Warisan Kuno: Kembalinya sang Pewaris Blurb: Seorang anak laki-laki bernama Arka terpisah dari keluarganya yang merupakan salah satu keluarga terkaya di negeri itu sejak usianya baru menginjak empat tahun. Perselisihan dalam keluarga menyebabkan ia disingkirkan secara diam-diam, hingga akhirnya diasuh oleh keluarga sederhana di sebuah desa terpencil. Namun, keluarga angkatnya bukanlah keluarga biasa—mereka adalah keturunan terakhir dari klan kuno yang menguasai seni bela diri tingkat tinggi, ilmu kultivasi yang mendalam, dan pengetahuan kedokteran yang luar biasa. Di bawah bimbingan mereka, Arka tumbuh menjadi pemuda yang cerdas dan tangguh, menguasai teknik-teknik bertarung yang hanya diketahui segelintir orang di dunia. Tanpa mengetahui asal-usulnya yang sebenarnya, ia menjalani hidup sederhana, hingga suatu hari takdir membawanya kembali ke dunia yang telah lama meninggalkannya.
View MoreLangit Jakarta tampak cerah saat helikopter hitam mendarat perlahan di rooftop gedung Wijaya Corporation. Baling-balingnya menebarkan angin yang membuat debu-debu beterbangan di sekeliling. Arka turun dengan langkah mantap, tatapannya lurus ke depan, namun tubuhnya masih menyisakan aroma pertempuran. “Selamat datang kembali, Arka,” sambut Kiara dari samping pintu lift, senyumnya hangat, meski mata menunjukkan kecemasan yang belum sepenuhnya reda. “Terima kasih, Kiara. Bagaimana keadaan di sini?” tanya Arka sambil berjalan menuju ruang kendali. “Sistem sudah kembali normal sejak spike dihancurkan. Tapi aku masih belum tenang,” ujar Kiara, mengikuti langkahnya. Raka dan Genta sudah menunggu di ruang utama. Taka duduk di depan monitor, tangannya sibuk mengetik kode-kode baru. “Bungker berhasil dikuasai?” tanya Raka tanpa basa-basi. “Ya,” jawab Arka singkat. “Kazuo sudah dikalahkan. Dan spike elekt
Angin malam Kalimantan Timur berhembus kencang ketika Arka berdiri di hadapan Kazuo, pria bermata merah yang baru keluar dari bunker bawah tanah. Atmosfer di sekitar mereka berubah drastis, terasa berat dan menyesakkan. “Kau tampak lelah, Arka,” kata Kazuo dengan nada tenang. “Padahal ini baru permulaan.” “Aku belum menggunakan semua yang kupunya,” balas Arka dengan mata yang tak berkedip. Kazuo tersenyum dingin. “Bagus. Aku tak ingin pertarungan yang membosankan.” Tiba-tiba, Kazuo menghilang dari pandangan. Arka menoleh cepat ke kiri, tepat sebelum sebuah tinju menghantam tempat dia berdiri. Tanah meledak, menciptakan kawah kecil. “Cepat sekali gerakannya…” gumam Arka sambil melompat mundur. Kazuo muncul kembali, berdiri dengan santai. “Aku bukan lagi manusia biasa. Teknologi dan tubuhku sudah menyatu.” “Dan kau pikir itu membuatmu tak terkalahkan?” tanya Arka sambil menarik nap
Kabut tebal turun menyelimuti area sekitar bunker, seolah menambah tekanan dari aura Kazuo yang kini berdiri tak jauh dari Arka. Udara menjadi berat, sepi, dan mencekam. Bahkan pepohonan di sekitar tempat itu tampak seperti menunduk dalam ketakutan. Arka menatap sosok pria bermata merah yang berdiri dengan tenang, namun dalam diamnya menyimpan ancaman besar. Kazuo bukan sekadar ahli bela diri. Ia adalah eksperimen hidup dari program gabungan kekuatan bela diri dan teknologi neural Jepang—proyek gelap yang bahkan oleh pemerintah mereka sendiri pernah dibubarkan karena dianggap terlalu berbahaya. Kazuo tersenyum tipis. “Kau terlihat lebih kuat dari terakhir kali kita bertemu, Arka.” “Kau juga masih suka membuat entrance dramatis rupanya,” balas Arka datar. “Dulu kau pengusaha yang minati bantuan oleh negara. Tapi sekarang... lihat dirimu. Patriot yang jadi batu sandungan dunia.” “Dan kau masih pengecut yang ber
Langit Jakarta mulai diselimuti mendung ketika Arka menatap layar besar di ruang kendali keamanan digital Wijaya Corporation. Suara tombol-tombol ditekan cepat, monitor berganti-ganti menampilkan data. "Kiara, bagaimana status jaringan cadangan kita?" tanya Arka, matanya tajam menelusuri statistik lalu lintas data. "Masih stabil, Arka. Tapi ada sinyal ganjil dari wilayah utara, tepatnya dari server bayangan yang pernah kita bongkar tahun lalu," jawab Kiara cepat. Raka mendekat, membawa tablet dengan grafik aneh. "Aku juga menangkap spike elektromagnetik yang tidak biasa. Sepertinya ada teknologi baru yang sedang diuji dari luar negeri." "Tapi kenapa dari arah utara?" gumam Genta, bersandar di meja. "Bukankah server Tokyo mereka terpantau dari tim siber militer?" "Justru itu, mereka sedang mengalihkan serangan," ujar Arka. "Kita dijadikan umpan. Pusatnya bukan lagi Tokyo. Ada kekuatan lain yang sedang menggera
Angin malam berdesir tajam saat Arka berdiri di balkon lantai tertinggi kantor pusat Wijaya Corporation. Sorot lampu kota Jakarta berkilauan di kejauhan, seakan menyimpan rahasia dalam setiap sudut gelapnya. “Ada yang janggal dengan sistem jaringan sejak pukul dua pagi,” ucap Taka sambil menyerahkan tablet ke Arka. Taka adalah kepala tim IT Wijaya Corporation yang dipercayakan oleh Arka dan Raka untuk memimpin tim tersebut. “Serangan lagi?” tanya Arka tanpa memalingkan pandangan dari kota. “Bukan serangan biasa. Ini seperti ada tangan dalam yang membuka jalan buat mereka dari luar,” jawab Taka tegas. Kiara melangkah masuk ke ruangan dengan wajah tegang. “Aku sudah memetakan jejak digitalnya. Tapi pola enkripsinya asing. Seperti... bukan buatan manusia.” “AI?” Arka menoleh cepat. “Lebih buruk. Kombinasi antara AI dan teknologi militer mutakhir. Mereka tidak hanya ingin meretas, m
Malam itu, di ruang rapat Wijaya Corporation, Arka duduk dengan ekspresi serius. Raka, Genta, Kiara, dan beberapa anggota tim inti berkumpul, menunggu penjelasan lebih lanjut. Ia membuka pembicaraan mengenai serangkaian transaksi mencurigakan yang baru terdeteksi. Raka membuka laptop dan menampilkan grafik serta data transfer dana yang mencurigakan. Ia menjelaskan bahwa selama dua minggu terakhir, sejumlah besar uang telah dikirim ke rekening asing tanpa persetujuan resmi dari manajemen pusat. Genta tampak terkejut dan bertanya siapa saja yang memiliki akses untuk melakukan transaksi semacam itu. Raka menjawab bahwa akses berasal dari level manajemen atas, namun identitas pelakunya masih belum dapat dipastikan karena pelaku menggunakan metode penyamaran yang canggih. Kiara menyela dan menambahkan bahwa tim IT sedang melacak jejak digital, tetapi pelaku cukup lihai menyembunyikan langkah-langkahnya. Arka lalu menyimpulkan bahwa ada kemungk
Kilatan cahaya malam menyinari wajah Arka yang tegap berdiri di tengah lokasi pertarungan yang telah dipersiapkan. Asap tipis mengepul dari reruntuhan bangunan tua yang dijadikan arena, jauh dari permukiman warga. "Aku bisa mencium niat kalian dari kejauhan," kata Arka dengan mata tajam menatap dua sosok berpakaian gelap di hadapannya. Salah satu dari mereka melangkah maju. "Kau tak berubah sejak terakhir kali kita bertemu, Arka." "Dan kau justru berubah terlalu banyak, sampai lupa caramu kalah," jawab Arka dengan tenang. Sementara itu, dari balik bangunan rusak, Genta mengamati pergerakan mereka sambil memberi isyarat kepada tim militer yang bertugas. Mereka memastikan perimeter tetap steril. "Sinyal semua bersih, tidak ada penyusup lain," bisik salah satu anggota tim ke Genta. Genta mengangguk. "Biarkan mereka bertarung. Tapi tetap siaga. Kalau Arka memberi isyarat, kita masuk."
Pagi hari di Jakarta dimulai dengan kabut tipis yang menyelimuti langit. Di dalam ruang rapat utama Wijaya Corporation, Arka berdiri tegak memandangi layar besar berisi data serangan siber yang baru saja dipetakan Kiara. “Ini bukan serangan biasa. Mereka tahu titik lemah sistem, dan ini hanya awal,” kata Kiara sambil mengetik cepat di laptopnya. Arka mengangguk pelan. “Berapa lama kita bisa bertahan dengan firewall saat ini?” “Empat jam, paling lama. Tapi aku sedang mengaktifkan protokol lapis tiga. Kita butuh tim IT cadangan.” “Panggil semua yang pernah bekerja dalam misi darurat. Termasuk yang dari proyek militer,” perintah Arka tegas. Di sudut ruangan, Raka memperhatikan pola-pola enkripsi asing yang muncul. “Ini gaya Tokyo. Mereka pernah memakai algoritma ini saat kita menangkap agen mereka di perbatasan.” “Berarti mereka ingin me
Arka berdiri di balkon lantai tertinggi kantor cabang Surabaya, memandangi langit senja yang mulai meredup. Suara langkah kaki Damar mendekat dari belakang. “Aku sudah siapkan seluruh struktur organisasi cabang ini. Sistem keuangan, SDM, dan semua divisi sudah aku rapikan,” ujar Damar mantap. Arka mengangguk pelan. “Mulai hari ini, kau kepala cabang Surabaya. Kawal setiap proyek sosial dan energi terbarukan dengan integritas. Keluarga besar sudah mendukung, jangan buat mereka ragu lagi.” “Siap!” Damar mengepalkan tangan. “Aku tak akan mengecewakanmu.” Beberapa hari berikutnya, geliat perusahaan mulai terasa stabil. Investasi dari pengusaha elit Surabaya terus mengalir. Dukungan dari para tokoh penting kota semakin memperkuat posisi Wijaya Corporation di wilayah surabaya.. Arka, Raka, dan Genta kemudian kembali ke Jakarta. Namun ketenangan itu tak bertahan lama
Darah mengalir di lantai marmer Vila Wijaya. Seorang pria berseragam pelayan tergeletak dengan mata terbuka lebar, napasnya tersengal-sengal. Tangan kanannya masih mencengkeram sebuah amplop hitam yang kini berlumuran darah. Di sudut ruangan, seorang bocah laki-laki berusia empat tahun duduk diam di atas ranjang. Matanya yang hitam pekat menatap kosong ke jendela, tangannya erat menggenggam boneka kayu yang mulai lusuh. Namanya Arka Wijaya. Di luar kamar, perdebatan sengit pecah di antara anggota keluarga. "Dia tetap anak dari darah Wijaya!" suara seorang pria muda menggema. "Dia bukan bagian dari keluarga ini!" sahut suara berat seorang pria tua dengan penuh otoritas. Pria tua itu adalah Darma Wijaya, kepala keluarga yang keras dan tanpa belas kasihan. "Jangan bodoh, Wisnu!" bentaknya pada pria muda itu. "Anak itu hanya akan membawa keha...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments