Share

Bab 3 Kedatangan

Penulis: Caesar Azka
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-01 04:10:25

Fajar baru saja menyingsing ketika Arka berdiri di atas tebing yang menghadap desa kecil tempat ia tumbuh besar. Angin pagi bertiup kencang, menerbangkan debu dan dedaunan kering di sekitarnya. Di kejauhan, hamparan hutan lebat tampak seperti samudra hijau yang tak berujung. Matanya menatap lurus ke depan, penuh tekad dan keyakinan.

Dari belakang, Guna berdiri dengan tangan bersedekap. "Jadi, kau sudah memutuskan?"

Arka mengangguk. "Aku harus tahu siapa diriku sebenarnya, Guru."

Guna menarik napas panjang. "Perjalanan ini tidak akan mudah. Dunia di luar sana jauh berbeda dari yang kau kenal."

Arka tersenyum tipis. "Aku sudah siap. Ilmu yang kau ajarkan akan selalu menjadi bagian dari diriku."

Guna mengulurkan sebuah kantong kecil. "Ramuan ini akan melindungimu. Dan ini..." Ia menyerahkan sebuah jimat kayu berukir naga. "Simbol perlindungan. Jangan sampai hilang."

Arka menerimanya dengan penuh hormat. "Terima kasih, Guru. Aku tidak akan melupakan semua yang telah kau ajarkan."

Di belakang mereka, beberapa penduduk desa berkumpul untuk mengucapkan selamat jalan. Ayu, adik angkat Arka, berlari menghampirinya dengan mata berkaca-kaca. "Kau benar-benar harus pergi, Kak?"

Arka mengusap kepalanya. "Aku harus, Ayu. Tapi aku janji akan kembali."

Ayu menyerahkan kain kecil bersulam naga emas. "Ini untuk keberuntungan."

Arka menggenggamnya erat. "Aku akan menjaganya."

Dengan satu tarikan napas, Arka berbalik dan mulai melangkah menuju dunia yang pernah membuangnya.

Kota Jakarta – Markas Keluarga Wijaya

Di sebuah ruangan megah dengan jendela setinggi langit-langit, Wisnu Wijaya duduk di kursinya dengan ekspresi tajam. Cahaya matahari pagi memantul di dinding kaca, menciptakan bayangan panjang di lantai marmer yang dingin.

"Beritahu aku lagi," katanya dengan suara dingin.

Seorang pria berpakaian rapi berdiri dengan gelisah. "Kita kehilangan proyek besar di luar negeri. Perusahaan lawan tampaknya mengetahui semua strategi bisnis kita."

Wisnu mengetukkan jarinya ke meja. "Bagaimana bisa? Tidak ada orang luar yang seharusnya tahu sedetail ini."

Darma Wijaya, sang kepala keluarga, menghela napas berat. "Seseorang mengincar kita. Kita harus mencari tahu siapa sebelum semuanya terlambat."

Pintu ruangan terbuka tiba-tiba. Seorang pria paruh baya masuk dengan tergesa-gesa. "Tuan, kami menemukan sesuatu yang mengejutkan."

Semua mata tertuju padanya.

"Kami menemukan seseorang yang mungkin menjadi dalang semua ini."

Wisnu menyipitkan mata. "Siapa?"

Pria itu ragu sebelum akhirnya berkata, "Arka Wijaya."

Ruangan langsung sunyi.

Darma menatap tajam. "Itu tidak mungkin."

"Kami mendapatkan informasi bahwa seseorang dengan kecerdasan luar biasa telah muncul di dunia bisnis dan investasi dalam bayang-bayang. Ia memahami kelemahan kita dengan sangat baik."

Wisnu bersandar ke kursinya. "Jika itu benar... maka dia kembali."

Darma mendengus. "Bocah itu bukan ancaman. Dia bukan siapa-siapa."

Namun, di dalam hatinya, Wisnu tahu bahwa mereka telah melakukan kesalahan besar dengan membuangnya.

Terminal Jakarta – Kedatangan yang Tak Terduga

Langit Jakarta mendung ketika Arka turun dari bus, ransel tersampir di punggungnya. Udara kota terasa berat, penuh dengan asap dan kebisingan yang kontras dengan ketenangan desa tempatnya tumbuh.

Ia berjalan perlahan, mengamati gedung-gedung tinggi yang menjulang. Dunia ini terasa asing, namun di sinilah semuanya dimulai.

Arka memasuki sebuah kedai kopi kecil di pinggir jalan dan duduk di pojok. Ia membuka ponselnya, membaca data yang telah ia kumpulkan tentang keluarga Wijaya.

"Kau tidak bersembunyi dengan baik," suara seseorang tiba-tiba terdengar di seberangnya.

Arka menoleh. Wisnu Wijaya duduk di hadapannya dengan ekspresi dingin.

Arka menatapnya tanpa ekspresi. "Kau menemukanku lebih cepat dari yang kuduga."

Wisnu menyilangkan tangan. "Kau tidak benar-benar mencoba bersembunyi."

Arka menatap lurus ke matanya. "Aku tidak berniat bersembunyi. Aku hanya ingin jawaban."

Wisnu menghela napas. "Jawaban tentang apa?"

Arka mencondongkan tubuhnya ke depan. "Kenapa aku dibuang?"

Wisnu terdiam, menatap adiknya lama sebelum menjawab. "Itu keputusan kakek."

Arka mengepalkan tinjunya. "Dan kau hanya membiarkannya terjadi?"

Wisnu menatapnya dalam-dalam. "Saat itu aku tidak bisa berbuat apa-apa. Kakek memiliki kendali penuh. Aku mencoba melawan, tapi aku gagal."

Arka mencari kebohongan dalam kata-kata kakaknya. "Jadi sekarang kau mencariku karena membutuhkan bantuanku?"

Wisnu tidak menyangkal. "Keluarga ini dalam bahaya. Jika kau ingin jawaban, satu-satunya cara untuk mendapatkannya adalah dengan kembali."

Arka menatap secangkir kopi di depannya. Kata-kata Wisnu masuk akal, tapi ia belum yakin untuk mempercayainya.

Akhirnya, ia mendongak dan berkata, "Aku akan datang ke rumah keluarga."

Wisnu mengangguk. "Bagus."

Namun, di dalam hati, Arka tahu bahwa ini bukan sekadar perjalanan pulang.

Ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar—dan mungkin lebih berbahaya dari yang ia bayangkan.

Bab terkait

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 4 Ironi

    Langit malam Jakarta dipenuhi cahaya neon, memantul di jalanan basah setelah hujan sore. Udara masih menyisakan aroma aspal yang hangat, bercampur dengan bau kopi dan gorengan dari pedagang kaki lima. Arka berdiri di bawah lampu jalan, matanya menatap ke kejauhan. Pikirannya masih berputar setelah pertemuannya dengan Wisnu.Keluarga yang membuangnya kini membutuhkannya?Sebuah ironi yang sulit ia cerna.Ia menarik napas dalam, berusaha mengabaikan perasaan yang berkecamuk dalam dadanya. Jalanan penuh dengan orang-orang yang tidak mengenalnya, tidak peduli dengan masa lalunya. Tapi Jakarta adalah tempat di mana semua orang menyembunyikan sesuatu. Dan kali ini, ia datang untuk mengungkap rahasia yang selama ini ditutupi darinya.Saat melangkah menuju penginapan kecil yang ia temukan melalui aplikasi ponselnya, terdengar suara teriakan dari gang sempit di sisi jalan.Arka menghentikan langkahnya. Sekilas, ia melihat tiga pria bertubuh besar

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 5 Teman Yang Diremehkan

    Langit Jakarta malam itu dipenuhi warna jingga yang perlahan ditelan gelap. Di jalanan yang padat, suara klakson bertalu-talu, dan aroma asap kendaraan bercampur dengan bau kopi dari pedagang kaki lima. Arka duduk di sebuah warung kopi kecil, matanya menatap kosong pada cangkir di depannya. Di seberangnya, Raka bersandar santai, memainkan sendok di jemarinya. “Jadi, apa yang sebenarnya terjadi dengan perusahaan tempatmu bekerja?” tanya Arka, suaranya datar namun tajam. Raka menghela napas sebelum menjawab, seolah memilih kata-katanya dengan hati-hati. “Perusahaan itu bernama Tirta Nusantara. Kami bergerak di bidang distribusi air minum dan bekerja sama dengan keluarga Wijaya. Semuanya berjalan baik, sampai tiba-tiba, keadaan berubah.” “Berubah bagaimana?” Arka mengangkat alis. Raka mengetuk meja dengan jemarinya. “Harga bahan baku naik drastis, regulasi baru muncul entah dari mana—dan anehnya, semua hanya berdampak pada kam

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 6 Badai di Balik Kota

    Malam menelan Jakarta dengan gemerlap lampu yang berkilauan di atas aspal basah. Di sebuah rooftop gedung tinggi, angin berembus kencang, membawa aroma hujan yang baru saja reda. Arka berdiri di tepi pagar kaca, memandang lanskap kota yang seakan tak pernah tidur. Dari atas sini, ia bisa melihat gedung Wijaya Group menjulang angkuh, sebuah simbol kekuasaan yang tak tergoyahkan. Di belakangnya, Raka datang dengan langkah ringan, tangannya memasukkan sesuatu ke dalam saku jaket. "Kau yakin mau melakukan ini?" tanyanya tanpa basa-basi. Arka menoleh sedikit, matanya menyipit. "Aku tidak punya pilihan lain." Raka terkekeh. "Selalu ada pilihan, Arka. Hanya saja, beberapa di antaranya lebih berbahaya dari yang lain." Arka menghela napas, lalu berjalan menuju tangga darurat. "Ayo. Kita punya janji yang tidak boleh kita lewatkan." Jebakan di Lantai 25 Kantor Wijaya Group dipenuhi aroma kekuasaan. Setiap

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 7 Peringatan

    Langit Jakarta malam itu gelap pekat, hanya diterangi lampu-lampu kota yang berpendar di kejauhan. Hujan baru saja reda, meninggalkan jejak air di jalanan yang berkilauan di bawah cahaya lampu neon. Di sebuah rooftop gedung tinggi, Arka berdiri diam, tatapannya mengarah ke lanskap kota yang tak pernah tidur. Suara klakson samar terdengar dari kejauhan, tetapi pikirannya terpusat pada satu hal—kebenaran di balik kehancuran Tirta Nusantara. Di belakangnya, langkah kaki terdengar mendekat. Raka datang dengan gaya khasnya—santai, tangan dimasukkan ke dalam saku, namun matanya tajam seperti biasanya. "Kau yakin kita masih ingin melanjutkan ini?" tanya Raka tanpa basa-basi. Arka tidak langsung menjawab. Ia menghela napas panjang sebelum akhirnya berkata, "Sejak awal, aku tidak punya pilihan lain." Raka tertawa kecil. "Selalu ada pilihan, Arka. Hanya saja, beberapa di antaranya lebih berbahaya dari yang lai

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 8 Kabut di Balik Bayangan

    Kilatan lampu merah-biru berpendar di kejauhan. Sirene ambulans meraung di jalanan yang basah oleh hujan semalam, membelah keheningan pagi yang suram. Di dalam mobil yang melaju cepat, Arka menatap Haryo yang masih tak sadarkan diri di kursi belakang. Wajah pria tua itu pucat, darah di kepalanya sudah mengering, namun napasnya tetap tersengal. "Kita seharusnya tidak membawa dia ke rumah sakit biasa," kata Raka dari kursi kemudi. "Orang-orang yang mengincarnya pasti sudah mengawasi semua tempat." Arka mengangguk, matanya tetap fokus pada jalanan di luar. "Aku sudah menelepon seseorang. Kita akan membawanya ke tempat yang lebih aman." Mobil berbelok tajam ke gang kecil yang nyaris tak terlihat di peta. Raka menghentikan mobil di depan sebuah gudang tua yang tampak seperti sudah lama ditinggalkan. "Ini tempatnya?" tanya Raka, skeptis. "Percayalah," jawab Arka sambil membuka pintu. Begitu mereka m

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 9 Bayangan di Balik Cahaya

    Hujan mulai turun, rintik-rintiknya menghantam aspal dan menyelimuti lorong sempit di belakang gudang dengan aroma tanah basah. Arka berdiri diam, merasakan dinginnya moncong pistol yang ditekan ke dahinya. Napasnya teratur, tapi matanya penuh perhitungan. Raka dan Sinta menegang di sisinya, sementara Haryo tetap setengah sadar, bersandar lemah di dinding.Sosok berpakaian hitam itu tidak bergeming, tatapannya dingin dan tajam. “Kalian seharusnya berhenti sejak awal.”“Tapi kita tidak pernah pandai mengikuti perintah,” jawab Raka, suaranya tetap tenang meskipun tangannya perlahan merayap ke pinggangnya, mencari sesuatu.Tiba-tiba, terdengar suara gemuruh dari kejauhan—sebuah ledakan kecil mengguncang tanah. Dalam sepersekian detik, perhatian pria bersenjata itu teralihkan. Arka tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dengan gerakan cepat, ia menepis tangan pria itu dan menendang pistolnya ke samping.Pria itu mencoba menyerang balik, tapi Arka lebih cepa

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 10 Gadis di Balik Bayangan

    Udara malam di kota terasa berat. Lampu-lampu jalan yang redup memantulkan bayangan panjang di aspal basah. Arka berjalan dengan langkah mantap di gang sempit, sementara Raka mengikutinya di belakang. Mereka baru saja lolos dari serangan para pembunuh bayaran yang dikirim oleh Paman Darma. Kini, mereka hanya memiliki satu tujuan—mencari kebenaran.“Apa kau yakin ini tempatnya?” tanya Raka, suaranya lirih namun tegang.Arka mengangguk. “Informasi dari Haryo mengarah ke sini. Jika benar, kita akan menemukan seseorang yang tahu segalanya tentang keluarga Wijaya.”Namun, sebelum mereka bisa melangkah lebih jauh, sebuah suara halus terdengar dari kegelapan.“Kalian mencari sesuatu?”Arka dan Raka spontan berhenti. Di ujung gang, seorang wanita berdiri. Wajahnya tersembunyi di balik tudung jubah hitam, hanya sepasang mata tajam yang bersinar di bawah cahaya bulan.“Kami mencari seseorang yang bisa menjelaskan siapa sebenarnya musuh kam

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 11 Bayangan di Ujung Lorong

    Lorong sempit yang mereka masuki tiba-tiba terasa lebih gelap dan menekan. Di ujung lorong, seorang pria berdiri dengan santai, tetapi sorot matanya memancarkan ancaman. “Arka… Raka… dan Aluna,” katanya dengan nada mengejek. “Kalian pikir bisa melarikan diri dengan mudah?” Aluna langsung mengenali suaranya. “Reza…” gumamnya pelan, matanya menyipit tajam. Arka merasakan ketegangan yang semakin menebal di udara. Ia bisa merasakan bahwa pria ini bukan sembarang orang. Sikapnya yang tenang dan percaya diri menunjukkan bahwa ia telah mengantisipasi semua ini. “Kau bekerja untuk Johan?” tanya Arka, tangannya perlahan meraih senjata kecil yang terselip di pinggangnya. Reza tertawa kecil. “Aku bekerja untuk siapa pun yang membayar lebih. Dan saat ini, Johan adalah orang yang paling murah hati.” Tanpa peringatan, Reza bergerak cepat. Dalam hitungan detik, ia sudah melesat ke arah mereka dengan kecepatan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06

Bab terbaru

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 25 Pertempuran di Ambang Batas

    Angin kencang bertiup liar, menyapu debu dan puing-puing dari tanah yang terkoyak oleh pertempuran. Arka berdiri tegak, tubuhnya diselimuti energi biru yang berkilauan. Di hadapannya, pria bertopeng emas masih tersenyum, sementara bayang-bayang hitam di sekelilingnya berdenyut seperti makhluk hidup. Di samping Arka, Genta melangkah maju. Aura peraknya berkobar, kontras dengan kegelapan yang menyelimuti lawan mereka. “Sudah cukup bermain-main, Arka. Aku akan menangani ini,” ujar Genta dengan nada tenang. Arka meliriknya, ekspresinya tetap serius. “Jangan gegabah. Dia bukan lawan biasa.” Pria bertopeng tertawa kecil. “Oh? Jadi sekarang kau berdua ingin melawanku bersama?” Genta mengangkat tangan, dan dalam sekejap— ZRAASSHH! Kilatan perak melesat, menyerang pria bertopeng dengan kecepatan luar biasa! Tetapi sebelum energi itu mengenainya, bayangan hitam yang melingka

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 24 Fajar di Tengah Kegelapan Langit yang Terkoyak

    Udara bergetar. Tanah bergetar. Arka berdiri tegak, napasnya memburu. Aura hitam pekat menyelimuti pria bertopeng emas di hadapannya, menelan cahaya di sekitarnya. Dari kejauhan, Azura dan Raka berusaha bangkit meski tubuh mereka lemah. “Dia… benar-benar berubah,” gumam Azura, matanya membelalak melihat bentuk baru pria bertopeng itu. Kini, tubuhnya diselimuti bayangan hitam yang berdenyut seperti api. Mata merahnya bersinar seperti bara. Arka mengepalkan tangan. Ia tahu, ini adalah pertarungan yang berbeda. Pria bertopeng mengangkat satu tangannya. Tanpa peringatan— ZRAASSHH! Gelombang hitam meledak ke segala arah! Arka melompat ke belakang, tapi ledakan energi itu lebih cepat. Ia merasakan tekanan luar biasa menghantam dadanya, membuatnya terlempar puluhan meter. DUARR! Tubuh Arka menghantam batu besar, menghancurkanny

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 23 Kebangkitan di Tengah Kegelapan

    Langit berubah merah darah. Kilatan petir hitam beradu di antara awan pekat, menciptakan gemuruh yang mengguncang tanah. Azura dan Raka tersungkur, tubuh mereka penuh luka akibat serangan energi dari pria bertopeng emas. Di kejauhan, Ki Jagasatru berdiri tegak, menahan napas. Ini buruk. Sangat buruk. Pria bertopeng emas melangkah perlahan mendekat. Auranya begitu berat hingga udara terasa seolah menekan dada mereka. “Aku kecewa,” katanya dengan suara dalam. “Kupikir kalian bisa bertahan lebih lama.” Azura menggertakkan giginya. Ia mencoba bangkit, tetapi lututnya bergetar. Raka menatap sekeliling. Tidak ada tanda-tanda Arka. Tidak ada bantuan. Kenapa dia belum datang? Pria bertopeng mengangkat tangannya. Dari balik jubah hitamnya, muncul pusaran energi gelap. “Sekarang… beristirahatlah dalam kegelapan.” Dan tepat saat ia hendak melancarkan serangan t

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 22: Warisan dari Masa Lalu

    Cahaya Biru dan Sosok Misterius Arka melayang dalam kehampaan, dikelilingi oleh cahaya biru yang berputar-putar seperti pusaran energi. Tubuhnya terasa ringan, tetapi pikirannya penuh dengan pertanyaan. Apa tempat ini? Mengapa suaranya tadi terdengar begitu familiar? Tiba-tiba, dari dalam pusaran cahaya itu, muncul sosok berjubah putih. Wajahnya tertutup bayangan, tetapi sorot matanya tajam dan penuh wibawa. “Arka… pewaris darah sakti,” suara itu bergema, membuat dada Arka bergetar. “Siapa kau?” tanya Arka, menatap tajam ke arah sosok itu. Pria itu melangkah maju. “Aku adalah jejak masa lalu, warisan yang telah lama menantimu.” Seketika, pemandangan di sekitar mereka berubah. Arka kini berdiri di tengah-tengah medan perang yang luas. Ribuan prajurit bertarung, dan di antara mereka, seorang pria dengan baju perang emas berdiri tegak, dikelilingi aura yang begitu kuat.

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 21 Gerbang Gunung Langit

    Langit di atas mereka masih dipenuhi awan hitam. Suara petir menggema, membuat tanah bergetar seolah dunia sedang bersiap menyambut sesuatu yang besar. Arka, Azura, dan Raka berdiri di puncak bukit kecil, menatap ke arah pegunungan yang menjulang di depan mereka—Gunung Langit, tujuan berikutnya. Ki Jagasatru menarik napas dalam. “Di sana… kalian akan menemukan sesuatu yang akan mengubah takdir kalian.” Arka mengepalkan tinjunya. “Kalau ini jalan untuk menjadi lebih kuat, aku siap.” Azura melirik ke arah langit. “Tapi apa yang sedang terjadi? Sejak kita mengalahkan Ragaseta, langit terus seperti ini.” Ki Jagasatru menatap mereka dengan serius. “Itu pertanda bahwa Gerbang Gunung Langit telah bereaksi terhadap keberadaanmu, Arka.” Raka tertawa kecil. “Kau benar-benar spesial, ya.” Namun sebelum mereka bisa bergerak, tiba-tiba tanah di sekitar mereka bergetar hebat. BO

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 20 Jejak Darah dan Jalan Baru

    Suara dentingan logam beradu memenuhi udara. Arka melompat ke belakang, menghindari tebasan pedang raksasa pria berotot berbaju besi hitam. Tanah tempatnya berpijak terbelah akibat serangan itu, debu dan pecahan tanah beterbangan ke segala arah. Azura dan Raka mundur, mencari celah untuk membantu, sementara Ki Jagasatru tetap berdiri tegap, mengamati pertarungan dengan sorot mata tajam. Pria berotot itu menyeringai. “Lumayan juga kau, bocah.” Arka mengatur napasnya, matanya fokus menatap lawan. “Siapa kau?” Pria itu mengangkat pedangnya yang berlumuran darah. “Aku Ragaseta. Pemburu pewaris darah sakti.” BOOM! Ragaseta mengayunkan pedangnya ke tanah, menciptakan gelombang kejut yang membuat Arka terlempar ke belakang. Namun, sebelum tubuhnya menyentuh tanah, ia memutar tubuhnya dan mendarat dengan ringan. “Ternyata bukan sekadar tenaga brute force…” gumam Arka.

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 19 Kunci Rahasia dan Musuh dalam Bayangan

    “Sudah waktunya kau mengetahui siapa dirimu sebenarnya.” Arka menatap pria tua di hadapannya. Wajah pria itu penuh garis-garis usia, tapi matanya masih menyala dengan tajam, membawa wibawa yang luar biasa. “Siapa kau?” tanya Arka, tangannya masih bersiaga. Pria itu tersenyum tipis. “Namaku Ki Jagasatru. Aku penjaga rahasia keluargamu.” Jantung Arka berdegup kencang. “Rahasia keluargaku?” Ki Jagasatru mengangguk, lalu melirik Azura. “Dan gadis ini memiliki kunci yang akan membuka jalanmu.” Azura menggenggam liontin di lehernya, tatapannya penuh kebimbangan. Namun sebelum ada yang bisa berkata lebih jauh, tiba-tiba suara langkah kaki terdengar dari dalam hutan. CRACK! Raka segera mencabut belatinya, bersiaga. “Kita tidak sendirian.” Dari balik pepohonan, sosok tinggi dengan jubah hitam melangkah keluar. Wajahnya tersembunyi di balik tope

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 18 Jejak Darah dan Warisan Terakhir

    BOOM! Ledakan dahsyat mengguncang tanah, menciptakan gelombang debu yang menyelimuti area pertempuran. Arka segera melompat ke belakang, melindungi gadis yang baru saja ia temui. Raka mencabut belati di pinggangnya, matanya menatap tajam ke arah para pria berpakaian hitam yang kini bergerak mendekat. “Jadi mereka ini siapa?” tanya Arka, masih bersiaga. Gadis itu menghela napas. “Pemburu dari Klan Hitam. Mereka sudah mengejar keluargaku sejak lama.” Salah satu pria maju, wajahnya tertutup topeng besi dengan ukiran tengkorak. “Tidak ada gunanya bersembunyi, Putri Azura. Warisan keluargamu seharusnya menjadi milik kami.” Arka menoleh ke gadis itu. “Putri Azura? Sepertinya kau punya banyak hal yang perlu dijelaskan.” Namun, tidak ada waktu untuk penjelasan lebih lanjut. Dalam sekejap, tiga pria berpakaian hitam melompat maju dengan kecepatan luar biasa.

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 17 Gerbang Rahasia dan Warisan Kekuatan

    Cahaya biru yang menyelimuti tubuh Arka semakin kuat, membuatnya kehilangan keseimbangan. Suara misterius masih menggema di kepalanya. “Apakah kau siap untuk mengetahui kebenaran?” Arka mencoba bergerak, tetapi tubuhnya terasa berat. Kabut tebal mulai menyelimuti pandangannya, hingga semuanya berubah menjadi gelap pekat. Lalu, tiba-tiba— BRAKK! Arka merasakan tubuhnya terlempar ke tanah keras. Ia terbatuk, merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Saat membuka mata, ia terkejut melihat dirinya berada di dalam sebuah ruangan batu raksasa, diterangi oleh obor yang menyala di dinding. Di tengah ruangan, terdapat sebuah altar besar dengan simbol aneh yang terpahat di atasnya. Sebelum Arka bisa berdiri, sebuah suara berat menggema di sekitarnya. “Kau akhirnya tiba.” Dari bayangan, seorang pria bertubuh tinggi dan berotot muncul. Rambut panjangny

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status