Share

Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris
Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris
Author: Caesar Azka

Bab 1 Anak Yang Dilupakan

Author: Caesar Azka
last update Last Updated: 2025-02-27 13:24:44

Darah mengalir di lantai marmer Vila Wijaya. Seorang pria berseragam pelayan tergeletak dengan mata terbuka lebar, napasnya tersengal-sengal. Tangan kanannya masih mencengkeram sebuah amplop hitam yang kini berlumuran darah.

Di sudut ruangan, seorang bocah laki-laki berusia empat tahun duduk diam di atas ranjang. Matanya yang hitam pekat menatap kosong ke jendela, tangannya erat menggenggam boneka kayu yang mulai lusuh.

Namanya Arka Wijaya.

Di luar kamar, perdebatan sengit pecah di antara anggota keluarga.

"Dia tetap anak dari darah Wijaya!" suara seorang pria muda menggema.

"Dia bukan bagian dari keluarga ini!" sahut suara berat seorang pria tua dengan penuh otoritas.

Pria tua itu adalah Darma Wijaya, kepala keluarga yang keras dan tanpa belas kasihan.

"Jangan bodoh, Wisnu!" bentaknya pada pria muda itu. "Anak itu hanya akan membawa kehancuran bagi kita! Jika dia tumbuh dewasa, dia akan menjadi ancaman bagi keluarga ini!"

Wisnu Wijaya, kakak tiri Arka, mengepalkan tinjunya. "Dia adik kandungku."

Darma mendengus. "Dan kau adalah pewaris sejati keluarga ini. Tidak ada tempat untuk dia."

Malam itu, keputusan dibuat. Arka akan dihapus dari sejarah keluarga.

RAHASIA DI BALIK MALAM GELAP

Jauh dari gemerlap pesta, di tengah hutan sunyi, seorang pria berjubah hitam berdiri dengan tangan bersilang. Guna, seorang ahli seni bela diri, pengobatan, dan kultivasi, menatap tajam ke arah pelayan yang membawa seorang bocah kecil dalam gendongannya.

Pelayan itu menyerahkan Arka dengan tangan gemetar. "Bawa dia pergi... sebelum mereka berubah pikiran."

Arka tidak menangis. Ia hanya menatap pria asing itu dengan mata polos.

Guna berlutut, menepuk bahunya. "Mulai sekarang, kau akan hidup denganku."

Dalam keheningan malam, Arka dibawa pergi, tanpa pernah menyadari bahwa darah yang mengalir di tubuhnya adalah bagian dari garis keturunan penuh ambisi dan pengkhianatan.

LIMA BELAS TAHUN KEMUDIAN

Petir menyambar langit gelap, menerangi hutan lebat di balik gunung. Di bawah derasnya hujan, seorang pemuda berdiri di tengah hutan dengan mata terpejam.

Napasnya teratur. Tenang seperti air, kokoh seperti batu karang.

Tiba-tiba, ia menggerakkan tangannya dengan cepat. Dalam sekejap, udara di sekelilingnya bergetar, menciptakan pusaran energi yang membuat daun-daun beterbangan.

Sebuah batu besar di depannya meledak berkeping-keping.

Dari kejauhan, Guna menyaksikan dengan tatapan puas. "Kau sudah menguasai dasar-dasarnya."

Arka membuka matanya. "Aku masih belum cukup cepat."

Guna terkekeh. "Jangan terburu-buru. Kekuasaan sejati bukan tentang kecepatan, tapi tentang pengendalian."

Selama lima belas tahun, Arka tumbuh di bawah bimbingan Guna dan keluarganya—keturunan dari Klan Naga Langit, garis keturunan kuno yang menghilang dari dunia luar.

Di desa tersembunyi itu, Arka belajar seni bela diri yang tak bisa ditemukan di mana pun. Ia menguasai teknik yang membuat tubuhnya secepat angin dan sekuat baja. Ia juga belajar seni kultivasi, teknik yang memungkinkan seseorang memperkuat tubuh dan pikirannya melampaui batas manusia biasa.

Namun, meskipun tubuhnya kuat, hatinya penuh pertanyaan.

"Guru," kata Arka suatu hari. "Siapa aku sebenarnya?"

Guna terdiam sesaat. Sudah lama ia menunggu pertanyaan itu.

"Sudah waktunya kau tahu," katanya akhirnya.

Arka menatapnya penuh perhatian.

"Kau adalah anak dari keluarga Wijaya," lanjut Guna. "Salah satu keluarga paling berpengaruh di negeri ini. Namun, karena perselisihan di antara mereka, kau dibuang dan dihapus dari sejarah keluarga."

Arka mengernyit. Nama itu asing, tapi terasa familiar.

"Aku membesarkanmu di sini karena itu adalah takdirmu," lanjut Guna. "Namun, dunia yang dulu membuangmu kini berada dalam bahaya. Keluarga yang pernah melupakanmu… mungkin akan mencarimu."

Arka mengepalkan tinjunya. Selama ini, ia hanya ingin hidup tenang. Namun, ada sesuatu dalam dirinya yang mengatakan bahwa masa lalunya belum selesai.

"Jadi, mereka membuangku," gumamnya.

Guna mengangguk. "Dan sekarang, kau punya pilihan. Tetap di sini, atau kembali menghadapi mereka."

Arka terdiam lama. Namun sebelum ia bisa menjawab, sebuah ledakan terdengar dari arah desa!

Guna menoleh cepat. "Itu dari kuil utama!"

Arka langsung berlari, diikuti oleh Guna. Saat mereka tiba di desa, api sudah membakar beberapa rumah.

Dari balik asap, sosok berjubah hitam muncul, membawa pedang merah berkilauan.

"Di mana dia?" suara serak terdengar.

Seorang lelaki tua dari desa gemetar. "S-siapa?"

Orang berjubah itu tersenyum miring. "Anak yang seharusnya mati lima belas tahun lalu."

Arka mengepalkan tangannya. Mereka datang mencarinya.

Dari kejauhan, suara kuda mendekat. Lebih banyak musuh sedang datang.

Guna menyempitkan matanya. "Arka, dengarkan aku. Jika mereka menginginkanmu... itu berarti kau lebih penting dari yang kita duga."

Arka menarik napas panjang, matanya penuh tekad.

"Aku tidak akan lari lagi."

Namun, ia belum tahu bahwa di balik semua ini, seseorang dari keluarga Wijaya telah mengkhianatinya sejak awal.

Related chapters

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 2 Jejak Dalam Kegelapan

    Petir menyambar di kejauhan, menyinari langit malam yang kelam. Di tepi tebing yang curam, Arka berdiri tegap, menatap hamparan hutan lebat di bawahnya. Angin malam bertiup kencang, mengibarkan jubahnya dan membawa aroma tanah basah yang menusuk hidung. Hatinya bergolak. Semesta seolah memberikan pertanda bahwa perjalanannya baru saja dimulai. “Kenapa sekarang?” gumamnya, matanya menerawang ke dalam kegelapan. Suara langkah kaki mendekat dari belakang. Guna, sang guru, berdiri di sana dengan mata tajam yang menyiratkan kebijaksanaan dan rahasia yang belum terungkap. “Bukan soal kapan,” kata Guna dengan suara berat. “Tapi soal takdir.” Arka menoleh, menatap gurunya dengan penuh tanda tanya. “Takdir?” Guna mengangguk pelan. “Aku tidak mengatakan ini tanpa alasan. Kau sudah merasakannya, bukan? Keinginan untuk mencari tahu siapa dirimu sebenarnya.” Arka menghela napas, dadanya terasa sesak. “Aku t

    Last Updated : 2025-03-01
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 3 Kedatangan

    Fajar baru saja menyingsing ketika Arka berdiri di atas tebing yang menghadap desa kecil tempat ia tumbuh besar. Angin pagi bertiup kencang, menerbangkan debu dan dedaunan kering di sekitarnya. Di kejauhan, hamparan hutan lebat tampak seperti samudra hijau yang tak berujung. Matanya menatap lurus ke depan, penuh tekad dan keyakinan.Dari belakang, Guna berdiri dengan tangan bersedekap. "Jadi, kau sudah memutuskan?"Arka mengangguk. "Aku harus tahu siapa diriku sebenarnya, Guru."Guna menarik napas panjang. "Perjalanan ini tidak akan mudah. Dunia di luar sana jauh berbeda dari yang kau kenal."Arka tersenyum tipis. "Aku sudah siap. Ilmu yang kau ajarkan akan selalu menjadi bagian dari diriku."Guna mengulurkan sebuah kantong kecil. "Ramuan ini akan melindungimu. Dan ini..." Ia menyerahkan sebuah jimat kayu berukir naga. "Simbol perlindungan. Jangan sampai hilang."Arka menerimanya dengan penuh hormat. "Terima kasih, Guru. Aku tida

    Last Updated : 2025-03-01
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 4 Ironi

    Langit malam Jakarta dipenuhi cahaya neon, memantul di jalanan basah setelah hujan sore. Udara masih menyisakan aroma aspal yang hangat, bercampur dengan bau kopi dan gorengan dari pedagang kaki lima. Arka berdiri di bawah lampu jalan, matanya menatap ke kejauhan. Pikirannya masih berputar setelah pertemuannya dengan Wisnu.Keluarga yang membuangnya kini membutuhkannya?Sebuah ironi yang sulit ia cerna.Ia menarik napas dalam, berusaha mengabaikan perasaan yang berkecamuk dalam dadanya. Jalanan penuh dengan orang-orang yang tidak mengenalnya, tidak peduli dengan masa lalunya. Tapi Jakarta adalah tempat di mana semua orang menyembunyikan sesuatu. Dan kali ini, ia datang untuk mengungkap rahasia yang selama ini ditutupi darinya.Saat melangkah menuju penginapan kecil yang ia temukan melalui aplikasi ponselnya, terdengar suara teriakan dari gang sempit di sisi jalan.Arka menghentikan langkahnya. Sekilas, ia melihat tiga pria bertubuh besar

    Last Updated : 2025-03-01
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 5 Teman Yang Diremehkan

    Langit Jakarta malam itu dipenuhi warna jingga yang perlahan ditelan gelap. Di jalanan yang padat, suara klakson bertalu-talu, dan aroma asap kendaraan bercampur dengan bau kopi dari pedagang kaki lima. Arka duduk di sebuah warung kopi kecil, matanya menatap kosong pada cangkir di depannya. Di seberangnya, Raka bersandar santai, memainkan sendok di jemarinya. “Jadi, apa yang sebenarnya terjadi dengan perusahaan tempatmu bekerja?” tanya Arka, suaranya datar namun tajam. Raka menghela napas sebelum menjawab, seolah memilih kata-katanya dengan hati-hati. “Perusahaan itu bernama Tirta Nusantara. Kami bergerak di bidang distribusi air minum dan bekerja sama dengan keluarga Wijaya. Semuanya berjalan baik, sampai tiba-tiba, keadaan berubah.” “Berubah bagaimana?” Arka mengangkat alis. Raka mengetuk meja dengan jemarinya. “Harga bahan baku naik drastis, regulasi baru muncul entah dari mana—dan anehnya, semua hanya berdampak pada kam

    Last Updated : 2025-03-01
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 6 Badai di Balik Kota

    Malam menelan Jakarta dengan gemerlap lampu yang berkilauan di atas aspal basah. Di sebuah rooftop gedung tinggi, angin berembus kencang, membawa aroma hujan yang baru saja reda. Arka berdiri di tepi pagar kaca, memandang lanskap kota yang seakan tak pernah tidur. Dari atas sini, ia bisa melihat gedung Wijaya Group menjulang angkuh, sebuah simbol kekuasaan yang tak tergoyahkan. Di belakangnya, Raka datang dengan langkah ringan, tangannya memasukkan sesuatu ke dalam saku jaket. "Kau yakin mau melakukan ini?" tanyanya tanpa basa-basi. Arka menoleh sedikit, matanya menyipit. "Aku tidak punya pilihan lain." Raka terkekeh. "Selalu ada pilihan, Arka. Hanya saja, beberapa di antaranya lebih berbahaya dari yang lain." Arka menghela napas, lalu berjalan menuju tangga darurat. "Ayo. Kita punya janji yang tidak boleh kita lewatkan." Jebakan di Lantai 25 Kantor Wijaya Group dipenuhi aroma kekuasaan. Setiap

    Last Updated : 2025-03-01
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 7 Peringatan

    Langit Jakarta malam itu gelap pekat, hanya diterangi lampu-lampu kota yang berpendar di kejauhan. Hujan baru saja reda, meninggalkan jejak air di jalanan yang berkilauan di bawah cahaya lampu neon. Di sebuah rooftop gedung tinggi, Arka berdiri diam, tatapannya mengarah ke lanskap kota yang tak pernah tidur. Suara klakson samar terdengar dari kejauhan, tetapi pikirannya terpusat pada satu hal—kebenaran di balik kehancuran Tirta Nusantara. Di belakangnya, langkah kaki terdengar mendekat. Raka datang dengan gaya khasnya—santai, tangan dimasukkan ke dalam saku, namun matanya tajam seperti biasanya. "Kau yakin kita masih ingin melanjutkan ini?" tanya Raka tanpa basa-basi. Arka tidak langsung menjawab. Ia menghela napas panjang sebelum akhirnya berkata, "Sejak awal, aku tidak punya pilihan lain." Raka tertawa kecil. "Selalu ada pilihan, Arka. Hanya saja, beberapa di antaranya lebih berbahaya dari yang lai

    Last Updated : 2025-03-01
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 8 Kabut di Balik Bayangan

    Kilatan lampu merah-biru berpendar di kejauhan. Sirene ambulans meraung di jalanan yang basah oleh hujan semalam, membelah keheningan pagi yang suram. Di dalam mobil yang melaju cepat, Arka menatap Haryo yang masih tak sadarkan diri di kursi belakang. Wajah pria tua itu pucat, darah di kepalanya sudah mengering, namun napasnya tetap tersengal. "Kita seharusnya tidak membawa dia ke rumah sakit biasa," kata Raka dari kursi kemudi. "Orang-orang yang mengincarnya pasti sudah mengawasi semua tempat." Arka mengangguk, matanya tetap fokus pada jalanan di luar. "Aku sudah menelepon seseorang. Kita akan membawanya ke tempat yang lebih aman." Mobil berbelok tajam ke gang kecil yang nyaris tak terlihat di peta. Raka menghentikan mobil di depan sebuah gudang tua yang tampak seperti sudah lama ditinggalkan. "Ini tempatnya?" tanya Raka, skeptis. "Percayalah," jawab Arka sambil membuka pintu. Begitu mereka m

    Last Updated : 2025-03-03
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 9 Bayangan di Balik Cahaya

    Hujan mulai turun, rintik-rintiknya menghantam aspal dan menyelimuti lorong sempit di belakang gudang dengan aroma tanah basah. Arka berdiri diam, merasakan dinginnya moncong pistol yang ditekan ke dahinya. Napasnya teratur, tapi matanya penuh perhitungan. Raka dan Sinta menegang di sisinya, sementara Haryo tetap setengah sadar, bersandar lemah di dinding.Sosok berpakaian hitam itu tidak bergeming, tatapannya dingin dan tajam. “Kalian seharusnya berhenti sejak awal.”“Tapi kita tidak pernah pandai mengikuti perintah,” jawab Raka, suaranya tetap tenang meskipun tangannya perlahan merayap ke pinggangnya, mencari sesuatu.Tiba-tiba, terdengar suara gemuruh dari kejauhan—sebuah ledakan kecil mengguncang tanah. Dalam sepersekian detik, perhatian pria bersenjata itu teralihkan. Arka tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dengan gerakan cepat, ia menepis tangan pria itu dan menendang pistolnya ke samping.Pria itu mencoba menyerang balik, tapi Arka lebih cepa

    Last Updated : 2025-03-03

Latest chapter

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 25 Pertempuran di Ambang Batas

    Angin kencang bertiup liar, menyapu debu dan puing-puing dari tanah yang terkoyak oleh pertempuran. Arka berdiri tegak, tubuhnya diselimuti energi biru yang berkilauan. Di hadapannya, pria bertopeng emas masih tersenyum, sementara bayang-bayang hitam di sekelilingnya berdenyut seperti makhluk hidup. Di samping Arka, Genta melangkah maju. Aura peraknya berkobar, kontras dengan kegelapan yang menyelimuti lawan mereka. “Sudah cukup bermain-main, Arka. Aku akan menangani ini,” ujar Genta dengan nada tenang. Arka meliriknya, ekspresinya tetap serius. “Jangan gegabah. Dia bukan lawan biasa.” Pria bertopeng tertawa kecil. “Oh? Jadi sekarang kau berdua ingin melawanku bersama?” Genta mengangkat tangan, dan dalam sekejap— ZRAASSHH! Kilatan perak melesat, menyerang pria bertopeng dengan kecepatan luar biasa! Tetapi sebelum energi itu mengenainya, bayangan hitam yang melingka

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 24 Fajar di Tengah Kegelapan Langit yang Terkoyak

    Udara bergetar. Tanah bergetar. Arka berdiri tegak, napasnya memburu. Aura hitam pekat menyelimuti pria bertopeng emas di hadapannya, menelan cahaya di sekitarnya. Dari kejauhan, Azura dan Raka berusaha bangkit meski tubuh mereka lemah. “Dia… benar-benar berubah,” gumam Azura, matanya membelalak melihat bentuk baru pria bertopeng itu. Kini, tubuhnya diselimuti bayangan hitam yang berdenyut seperti api. Mata merahnya bersinar seperti bara. Arka mengepalkan tangan. Ia tahu, ini adalah pertarungan yang berbeda. Pria bertopeng mengangkat satu tangannya. Tanpa peringatan— ZRAASSHH! Gelombang hitam meledak ke segala arah! Arka melompat ke belakang, tapi ledakan energi itu lebih cepat. Ia merasakan tekanan luar biasa menghantam dadanya, membuatnya terlempar puluhan meter. DUARR! Tubuh Arka menghantam batu besar, menghancurkanny

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 23 Kebangkitan di Tengah Kegelapan

    Langit berubah merah darah. Kilatan petir hitam beradu di antara awan pekat, menciptakan gemuruh yang mengguncang tanah. Azura dan Raka tersungkur, tubuh mereka penuh luka akibat serangan energi dari pria bertopeng emas. Di kejauhan, Ki Jagasatru berdiri tegak, menahan napas. Ini buruk. Sangat buruk. Pria bertopeng emas melangkah perlahan mendekat. Auranya begitu berat hingga udara terasa seolah menekan dada mereka. “Aku kecewa,” katanya dengan suara dalam. “Kupikir kalian bisa bertahan lebih lama.” Azura menggertakkan giginya. Ia mencoba bangkit, tetapi lututnya bergetar. Raka menatap sekeliling. Tidak ada tanda-tanda Arka. Tidak ada bantuan. Kenapa dia belum datang? Pria bertopeng mengangkat tangannya. Dari balik jubah hitamnya, muncul pusaran energi gelap. “Sekarang… beristirahatlah dalam kegelapan.” Dan tepat saat ia hendak melancarkan serangan t

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 22: Warisan dari Masa Lalu

    Cahaya Biru dan Sosok Misterius Arka melayang dalam kehampaan, dikelilingi oleh cahaya biru yang berputar-putar seperti pusaran energi. Tubuhnya terasa ringan, tetapi pikirannya penuh dengan pertanyaan. Apa tempat ini? Mengapa suaranya tadi terdengar begitu familiar? Tiba-tiba, dari dalam pusaran cahaya itu, muncul sosok berjubah putih. Wajahnya tertutup bayangan, tetapi sorot matanya tajam dan penuh wibawa. “Arka… pewaris darah sakti,” suara itu bergema, membuat dada Arka bergetar. “Siapa kau?” tanya Arka, menatap tajam ke arah sosok itu. Pria itu melangkah maju. “Aku adalah jejak masa lalu, warisan yang telah lama menantimu.” Seketika, pemandangan di sekitar mereka berubah. Arka kini berdiri di tengah-tengah medan perang yang luas. Ribuan prajurit bertarung, dan di antara mereka, seorang pria dengan baju perang emas berdiri tegak, dikelilingi aura yang begitu kuat.

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 21 Gerbang Gunung Langit

    Langit di atas mereka masih dipenuhi awan hitam. Suara petir menggema, membuat tanah bergetar seolah dunia sedang bersiap menyambut sesuatu yang besar. Arka, Azura, dan Raka berdiri di puncak bukit kecil, menatap ke arah pegunungan yang menjulang di depan mereka—Gunung Langit, tujuan berikutnya. Ki Jagasatru menarik napas dalam. “Di sana… kalian akan menemukan sesuatu yang akan mengubah takdir kalian.” Arka mengepalkan tinjunya. “Kalau ini jalan untuk menjadi lebih kuat, aku siap.” Azura melirik ke arah langit. “Tapi apa yang sedang terjadi? Sejak kita mengalahkan Ragaseta, langit terus seperti ini.” Ki Jagasatru menatap mereka dengan serius. “Itu pertanda bahwa Gerbang Gunung Langit telah bereaksi terhadap keberadaanmu, Arka.” Raka tertawa kecil. “Kau benar-benar spesial, ya.” Namun sebelum mereka bisa bergerak, tiba-tiba tanah di sekitar mereka bergetar hebat. BO

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 20 Jejak Darah dan Jalan Baru

    Suara dentingan logam beradu memenuhi udara. Arka melompat ke belakang, menghindari tebasan pedang raksasa pria berotot berbaju besi hitam. Tanah tempatnya berpijak terbelah akibat serangan itu, debu dan pecahan tanah beterbangan ke segala arah. Azura dan Raka mundur, mencari celah untuk membantu, sementara Ki Jagasatru tetap berdiri tegap, mengamati pertarungan dengan sorot mata tajam. Pria berotot itu menyeringai. “Lumayan juga kau, bocah.” Arka mengatur napasnya, matanya fokus menatap lawan. “Siapa kau?” Pria itu mengangkat pedangnya yang berlumuran darah. “Aku Ragaseta. Pemburu pewaris darah sakti.” BOOM! Ragaseta mengayunkan pedangnya ke tanah, menciptakan gelombang kejut yang membuat Arka terlempar ke belakang. Namun, sebelum tubuhnya menyentuh tanah, ia memutar tubuhnya dan mendarat dengan ringan. “Ternyata bukan sekadar tenaga brute force…” gumam Arka.

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 19 Kunci Rahasia dan Musuh dalam Bayangan

    “Sudah waktunya kau mengetahui siapa dirimu sebenarnya.” Arka menatap pria tua di hadapannya. Wajah pria itu penuh garis-garis usia, tapi matanya masih menyala dengan tajam, membawa wibawa yang luar biasa. “Siapa kau?” tanya Arka, tangannya masih bersiaga. Pria itu tersenyum tipis. “Namaku Ki Jagasatru. Aku penjaga rahasia keluargamu.” Jantung Arka berdegup kencang. “Rahasia keluargaku?” Ki Jagasatru mengangguk, lalu melirik Azura. “Dan gadis ini memiliki kunci yang akan membuka jalanmu.” Azura menggenggam liontin di lehernya, tatapannya penuh kebimbangan. Namun sebelum ada yang bisa berkata lebih jauh, tiba-tiba suara langkah kaki terdengar dari dalam hutan. CRACK! Raka segera mencabut belatinya, bersiaga. “Kita tidak sendirian.” Dari balik pepohonan, sosok tinggi dengan jubah hitam melangkah keluar. Wajahnya tersembunyi di balik tope

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 18 Jejak Darah dan Warisan Terakhir

    BOOM! Ledakan dahsyat mengguncang tanah, menciptakan gelombang debu yang menyelimuti area pertempuran. Arka segera melompat ke belakang, melindungi gadis yang baru saja ia temui. Raka mencabut belati di pinggangnya, matanya menatap tajam ke arah para pria berpakaian hitam yang kini bergerak mendekat. “Jadi mereka ini siapa?” tanya Arka, masih bersiaga. Gadis itu menghela napas. “Pemburu dari Klan Hitam. Mereka sudah mengejar keluargaku sejak lama.” Salah satu pria maju, wajahnya tertutup topeng besi dengan ukiran tengkorak. “Tidak ada gunanya bersembunyi, Putri Azura. Warisan keluargamu seharusnya menjadi milik kami.” Arka menoleh ke gadis itu. “Putri Azura? Sepertinya kau punya banyak hal yang perlu dijelaskan.” Namun, tidak ada waktu untuk penjelasan lebih lanjut. Dalam sekejap, tiga pria berpakaian hitam melompat maju dengan kecepatan luar biasa.

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 17 Gerbang Rahasia dan Warisan Kekuatan

    Cahaya biru yang menyelimuti tubuh Arka semakin kuat, membuatnya kehilangan keseimbangan. Suara misterius masih menggema di kepalanya. “Apakah kau siap untuk mengetahui kebenaran?” Arka mencoba bergerak, tetapi tubuhnya terasa berat. Kabut tebal mulai menyelimuti pandangannya, hingga semuanya berubah menjadi gelap pekat. Lalu, tiba-tiba— BRAKK! Arka merasakan tubuhnya terlempar ke tanah keras. Ia terbatuk, merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Saat membuka mata, ia terkejut melihat dirinya berada di dalam sebuah ruangan batu raksasa, diterangi oleh obor yang menyala di dinding. Di tengah ruangan, terdapat sebuah altar besar dengan simbol aneh yang terpahat di atasnya. Sebelum Arka bisa berdiri, sebuah suara berat menggema di sekitarnya. “Kau akhirnya tiba.” Dari bayangan, seorang pria bertubuh tinggi dan berotot muncul. Rambut panjangny

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status