan menyuruhnya duduk lantas menurut. "pa--" ucapan jani terpotong saat abi mengangkat satu tangan nya. pertanda bahwa jani harus diam. "kamu kenapa bisa bekerja di sini? kenapa bisa lolos dari agensi? padahal kinerja kamu itu nggak becus sama sekali" ucap abi tanpa filter. pedas sekali mulut buaya satu ini. "enak aja gue di bilang nggak becus. dia nggak liat apa rumah segede lapangan sepak bola gini bersih gue sanggup sendirian" dumel jani dalam hati. "maaf Pak. saat bapak nggak dirumah saya kerja kok. bapak emang nggak liat yah rumah nya bersih nggak ada sarang Laba-laba? " ucap jani berani. enak saja dia di bilang nggak becus kerja. emang selama ini yang masak, cuci baju dia yang di tinggal begitu saja sama mbok inem siapa kalo bukan dia? kalo dia niat nggak kerja pasti tuh baju udah dia biaran biar membusuk sekalian. Aksa menaikan alisnya, baru kali ini ada art yang berani menentang nya" kamu juga kenapa bisa nggak tahu saya pemilik rumah? " tanya nya ya masa dia di bilang maling sama art nya. nggak kurang aja tuh. dia udah ganteng-ganteng gini di bilang maling . mana ada maling yang punya mobil Alphard kaya dirinya. "ya gimana ya pak . mbok inem nggak bilang, terus juga pak udin diam juga. mana nggak ada foto bapak satu pun. " ucapnya dengan tenang. "eh ada satu ding yang bilang bapak tuh. katanya bapak itu orang nya tua, ubanan, jalan nya tongkok, kadang sampe pake tongkat" ucap jani dengan serius sambil menatap mata Aksa. "apa? siapa yang berani bilang seperti itu? " ucap Aksa tidak Terima. orang muda-muda gini di bilang tua kaya aki-aki lagi parahnya. "tuh art tetangga bapak" ucap jani dengan entengnya. "siapa? " tanya Aksa "duh bener sih kalo di bilang tua. pikun sih" ucap jani kesal. orang sudah jelas art sebelah masih tanya lagi. "itu loh pak yang nama nya eca" ucap jani lagi. aksa lantas berpikir keras" eca? " oalah dia baru ingat. perempuan itu ternyata masih dendam dengan nya. merepotkan sekali pikir aksa. "ya sudah kalau begitu kamu saya maafkan" ucap Aksa. entah lah dia seperti tidak tega dengan art nya ini. dia seperti punya sesuatu yang membuat Aksa tak tega memecatnya. "Terima kasih pak. dan untuk kejadian tadi pagi saya benar-benar minta maaf ya pak. saya nggak sengaja" ucap jani sambil menangkup kan kedua tangan nya. "sudah jangan di bahas " ucap Aksa yang seketika wajahnya memerah malu dengan kejadian tadi.setelah acara maaf-maafan jani yang menang sudah selesai dengan pekerjaan dalam rumah lantas meminta izin pada pak Jaksa untuk menyapu di halaman depan rumah. sebenarnya halaman depan tidak kotor sekali. hanya perlu menyapu ringan saja dan menyiram tamanan. "rajin amat neng pagi-pagi udah nyapu" ucap pak udin yang sudah bertengger di pos satpam. sambil menyeruput segelas kopi hitam yang dibuat nya sendiri. jani menoleh dengan muka cemberut nya" iya lah nggak kayak bapak pagi" masih enak ngopi" ucapnya judes. dia kesel dengan pak udin kenapa tidak bilang pak Jaksa itu masih muda . "uhuk.. uhuk" pak ujang terbatuk saat mendengar perkataan jani. "tumben amat ning neng jani judes " ucapnya dalam hati. "kenapa neng? " tanya pak udin bingung. "pagi-pagi udah cemberut aja. " ucapnya lagi. jani lantas membawa sapu lidi nya menuju ke arah pak udin. " pak udin sih kenapa nggak bilang pak Jaksa alias majikan kita masih muda. kan jani jani salah tuduh" ucap nya sambil meng
setelah kepergian Aksa tadi pagi hingga malam ini pria itu juga belum pulang. entah kemana majikan nya itu. padahal jani sudah masak banyak untuk pria itu sebagai tanda permintaan maaf nya akibat tadi pagi. tapi seperti nya pria itu tidak akan pulang ke rumah. dari pada pusing jani lebih baik tidur saja. dia juga lelah, mau mengistirahatkan badanya yang seperti di gebukin itu. sudah hampir satu bulan lamanya dia disini. bekerja sebagai art di rumah Aksa. komunikasi dengan ibunya juga masih terbatas. ya karena sang ibu yang tak punya hp. tapi untung nya ada ujang yang bisa ia hubungi untuk mencari tahu kesehatan ibunya . bagaimana kondisi wanita itu. "ngantuk kali mata ini" ucapnya tak terasa jani pun tertidur dengan nyenyak nya. mungkin saking capenya badan . sementara itu Aksa kini tengah berkumpul dengan temanya di sebuah club ternama di jakarta. selain pengacara Aksa juga seorang pebisnis hebat di ibu kota. hanya saja tidak banyak yang mengenalnya, meski dia pem
tengah malam lebih Aksa dengan badanya yang terhuyung-huyung berusaha masuk ke dalam sebuah kamar yang berpintu cat warna putih. dengan tangan satu memegang tembok dan satu berusaha membuka handle pintu. clekk.. pintu pun terbuka dengan Aksa yang masuk kedalam. sambil melepas kan bajunya serta celana nya. dia sungguh merasakan panas dalam tubuhnya. Aksa merebahkan padanya ke ranjang sambil memiringkan badanya nya. entah kenapa rasa panasnya nya semakin membuat dia terbakar. dia mencari remot ac yang berada di nakas dan menyetel dengan suhu paling tinggi. dia sebenarnya tahu harus bagaimana agar tubuhnya tak lagi panas. namun dia malas sekali mandi malam-malam begini. tak sengaja tangan nya mendarat pada sesuatu yang sangat empuk, bulat dan seperti squishy itu. diremas-remasnya benda itu dengan kecang. entalah tekstur nya terasa mengenakan untuknya dan panas di tubuhnya sedikit demi sedikit mulai berangsur mereda sejak dia menyentuh benda itu. sementara itu A
tak terasa sinar mentari menyusup ke dalam ruang kamar yang berisi dua sejoli yang kini tengah bergelung di selimut yang sama. jani merasakan matanya silau berusaha menghalau sinar itu dengan tangan nya. "huah " jani yang menguap sambil menutup mulutnya dengan matanya. "duh udah siang aja. belum masak lagi nanti keburu pak Jaksa pulang" ucapnya dan berusaha bangun namun dia merasa ada sesuatu yang menahan di perutnya. jani lantas melihat ke bawah, "tangan? " heran nya. jani lantas menarik tangan tersebut . "aaaa" teriak jani kaget saat melihat sosok pria yang tertidur tepat di samping nya. Aksa yang tengah tertidur pun terusik. "brisik banget sih" ucap nya sambil menahan pusing di kepalanya. jani lantas mengambil bantal yang dia gunakan untuk tidur. di pukul nya pria itu dengan bantal tersebut. "kamu berani nya masuk ke kamar ku" ucap nya. Aksa yang berusaha menahan serangan itu. bangkit dan menahan dengan kedua tangan nya agar serangan bantal itu berhenti. "p-pak Aksa
saat ini Aksa tengah menunggu jani yang tengah di rias. setelah perdebatan alot antara keduanya . akhir nya jani setuju jika mereka harus menikah. kali ini Aksa akan mengajak jani mengunjungi kedua orang tua Aksa. yang berada di daerah bandung. ya mereka memang tidak tinggal di daerah ibukota. alasan nya mereka lebih suka hidup di daerah pedesaan. Aksa berdiri saat melihat jani yang sudah di rias sedemikian oleh pegawai salon"cantik" ucap Aksa . dia tidak akan gengsi lagi sekarang. jani sedikit bersemu. baru kali ini dia di puji oleh seorang pria. "ayo " ajak Aksa. kali ini dia tidak mau menyetir sendiri, dia sudah merekrut pak supir bernama yadi itu. suasana hening menyelimuti keduanya. baik anjani dan Aksa nampak diam saja. terlebih jani dia merasa ini semua seperti mimpi. bukan ini yang dia inginkan. menikah dengan orang yang tidak di cintai nya itu sungguh merepotkan hatinya. tak lama mobil pajero itu telah sampai di kediaman kedua orang tua Aksa. rumah dengan dominan c
hari ini tepatnya Aksa dan jani tengah berada di dalam mobil. dengan Aksa yang menyetir sendiri. kali ini tujuan mereka menuju ke rumah kecil milik jani di kampung anjanisetelah berhasil mendapatkan restu kedua orang tua Aksa. Aksa lantas mengajak jani untuk pulang menuju ke rumah nya di kampung. "kamu udah beli semua kan? " tanya Aksa yang bertanya pada jani di samping kemudi nya. "udah pak" ucap jani. dia masih malu dengan Aksa setelah kejadian itu. terlebih miliknya masih sakit sekali malam itu Aksa benar-benar hilang kendalidia hanya tidak bilang saja pada pak jaksa. dia malu lah. suasana dalam mobil kembali hening. baik Aksa dan jani mereka sama-sama dalam pikiran mereka sendiri. tak lama setelah dua jam perjalanan, mobil Aksa kini telah sampai di gapura desa layangan. kampung anjani berada. "ini kemana? " tanya Aksa bingung. dengan jalan menuju ke rumah jani. "lurus aja pak. nanti di depan ada rumah dengan pohon mangga bapak berhenti di situ" ucap jani"duh gimana ini pa
pagi ini di desa layangan terlihat sudah ada sebuah mobil yang terpalkir di salah satu rumah yang terbuat dari sulaman bambu. hanya rumah ini lah yang masih dikatakan tidak layak di kalangan desa gadungan yang warga nya rumahnya sudah tembok. rumah ini adalah milik seorang janda yang di tinggal mati suami nya. biasanya para warga di sekitar menyebutnya sebagai mbok jum. "nduk tenan mau berangkat? " tanya mbok jum pada anak gadis satu-satunya itu. "nggih bu. kalo ndak berangkat kerja di rumah yo mau ngapain jani? " ucap perempuan yang bernama jani. "ya sudah kalo niatmu sudah kuat. ibu hanya bisa mendoakan ya semoga kerja betah . dan bos nya eman" ucap mbok jum tulus, sebagai ibu tentu dia hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk anaknya. dia tahu, memang tidak lah mudah bekerja di kota terlebih kota itu sangat keras. tapi melihat tekad besar anaknya membuat nya juga tidak tega melarang. apa lagi di desa jika tidak bertani, mereka tidak bisa makan. susahnya kerja di desa sangatla
setelah menempuh waktu kurang lebih satu hari lamanya. jani telah sampai di ibu kota pagi ini. dengan berbekal alamat yang sudah ada di tangan nya. kini dirinya sudah berdiri di depan sebuah perumahan elit dengan gerbang hitam tinggi mengulang di depan nya. "permisi " ucap jani. rumah nya terlihat sepi . "permis--" belum sempat jani menyelesaikan perkataan nya seorang bapak penjaga rumah sudah berdiri di depan nya. "ya ada apa ya mba? " tanya pak satpam yang bernama udin itu. "anu pak saya pembantu baru di rumah ini" ucap jani. "ouh pengganti mbok iyem? " ya sudah mari silahkan masuk".sebelum nya memang pemilik dari rumah ini sudah berpesan kepada udin jika akan ada pembantu baru yang akan masuk hari ini. "nggih pak" jani pun masuk setelah di bukakan gerbang oleh satpam bernama udin itu. di depan rumah sudah ada wanita separuh baya yang sudah berdiri di depan pintu. sambil membawa sebuah tas hitam besar. seperti nya ini mbok iyem yang pak satpam bilang. " neng pengganti saya