Share

Chapter 3. Teman Baru jani

pagi ini jani sudah bangun lebih awal. seperti biasa sebagai art baru yang masih berasa seperti pemilik rumah tentunya .

majikan nya belum pulang entah sampai kapan majikan nya itu akan pulang.

jani yang memang tidak mau pusing, dia malah senang akhirnya dia bisa kerja tanpa di tuntut ini itu selama beberapa hari ke depan.

"asyik bagai di rumah sendiri, oha eee oha" jani yang tengah mengepel sambil bernyanyi itu.

ada yang menarik dari seorang jani lestari, jani ini sebenarnya memiliki tubuh yang sangat bagus. pinggul yang besar dengan pinggang kecil serta dada kencang yang sangat bagus.

sambil bernyanyi dia menggoyang kan kedua pantat nya" duh asyiknya kerja seperti ini " sambil terus berdendang dengan pantat bahenol nya yang naik turun.

untung aja nggak ada majikan, coba kalo ada kamu bisa jadi santapan jani oh jani.

saking asyiknya jani tidak sadar bahwa selama ini ada mata CCTV yang selalu mengawasinya. memang majikan nya ini memasang CCTV sebagai keamanan.

" walah.. walah capek tenan. " ucap jani yang sudah selesai beberes dan bersih-bersih. saat ini dirinya tengah beristirahat di belakang rumah.

saat asyik tengah beristirahat sampul meluruskan kaki, dirinya di kagetkan saat ada sebuah suara yang menyapa nya.

"pstt.. pstt hei" ucap sebuah suara .

jani yang tengah beristirahat pun lantas celingak-celinguk mencari dimana sumber suara tersebut.

"siapa sih ganggu aja" ujar jani kesal.

tak..

sebuah batu kerikil mengenai kaki nya" aduh" keluh jani.

dengan kesalnya jani berdiri dan mencari dimana sumber keusilan itu.

"hey siapa pun kamu keluar sini, hadapi aku" tantang jani.

setelah menunggu begitu lama belum ada sosok yang muncul " apa jangan-jangan jurik ya. ini kan rumah gede banget kalo di pikir nggak mungkin kan kalo cuma manusia yang huni" ucap jani sedikit ketakutan.

"kok aku merinding" ucapnya saat merasakan bulu kuduk nya berdiri.

jani yang tak mau berlama-lama akhirnya berbalik menuju ke depan saat berbalik dan

"boom"

"aaaaaa" teriak jani saat di depan nya ada seorang wanita berpakaian serba merah. jani yang kaget setengah mati lantas berteriak.

"eh shutt.. diam" ucap wanita itu sambil membekap mulut jani.

"emm l-lepas" ucap jani dengan susah payah.

"tenang . gue cuma mau kenalan, gue bukan hantu kalo kamu mikir seperti itu" ucap wanita itu setelah melihat jani tenang dan melepaskan bekap nya.

"kamu yah mbok kalo mau kenal dengan cara yang normal saja. jangan seperti ini takut tau" ucap jani kesal.

"hehe maaf. kenalin gue eca" ucap wanita yang tak lain adalah eca. pembantu di seberang rumah majikan jani.

"kamu kok bisa kesini? " tanya jani heran.

"tuh" tunjuk eca pada pintu yang terhubung dengan tembok, entah apa tujuan dibuatnya pintu itu pun jani tak tahu.

"ouh.pembantu juga? " tanya jani

" iya hehe" ucap eca sambil cengegesan.

"eh duduk yuk. lo emang cape berdiri mulu" lanjut eca lagi sambil mendudukan dirinya di teras belakang rumah majikan jani.

jani yang melihat eca duduk pun lantas ikut serta.

dia cukup senang sih sebenernya ada teman juga di sini. tapi ya mbok tolong di kondisikan gitu kalo mau kenalan jangan pakai cara ekstreme.

"eh ngomong - ngomong pak pengadil ganteng udah pulang belum? " tanya eca.

eca ini memang bekerja sebagai art yang rumah nya bertetanggaan persis dengan majikan jani. majikan nya ini juga seorang pria namun berstatus duda yang berprofesi sebagai dokter. jadi tidak heran jika eca ini gampang kluyuran orang yang jadi bos nya juga jarang di rumah. apa lagi kalo shift malam beuh di jamin dingin wkwk.

waktu itu dia tak sengaja melihat jani yang sedang mengobrol dengan pak udin saat dia lewat habis berbelanja. eca hanya menebak jika itu pembantu baru pengganti mbok iyem, tidak mungkin pak pengadil punya istri. ternyata sesuai dengan dugaan nya.

eca yang memang tipe orang gampang bosenan pun berinisiatif berkenalan dengan jani. kebetulan sekali dia melihat jani yang tengah melamun, dia jadi gatel ngerjain makanya. memang orang usil si eca ini.

" kamu sudah lama kerja di sini ca? " tanya jani yang sudah akrab dengan eca apa lagi mereka ini hampir seumuran cuma lebih tua eca beberapa bulan saja.

"udah.ada 2 tahun aku kerja" ucap eca sambil menyomot makanan ringan yang jani hidangkan. memang tadi jani mengambil sedikit biscuit kering yang ada di lemari.

dia merasa tidak enak jika hanya mengobrol tanpa di suguhkan makanan.

"ouh.lama juga yah, betah berarti dong?

" kalo di bilang betah sih betah. tapi kadang siapa sih yang nggak kangen rumah iya kan? " rasanya kalo pengin pulang tuh nggak bisa di tahan" ucap eca ketika teringat dirinya itu bahkan hampir kabur , namun gagal saat majikan nya itu melihat dan menahan nya agar tidak pulang.

eca sama seperti jani dari kampung. bedanya kondisi perekonomian keluarga eca lebih stabil dari pada jani yang serba kurang. eca ke sini ya karena cuma mau cari pengalaman gimana susahnya cari duit sendiri.

"iya yah. aku juga begitu, apa lagi saat ke sini sampai sudah lima hari ini aku bahkan belum kenal sama majikan aku. tapi kerja nya jadi bebas sih nggak ada yang ngatur hehe"

"masa sih? berarti kamu sama sekali nggak tau majikan kamu? " tanya eca

jani menggeleng " boro-boro ca, tau nama nya aja juga enggak" ucap jani

"wih bahan isengan lagi nih" ucap eca dalam hati.

"wah parah sih kamu. emang siapa yang ngasih loker ini ke kamu? " tanya eca mulai menyelidiki bahan isengan nya.

"dari agensi di kecamatan kampung aku . mereka cuma kasih alamat doang ca" ucap jani sambil menyomot biscuit berisi coklat.

"enak juga" dalam hati jani.

" tenang aja aku kasih gambaran nya . aku kan lumayan tau tentang majikan mu itu" ucap eca.

"wah iya yah. " heboh jani kenapa dirinya tidak tanya saja dari eca ini. dia pasti tentu tahu bagaimana majikan nya.

"orang nya pria tapi udah tua, jalan nya bongkok rambutnya putih. sedikit budeg juga jan. kamu harus ektstra sabar saat ngomong sama dia. apa lagi saat dia mulai cerewet bisa-bisa kamu di tempeleng" ucap eca menakut-nakuti jani.

"masa sih. tapi kok bisa di juluki tuan pengadil? " tanya jani yang bingung. sebenarnya siapa yang benar pak udin atau si eca ini.

tapi pak udin juga cuma bilang tuan pengadil, bukan ciri-ciri seperti yang eca katakan.

" ya karena kerjaan nya yang mengadili orang jan. intinya yah nanti kalo kamu ketemu sama dia kamu harus siapkan mental. jangan sampai melakukan kesalahan apapun. dia orang paling tua di sini harus di hormati mengerti? " ucap eca dengan tegas.

jani yang mendengar eca bertutur dengan tegasnya pun percaya begitu saja. "baik ca" ucap jani.

"kena kau jan, maaf yah ini semua didasarkan pada dendam ku sama majikan mu itu . berani-berani nya dia nolak aku yang cantik dan mengemaskan ini. rasakan kau si borokokok" ucap eca dengan tawa gembiranya dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status