Share

Bab 73

Perlahan kubuka pintu yang tidak terkunci itu. Sebelum memutuskan melangkah masuk, aku tertegun sejenak, melihat di atas ranjang Dinda terlungkup dengan dua tangan menyangga dagu. Tanpa perlu diceritakan, aku tahu Dinda baru saja menangis.

"Dind! Solat maghrib dulu, yuk! Habis itu kita makan malam," ucapku lembut sambil berjalan mendekat ranjang.

Gadis itu bergeming, dia tetap pada posisinya. Tertelungkup sambil menyangga kepala. Tapi aku tidak akan menyerah begitu saja, aku terus berusaha meluluhkan hati gadis yang hampir menginjak masa remaja itu.

"Banyak tugas yang harus kamu kerjakan, lho. Kata Bu Ina, besok harus dikumpulkan," kataku lagi. Kali ini aku duduk di sebelah Dinda, bisa kulihat jelas mata sembab gadis itu.

Pelan ku elus kepala anak gadisku. "Yuk, sholat sekarang! Keburu waktu maghrib habis. Nanti, ngerjain tugasnya Mama bantu," bujukku lembut, meski tak ada respon dari anak semata wayangku itu.

Meski sempat bingung, akhirnya memilih menuruti saran Mas Rahman. Aku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Anna
Gak bosen. Bagus banget alurnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status