Home / CEO / istri Ndeso mas jaksa / bab 6.insiden pagi hari.

Share

bab 6.insiden pagi hari.

pagi harinya jani tengah sibuk mondar-mandir di dapur. dia tengah memasak makanan spesial yaitu kesukaan majikan nya yang baru dia tahu tadi pagi sekali. setelah dia mengontak pak udin.

pak udin ternyata dekat sekali dengan pak Jaksa. tapi kenapa dia juga tega tidak bilang dengan nya bahwa majikan mereka masih lah sangat muda. demi menebus rasa bersalah nya jani masak semua makanan kesukaan Aksa.

ada terong balado, sambal cumi, dan sop iga.

tiga masakan yang cukup rumit namun anjani mampu memasaknya.

"akhirnya selesai juga semoga pak Jaksa mau makan " ucap nya setelah menghidangkan semua makanan itu di atas meja.

sekarang tugasnya satu yaitu bagaimana caranya agar majikan nya itu mau memaafkan dirinya . setelah insiden pukul memukul itu.

dan jangan lupa untuk balas dendam ke pada ica si biang kerok atas semua yang menimpa dirinya.

"huh awas aja ca gue gibeng beneran luh" ucap nya.

setelah membersihkan semua peralatan masak di dapur. jani lantas berjalan ke arah kamar milik majikan nya.

seperti biasa dia pasti selalu membersihkan kamar itu, meski selalu terlihat bersih jani tetap saja membersihkan nya.

jani masuk begitu saja , sambil membawa sapu dan pel-pel lan di kedua tangan nya.

begitu masuk hawa dingin serta wangi pinus sangat terasa di penciuman nya.

"duh kamar kok berantakan banget. kaya kena tsunami aja" ucap jani.

setelah merapikan kasur dia mulai menyapu seisi kamar. jani tak sadar saja atau dia lupa bahwa pemilik kamar ini sudah kembali??

dia tak menyadari bahwa sedari tadi di belakang nya ada seorang pria tengah berdiri di belakang nya sambil menatap jani yang asyik menggoyang bokong nya ke kanan ke kiri.

saking asyiknya jani bahkan semakin mundur dan..

duk..

"loh kok mentok perasaan masih jauh? tapi kok empuk ya? " tanya jani yang pantatnya menabrak sesuatu yang menurutnya besar dan empuk itu.

sedangkan Aksa yang melihat jani menggoyang kan pinggulnya tadi semakin dibuat panas. apa lagi saat pantat jani tak sengaja menyenggol miliknya.

"shit" ucap nya tertahan.

jani yang penasaran lantas menoleh"gluk " dengan susah payah jani meneguk ludahnya.

"mbok... tolongin jani.. " jerit nya dalam hati.

duh dia lupa, majikan nya kan udah pulang dan bukan aki-aki bungkuk, beruban, dan pake tongkat.

dengan posisi yang masih membungkuk dan kepala yang mengarah ke perut Aksa yang kotak-kotak kaya tahu delapan biji itu. jani terdiam, dia seperti nya terpesona.

apalagi Aksa yang sehabis keramas dengan rambut yang masih basah sungguh membuat jani tergoda. apa lagi saat air itu mulai mengalir ke turun dari leher ke perut Aksa yang kotaknya delapan biji itu.

dengan handuk putih tersampir menutupi dari pusar hingga ke kaki itu"heheh... b-bapak" ucapnya gagap seketika.

dengan pecicilan jani bangun dari posisi jongkok nya.

namun karena dirinya tak berhati-hati, kakinya terpeleset . jani yang spontan berpegangan pada paha Aksa dan tak sengaja malah menarik handuk itu hingga terlepas.

aksa yang kaget melihat handuknya nya melorot, langsung memerah mukanya sampai ke telinga.

"Aaaaaa" teriak jani. dia syok dan kaget saat melihat perkutut milik Aksa yang polos tanpa benang.

"mata gue.. mata gue" racau nya dalam hati.

Aksa langsung saja menutupi perkutut nya dengan kedua tangan. "kamu lancang sekali" ucapnya dengan ngos-ngosan karna menahan marah.

"ampun pak.. jani permisi" ucap jani dengan perasaan kesal terhadap dirinya. dengan langkah terburu-buru jani lantas pergi dengan membawa semua peralatan nya.

saking takutnya dia bahkan terjatuh-jatuh saat melarikan diri.

"benar-benar" ucap Aksa. bisa -bisa nya dia memilih art seperti itu.

dia harus menginformasikan kembali ke penyalur art. Bisa-bisa nya art ceroboh macam itu bisa lolos begitu saja.

jani yang sudah berada di bawah lantas berusaha menenangkan hatinya yang berdebar dengan kencang nya" duh jangan sampai di pecat " ucap jani.

"duh gimana ini" ucapnya sambil mondar-mandir di ruang tamu.

tak lama kemudian Aksa turun , dia melihat jani mondar-mandir di ruang tamu.

"duduk " ucap Aksa begitu sampai diruang tamu.

jani yang melihat Aksa datang ke ruang tamu dan menyuruhnya duduk lantas menurut.

"pa--" ucapan jani terpotong saat abi mengangkat satu tangan nya. pertanda bahwa jani harus diam.

"kamu kenapa bisa bekerja di sini? kenapa bisa lolos dari agensi? padahal kinerja kamu itu nggak becus sama sekali" ucap abi tanpa filter. pedas sekali mulut buaya satu ini.

"enak aja gue di bilang nggak becus. dia nggak liat apa rumah segede lapangan sepak bola gini bersih gue sanggup sendirian" dumel jani dalam hati.

"maaf Pak. saat bapak nggak dirumah saya kerja kok. bapak emang nggak liat yah rumah nya bersih nggak ada sarang Laba-laba? " ucap jani berani. enak saja dia di bilang nggak becus kerja.

emang selama ini yang masak, cuci baju dia yang di tinggal begitu saja sama mbok inem siapa kalo bukan dia? kalo dia niat nggak kerja pasti tuh baju udah dia biaran biar membusuk sekalian.

Aksa menaikan alisnya, baru kali ini ada art yang berani menentang nya" kamu juga kenapa bisa nggak tahu saya pemilik rumah? " tanya nya ya masa dia di bilang maling sama art nya.

nggak kurang aja tuh. dia udah ganteng-ganteng gini di bilang maling . mana ada maling yang punya mobil Alphard kaya dirinya.

"ya gimana ya pak . mbok inem nggak bilang, terus juga pak udin diam juga. mana nggak ada foto bapak satu pun. " ucapnya dengan tenang.

"eh ada satu ding yang bilang bapak tuh. katanya bapak itu orang nya tua, ubanan, jalan nya tongkok, kadang sampe pake tongkat" ucap jani dengan serius sambil menatap mata Aksa.

"apa? siapa yang berani bilang seperti itu? " ucap Aksa tidak Terima. orang muda-muda gini di bilang tua kaya aki-aki lagi parahnya.

"tuh art tetangga bapak" ucap jani dengan entengnya.

"siapa? " tanya Aksa

"duh bener sih kalo di bilang tua. pikun sih" ucap jani kesal. orang sudah jelas art sebelah masih tanya lagi.

"itu loh pak yang nama nya eca" ucap jani lagi.

aksa lantas berpikir keras" eca? " oalah dia baru ingat. perempuan itu ternyata masih dendam dengan nya.

merepotkan sekali pikir aksa. "ya sudah kalau begitu kamu saya maafkan" ucap Aksa.

entah lah dia seperti tidak tega dengan art nya ini. dia seperti punya sesuatu yang membuat Aksa tak tega memecatnya.

"Terima kasih pak. dan untuk kejadian tadi pagi saya benar-benar minta maaf ya pak. saya nggak sengaja" ucap jani sambil menangkup kan kedua tangan nya.

"sudah jangan di bahas " ucap Aksa yang seketika wajahnya memerah malu dengan kejadian tadi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status