pagi ini jani sudah bangun lebih awal. seperti biasa sebagai art baru yang masih berasa seperti pemilik rumah tentunya .
majikan nya belum pulang entah sampai kapan majikan nya itu akan pulang. jani yang memang tidak mau pusing, dia malah senang akhirnya dia bisa kerja tanpa di tuntut ini itu selama beberapa hari ke depan. "asyik bagai di rumah sendiri, oha eee oha" jani yang tengah mengepel sambil bernyanyi itu. ada yang menarik dari seorang jani lestari, jani ini sebenarnya memiliki tubuh yang sangat bagus. pinggul yang besar dengan pinggang kecil serta dada kencang yang sangat bagus. sambil bernyanyi dia menggoyang kan kedua pantat nya" duh asyiknya kerja seperti ini " sambil terus berdendang dengan pantat bahenol nya yang naik turun. untung aja nggak ada majikan, coba kalo ada kamu bisa jadi santapan jani oh jani. saking asyiknya jani tidak sadar bahwa selama ini ada mata CCTV yang selalu mengawasinya. memang majikan nya ini memasang CCTV sebagai keamanan. " walah.. walah capek tenan. " ucap jani yang sudah selesai beberes dan bersih-bersih. saat ini dirinya tengah beristirahat di belakang rumah. saat asyik tengah beristirahat sampul meluruskan kaki, dirinya di kagetkan saat ada sebuah suara yang menyapa nya. "pstt.. pstt hei" ucap sebuah suara . jani yang tengah beristirahat pun lantas celingak-celinguk mencari dimana sumber suara tersebut. "siapa sih ganggu aja" ujar jani kesal. tak.. sebuah batu kerikil mengenai kaki nya" aduh" keluh jani. dengan kesalnya jani berdiri dan mencari dimana sumber keusilan itu. "hey siapa pun kamu keluar sini, hadapi aku" tantang jani. setelah menunggu begitu lama belum ada sosok yang muncul " apa jangan-jangan jurik ya. ini kan rumah gede banget kalo di pikir nggak mungkin kan kalo cuma manusia yang huni" ucap jani sedikit ketakutan. "kok aku merinding" ucapnya saat merasakan bulu kuduk nya berdiri. jani yang tak mau berlama-lama akhirnya berbalik menuju ke depan saat berbalik dan "boom" "aaaaaa" teriak jani saat di depan nya ada seorang wanita berpakaian serba merah. jani yang kaget setengah mati lantas berteriak. "eh shutt.. diam" ucap wanita itu sambil membekap mulut jani. "emm l-lepas" ucap jani dengan susah payah. "tenang . gue cuma mau kenalan, gue bukan hantu kalo kamu mikir seperti itu" ucap wanita itu setelah melihat jani tenang dan melepaskan bekap nya. "kamu yah mbok kalo mau kenal dengan cara yang normal saja. jangan seperti ini takut tau" ucap jani kesal. "hehe maaf. kenalin gue eca" ucap wanita yang tak lain adalah eca. pembantu di seberang rumah majikan jani. "kamu kok bisa kesini? " tanya jani heran. "tuh" tunjuk eca pada pintu yang terhubung dengan tembok, entah apa tujuan dibuatnya pintu itu pun jani tak tahu. "ouh.pembantu juga? " tanya jani " iya hehe" ucap eca sambil cengegesan. "eh duduk yuk. lo emang cape berdiri mulu" lanjut eca lagi sambil mendudukan dirinya di teras belakang rumah majikan jani. jani yang melihat eca duduk pun lantas ikut serta. dia cukup senang sih sebenernya ada teman juga di sini. tapi ya mbok tolong di kondisikan gitu kalo mau kenalan jangan pakai cara ekstreme. "eh ngomong - ngomong pak pengadil ganteng udah pulang belum? " tanya eca. eca ini memang bekerja sebagai art yang rumah nya bertetanggaan persis dengan majikan jani. majikan nya ini juga seorang pria namun berstatus duda yang berprofesi sebagai dokter. jadi tidak heran jika eca ini gampang kluyuran orang yang jadi bos nya juga jarang di rumah. apa lagi kalo shift malam beuh di jamin dingin wkwk. waktu itu dia tak sengaja melihat jani yang sedang mengobrol dengan pak udin saat dia lewat habis berbelanja. eca hanya menebak jika itu pembantu baru pengganti mbok iyem, tidak mungkin pak pengadil punya istri. ternyata sesuai dengan dugaan nya. eca yang memang tipe orang gampang bosenan pun berinisiatif berkenalan dengan jani. kebetulan sekali dia melihat jani yang tengah melamun, dia jadi gatel ngerjain makanya. memang orang usil si eca ini. " kamu sudah lama kerja di sini ca? " tanya jani yang sudah akrab dengan eca apa lagi mereka ini hampir seumuran cuma lebih tua eca beberapa bulan saja. "udah.ada 2 tahun aku kerja" ucap eca sambil menyomot makanan ringan yang jani hidangkan. memang tadi jani mengambil sedikit biscuit kering yang ada di lemari. dia merasa tidak enak jika hanya mengobrol tanpa di suguhkan makanan. "ouh.lama juga yah, betah berarti dong? " kalo di bilang betah sih betah. tapi kadang siapa sih yang nggak kangen rumah iya kan? " rasanya kalo pengin pulang tuh nggak bisa di tahan" ucap eca ketika teringat dirinya itu bahkan hampir kabur , namun gagal saat majikan nya itu melihat dan menahan nya agar tidak pulang. eca sama seperti jani dari kampung. bedanya kondisi perekonomian keluarga eca lebih stabil dari pada jani yang serba kurang. eca ke sini ya karena cuma mau cari pengalaman gimana susahnya cari duit sendiri. "iya yah. aku juga begitu, apa lagi saat ke sini sampai sudah lima hari ini aku bahkan belum kenal sama majikan aku. tapi kerja nya jadi bebas sih nggak ada yang ngatur hehe" "masa sih? berarti kamu sama sekali nggak tau majikan kamu? " tanya eca jani menggeleng " boro-boro ca, tau nama nya aja juga enggak" ucap jani "wih bahan isengan lagi nih" ucap eca dalam hati. "wah parah sih kamu. emang siapa yang ngasih loker ini ke kamu? " tanya eca mulai menyelidiki bahan isengan nya. "dari agensi di kecamatan kampung aku . mereka cuma kasih alamat doang ca" ucap jani sambil menyomot biscuit berisi coklat. "enak juga" dalam hati jani. " tenang aja aku kasih gambaran nya . aku kan lumayan tau tentang majikan mu itu" ucap eca. "wah iya yah. " heboh jani kenapa dirinya tidak tanya saja dari eca ini. dia pasti tentu tahu bagaimana majikan nya. "orang nya pria tapi udah tua, jalan nya bongkok rambutnya putih. sedikit budeg juga jan. kamu harus ektstra sabar saat ngomong sama dia. apa lagi saat dia mulai cerewet bisa-bisa kamu di tempeleng" ucap eca menakut-nakuti jani. "masa sih. tapi kok bisa di juluki tuan pengadil? " tanya jani yang bingung. sebenarnya siapa yang benar pak udin atau si eca ini. tapi pak udin juga cuma bilang tuan pengadil, bukan ciri-ciri seperti yang eca katakan. " ya karena kerjaan nya yang mengadili orang jan. intinya yah nanti kalo kamu ketemu sama dia kamu harus siapkan mental. jangan sampai melakukan kesalahan apapun. dia orang paling tua di sini harus di hormati mengerti? " ucap eca dengan tegas. jani yang mendengar eca bertutur dengan tegasnya pun percaya begitu saja. "baik ca" ucap jani. "kena kau jan, maaf yah ini semua didasarkan pada dendam ku sama majikan mu itu . berani-berani nya dia nolak aku yang cantik dan mengemaskan ini. rasakan kau si borokokok" ucap eca dengan tawa gembiranya dalam hati.setelah mengobrol dengan eca tadi, jani jadi negatif thinking deh. masa iya sih orang tua bisa punya segede ini udah gitu nggak ada anak atau istri. sayang nya di rumah majikan nya ini tidak ada foto satu pun untuk jani mengorek informasi. tanya pak udin juga seperti nya tidak mungkin, pak udin seperti nya sangat menjaga rahasia tuan nya itu. "ah bodo amat lah. yang penting selama kerja di sini aku nggak nyuri juga" ucapnya jani yang kini tengah berada di kasur tidurnya. memang hari sudah malam, seperti biasa jani di rumah sebesar ini sendirian sudah begitu kamarnya yang berada di belakang cukup membuat nya waspada. "kangen ibu, lagi ngapain yah? " mau telfon tapi ke siapa ibu kan nggak punya HP" sedih jani. memang ibunya tidak punya saudara sama sekali di kampung . tetangga nya pun di kampung lumayan tidak peduli dengan keluarga nya. malang nya nasibnya. ponsel milik jani pun hanya ponsel biasa. jadul istilahnya hanya tombol dimana-mana. itu pun jani sudah sangat bersyuku
sudah seminggu ini jani bekerja di rumah mewah majikan nya itu. sampai saat ini dia belum bertemu sama sekali dengan sosok pria yang menjadi majikan nya itu. entah sampai kapan sosok itu akan pulang ke rumah ini. "pak udin, lagi ngapain? " tanya jani yang menghampiri pak udin yang terlihat sibuk itu. entah apa yang sedang pria setengah baya itu lakukan. "ini neng, pagar nya macet nggak bisa dorong. roda kayanya harus di ganti ini" ucap nya yang masih fokus mengutak-atik gerbang depan rumah. "oalah gitu toh. nggak panggil tukang aja pak? " tanya jani. "nanti saja tunggu bos. soal nya ini bukan sembarangan gerbang bapak takut salah" ucap pak udin. saat tengah asyik melihat pak udin, tak sengaja dia melihat eca yang tengah membawa keranjang kosong. "eca" panggil jani. sambil menghampiri eca yang sudah menghentikan langkah kakinya itu. "mau kemana ca? " tanya jani. "mau ke pasar. mau ikut? " tanya eca. kebetulan jani belum keluar rumah sama sekali, dia tidak tahu daerah sini. "b
pagi harinya jani tengah sibuk mondar-mandir di dapur. dia tengah memasak makanan spesial yaitu kesukaan majikan nya yang baru dia tahu tadi pagi sekali. setelah dia mengontak pak udin. pak udin ternyata dekat sekali dengan pak Jaksa. tapi kenapa dia juga tega tidak bilang dengan nya bahwa majikan mereka masih lah sangat muda. demi menebus rasa bersalah nya jani masak semua makanan kesukaan Aksa. ada terong balado, sambal cumi, dan sop iga. tiga masakan yang cukup rumit namun anjani mampu memasaknya. "akhirnya selesai juga semoga pak Jaksa mau makan " ucap nya setelah menghidangkan semua makanan itu di atas meja. sekarang tugasnya satu yaitu bagaimana caranya agar majikan nya itu mau memaafkan dirinya . setelah insiden pukul memukul itu. dan jangan lupa untuk balas dendam ke pada ica si biang kerok atas semua yang menimpa dirinya. "huh awas aja ca gue gibeng beneran luh" ucap nya. setelah membersihkan semua peralatan masak di dapur. jani lantas berjalan ke arah k
setelah acara maaf-maafan jani yang menang sudah selesai dengan pekerjaan dalam rumah lantas meminta izin pada pak Jaksa untuk menyapu di halaman depan rumah. sebenarnya halaman depan tidak kotor sekali. hanya perlu menyapu ringan saja dan menyiram tamanan. "rajin amat neng pagi-pagi udah nyapu" ucap pak udin yang sudah bertengger di pos satpam. sambil menyeruput segelas kopi hitam yang dibuat nya sendiri. jani menoleh dengan muka cemberut nya" iya lah nggak kayak bapak pagi" masih enak ngopi" ucapnya judes. dia kesel dengan pak udin kenapa tidak bilang pak Jaksa itu masih muda . "uhuk.. uhuk" pak ujang terbatuk saat mendengar perkataan jani. "tumben amat ning neng jani judes " ucapnya dalam hati. "kenapa neng? " tanya pak udin bingung. "pagi-pagi udah cemberut aja. " ucapnya lagi. jani lantas membawa sapu lidi nya menuju ke arah pak udin. " pak udin sih kenapa nggak bilang pak Jaksa alias majikan kita masih muda. kan jani jani salah tuduh" ucap nya sambil meng
setelah kepergian Aksa tadi pagi hingga malam ini pria itu juga belum pulang. entah kemana majikan nya itu. padahal jani sudah masak banyak untuk pria itu sebagai tanda permintaan maaf nya akibat tadi pagi. tapi seperti nya pria itu tidak akan pulang ke rumah. dari pada pusing jani lebih baik tidur saja. dia juga lelah, mau mengistirahatkan badanya yang seperti di gebukin itu. sudah hampir satu bulan lamanya dia disini. bekerja sebagai art di rumah Aksa. komunikasi dengan ibunya juga masih terbatas. ya karena sang ibu yang tak punya hp. tapi untung nya ada ujang yang bisa ia hubungi untuk mencari tahu kesehatan ibunya . bagaimana kondisi wanita itu. "ngantuk kali mata ini" ucapnya tak terasa jani pun tertidur dengan nyenyak nya. mungkin saking capenya badan . sementara itu Aksa kini tengah berkumpul dengan temanya di sebuah club ternama di jakarta. selain pengacara Aksa juga seorang pebisnis hebat di ibu kota. hanya saja tidak banyak yang mengenalnya, meski dia pem
tengah malam lebih Aksa dengan badanya yang terhuyung-huyung berusaha masuk ke dalam sebuah kamar yang berpintu cat warna putih. dengan tangan satu memegang tembok dan satu berusaha membuka handle pintu. clekk.. pintu pun terbuka dengan Aksa yang masuk kedalam. sambil melepas kan bajunya serta celana nya. dia sungguh merasakan panas dalam tubuhnya. Aksa merebahkan padanya ke ranjang sambil memiringkan badanya nya. entah kenapa rasa panasnya nya semakin membuat dia terbakar. dia mencari remot ac yang berada di nakas dan menyetel dengan suhu paling tinggi. dia sebenarnya tahu harus bagaimana agar tubuhnya tak lagi panas. namun dia malas sekali mandi malam-malam begini. tak sengaja tangan nya mendarat pada sesuatu yang sangat empuk, bulat dan seperti squishy itu. diremas-remasnya benda itu dengan kecang. entalah tekstur nya terasa mengenakan untuknya dan panas di tubuhnya sedikit demi sedikit mulai berangsur mereda sejak dia menyentuh benda itu. sementara itu A
tak terasa sinar mentari menyusup ke dalam ruang kamar yang berisi dua sejoli yang kini tengah bergelung di selimut yang sama. jani merasakan matanya silau berusaha menghalau sinar itu dengan tangan nya. "huah " jani yang menguap sambil menutup mulutnya dengan matanya. "duh udah siang aja. belum masak lagi nanti keburu pak Jaksa pulang" ucapnya dan berusaha bangun namun dia merasa ada sesuatu yang menahan di perutnya. jani lantas melihat ke bawah, "tangan? " heran nya. jani lantas menarik tangan tersebut . "aaaa" teriak jani kaget saat melihat sosok pria yang tertidur tepat di samping nya. Aksa yang tengah tertidur pun terusik. "brisik banget sih" ucap nya sambil menahan pusing di kepalanya. jani lantas mengambil bantal yang dia gunakan untuk tidur. di pukul nya pria itu dengan bantal tersebut. "kamu berani nya masuk ke kamar ku" ucap nya. Aksa yang berusaha menahan serangan itu. bangkit dan menahan dengan kedua tangan nya agar serangan bantal itu berhenti. "p-pak Aksa
saat ini Aksa tengah menunggu jani yang tengah di rias. setelah perdebatan alot antara keduanya . akhir nya jani setuju jika mereka harus menikah. kali ini Aksa akan mengajak jani mengunjungi kedua orang tua Aksa. yang berada di daerah bandung. ya mereka memang tidak tinggal di daerah ibukota. alasan nya mereka lebih suka hidup di daerah pedesaan. Aksa berdiri saat melihat jani yang sudah di rias sedemikian oleh pegawai salon"cantik" ucap Aksa . dia tidak akan gengsi lagi sekarang. jani sedikit bersemu. baru kali ini dia di puji oleh seorang pria. "ayo " ajak Aksa. kali ini dia tidak mau menyetir sendiri, dia sudah merekrut pak supir bernama yadi itu. suasana hening menyelimuti keduanya. baik anjani dan Aksa nampak diam saja. terlebih jani dia merasa ini semua seperti mimpi. bukan ini yang dia inginkan. menikah dengan orang yang tidak di cintai nya itu sungguh merepotkan hatinya. tak lama mobil pajero itu telah sampai di kediaman kedua orang tua Aksa. rumah dengan dominan c